5. Licik

2.4K 181 38
                                    

Sinar matahari mengganggu tidur remaja cantik yang tengah menjelajahi dunia mimpinya.

Cahaya bersumber dari tirai jendela yang di buka oleh sang papa membuat Nanon terbangun. Berkali kali Nanon mengusap matanya berusaha mendapatkan kesadarannya kembali.

"Papa."

"Selamat pagi, adek." New menghampiri putra bungsunya tak lupa memberi satu kecupan kecil di pucuk kepalanya.

"Adek masih ngantuk, pa." Rengeknya.

"Udah jam 8, dek. Sarapan dulu yuk nanti lanjutin lagi tidurnya."

Nanon mendengus kesal kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang, "Males ketemu ayah."

"Adek..."

"Iya, adek cuci muka dulu nanti adek nyusul papa kebawah." Jawab Nanon. Ia tak ingin membuat sang papa bersedih.

New tersenyum hangat mengelus surai hitam sang anak, "Papa masakin nasi goreng double telur buat kamu. Ada abang juga di bawah."

"Kakak?"

"Kakak pulang, dek. Phuwin kan kurang nyaman kalau nginap disini."

"Padahal adek kangen kakak."

New mengelus pipi sang putra, "Adek bisa nyamperin kakak ke rumahnya. Ajak Ohm sekalian biar dia makin dekat sama kakak."

Nanon menghela nafas kasar memilih beranjak dari ranjang bergegas untuk menyegarkan dirinya.

"Adek mandi dulu, pa. Hari ini ada jadwal latihan sama anak anak band."

"Yaudah papa tunggu dibawah ya."

"Iya."

Nanon menatap punggung sang papa yang perlahan menghilang di balik pintu. Tangannya meremas gagang pintu kamar mandi berusaha mengontrol amarah yang mengeruak ingin di keluarkan.

"Sabar."

New melangkah pelan menuruni anak tangga menuju dapur. Matanya mengernyit saat menangkap sosok pria lain yang duduk di sebelah sang suami.

"Loh, nak Ohm?"

Yang disapa pun menoleh, "Selamat pagi, pa."

"Ohm datang buat jemput adek, Hin." Tay menjelaskan.

"Saya izin mengajak Nanon berkunjung ke kantor saya, pa. Sekalian berkenalan dengan beberapa rekan kerja saya."

New tersenyum mengelus pundak calon menantunya, "Jangan terlalu formal, Ohm. Anggap saya seperti papamu sendiri."

"Oh ya, Nanon baru aja bangun tidur katanya mau mandi dulu baru sarapan. Kamu sudah sarapan?"

Ohm mengangguk, "Sudah, pa. Aku sarapan dirumah tadi."

"Ya sudah kita tunggu Nanon dulu. Kamu tidak buru buru kan, Ohm?" Tay bertanya pada sang calon menantu.

"Tidak, ayah."

Di ujung tangga lantai 2 Nanon menyaksikan percakapan antara Ohm dan kedua orang tuanya. Tangan Nanon mengepal kuat menahan amarah saat melihat Ohm berada di rumahnya.

"Fuck!" Umpat Nanon kemudian melenggang pergi menuju kamarnya.

Nanon menutup pintu kamarnya dengan cukup keras. Remaja 24 tahun itu terlihat menghela nafas kasar mencoba mencari cara agar dirinya bisa kabur dari rumahnya sendiri.

Nanon melirik ke arah jendela kamarnya yang terbuka. Balkon kamar yang sengaja di desain sederhana membuat satu ide licik melesat di pikirannya.

Nanon melangkahkan kakinya menuju rak kecil di sudut kamarnya mencari sesuatu yang bisa membantunya keluar melalui balkon kamarnya.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang