20. Peluk

593 51 6
                                    

Iringan suara lembut khas vokalis Triple Boy band terdengar merdu menusuk halus telinga laki laki bermata sipit yang tengah menata vas bunga kesayangannya.

Ia mainkan gitar kesayangannya dengan penuhi amarah seperti melampiaskan sesak pada benda mati itu. Nanon menitikkan air mata.

"Ada apa?" Tanya Chimon, laki laki bermata sipit yang menjadi sahabatnya sedari kecil hingga sekarang ia berstatus sebagai kakak iparnya.

Nanon menggeleng, ia memilih menenggelamkan wajahnya sembari memeluk gitar itu.

"Tentang Bright lagi?" Yang ditanya hanya mengangguk pelan dengan melihat itupun Chimon langsung memeluk sang sahabat, "Lo gak salah. Perasaan gak bisa dipaksa, Non."

Mendengar ucapan Chimon tangis Nanon semakin pecah ia beralih membalas pelukan Chimon dengan cukup erat, "Gue yang salah, Mon. Gue yang mengurung Bai di labirin rumit hidup gue. Dia berhak bahagia dan bukan gue alasan dia untuk berbahagia."

"Mon, gue belum bisa lupain kejadian 19 tahun yang lalu dimana hasilnya adalah memiliki Marc sekarang. Semua itu bikin gue benci akan ikatan apapun."

"Gue sehancur itu, Mon."

Chimon mengusap surai hitam lelaki tegar yang kini berada dipelukannya, "Alasan utama lo bertahan sampai hari ini adalah hasil dari kejadian 19 tahun yang lalu, Non. Badai yang lo lalui membawa lo pada satu titik dimana lo menemukan titik balik hidup lo."

"Marc hadiah terbesar di hidup lo bukan? " Nanon mengangguk, "Kalau memang lo belum bisa membuka hati lo untuk Bright atau siapapun, fokuskan diri lo ke alasan lo untuk hidup. Anak kandung lo sendiri, darah daging lo."

"Perjalanan hidup lo sekarang bukan tentang diri lo sendiri aja, ada anak yang masih butuh pelukan papanya."

"Ayo pulang, Non. Abang phem sama Marc pasti nungguin lo dirumah sekarang."

"Dan Bai juga..." Sambung Nanon.

"Bright pasti paham kondisi lo, Non. Gue tau Bright seperti apa dan gue yakin tujuan Bright ada sama lo sampai saat ini bukan semata mata untuk memiliki lo tapi karena tujuan dia adalah melindungi lo dan Marc." Chimon menggenggam erat tangan Nanon, adik dari sang pujaan hati. "Percaya sama gue."

"Nanon?"

Dua insan yang tengah memeluk satu sama lain pun menoleh kearah sumber suara. Sepertinya ada tamu yang mengunjungi kediamannya sore ini.

"Siapa?"

"Mungkin Bai pulang." Jawab Nanon.

Ia segera menghapus jejak air mata di wajahnya lalu meletakkan kembali gitar kesayangannya dan berjalan keluar disusul oleh Chimon.

"Bai? Kenapa udah pulang?" Tanya Nanon sembari menuruni anak tangga.

"Iya, aku habis nganter Marc buat beli keperluan kuliahnya besok." Jawab Bright meletakkan dua buah tas belanja berisi keperluan putranya. Marc sudah memasuki semester awal perkuliahannya setelah drama menangis tidak diizinkan tinggal di apartemen oleh Nanon tentunya.

"Loh Marc udah kuliah? Perasaan masih 18 tahun deh?" Tanya Chimon yang membuat Bright kaget akan kedatangannya. Ia mengisyaratkan pertanyaan dari matanya kearah Nanon.

"Gue yang nyuruh dia pulang kesini setelah abang sampe sini. Ada kerjaan katanya."

"Ganggu banget lo!"

"Ipar gue yang ngundang gue kesini. Lo yang bukan siapa siapa gak usah sok posesif!" Cibir Chimon yang dibalas gelak tawa oleh Bright.

"Siap si paling kakak ipar!" Jawab Bright.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang