2. Vihokratana

2.5K 252 3
                                    

Kaki jenjang milik putra bungsu Vihokratana melangkah memasuki rumah mewah yang hanya di huni 3 orang laki laki termasuk dirinya.

"Adek, kemana aja tadi? Papa nungguin kamu daritadi. Udah makan malam, nak?" Dua pertanyaan menyambut dirinya. New Thitiphoom, papa dari 3 putra Vihokratana itu berdiri menghampiri putra bungsunya.

"Aku udah makan di luar sama temen temen. Papa kenapa gak tidur? Udah jam 11 malam."

Nanon Korapat Vihokratana. Putra bungsu dari pasangan Tay Tawan Vihokratana dengan  New Thitiphoom ini lahir 24 tahun yang lalu. Ia memiliki dua orang kakak namun keduanya memilih tinggal di atap yang berbeda dengan dirinya.

Pluem Purim Vihokratana adalah kakak sulung Nanon yang kini menjabat sebagai CEO perusahaan keluarganya menggantikan sang ayah yang memilih menghabiskan waktu dengan selingkuhannya. Pluem lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen pribadinya. Remaja 29 tahun itu belum menikah sampai saat ini dengan beberapa alasan tertentu.

Dan yang terakhir adalah Frank Thanatsaran Vihokratana. Putra kedua Tay Tawan ini melepas masa lajangnya ketika menginjak usia 20 tahun saat dirinya masih menempuh tahun kedua perkuliahannya.  Frank menikah dengan kekasihnya yang bernama Drake Sattabut Laedeke karena suatu kecelakaan yang mengharuskan mereka memiliki seorang anak di usia muda. Frank dan suaminya kini tinggal di rumah impian mereka setelah 2 tahun Frank berjuang mendapatkan hati kedua orang tuanya lagi. Frank menjabat sebagai COO perusahaan keluarganya.

"Ayah mana?"

"Ayah keluar, dek. Ayo kita ke kamar, papa temenin kamu tidur."

"Keluar lagi? Ayah masih suka ketemu jalang itu?"

"Dek, wanita itu punya nama. Papa gak suka denger kamu nyebut dia dengan kata kotor itu ah."

Nanon mendecih, "Kenyataannya dia wanita kotor. Masuk ke rumah tangga orang seenaknya."

"Dek, tante Namtan itu temen kuliah papa. Gak baik ngomong gitu."

"Temen apa yang ngerebut suami temannya sendiri? Masih pantes banget disebut teman?"

"Dek..."

Nanon menghela nafas kasar memilih memeluk tubuh berisi sang papa, "Adek mau sama papa."

New tersenyum hangat mengelus pucuk rambut putra bungsunya, "Ayo tidur. Besok ayah mau bicara sama kamu. Jangan pulang larut ya, dek."

"Selagi ayah gak nyakitin papa aku masih bisa nurut." Nanon menjeda ucapannya kemudian menatap manik mata teduh milik cinta pertamanya sebagai seorang anak, "Tapi kalau ayah berani nyakitin papa jangan harap laki laki itu masih ada di keluarga kita."

****

"Nanon, ayah mau bicara sama kamu."

Nanon menghentikan kegiatan bermain ponselnya saat suara sang ayah masuk ke telinganya.

"Apa?"

"Duduk disini." Tay menepuk sisi sofa kosong di sebelahnya meminta sang putra duduk di dekatnya.

"To the point aja, yah. Mau ngomong apa?"

Tay  menghela nafas kasar melihat perilaku putra bungsunya. Pria usia 55 tahun itu melirik sang suami yang tengah menyiapkan kudapan kecil di balik meja dapur seorang diri.

"Adek hari ini jus mangga apa jus apel?" Tanya sang papa.

"Mangga aja, Hin. Kemarin adek udah minum jus apel buat sarapan." Sang ayah menjawab membuat Nanon mengernyit heran. Sejak kapan Tay mulai memperhatikan dirinya lagi? Setelah hampir 2 tahun lamanya Tay mengacuhkan keluarga kecilnya hanya demi seorang wanita kini ia kembali memberi perhatian kecil? Nanon tak akan luluh dengan semudah itu.

"Adek?"

"Iya terserah." Jawab Nanon.

2 menit New habiskan untuk menyiapkan segelas jus mangga segar untuk Nanon. Laki laki cantik itu kini berjalan menghampiri dua orang yang sangat ia sayangi itu.

"Ini di minum dulu. Papa udah siapin buah potong juga buat kamu nyemil di kamar nanti." New mendudukkan dirinya di sebelah sang suami, "Aku buatin kamu americano kayak biasanya."

Tay mengangguk, ia merangkul pinggang ramping milik sang suami dengan sangat posesif.

"Ayah udah mutusin hubungan yang kamu gak suka, dek."

Nanon menoleh tanpa minat menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut sang ayah.

"Tante Namtan setuju buat rujuk sama Om Kay."

"Kalau udah punya penyakit tetap bakalan kambuh suatu hari nanti, Yah. Gak usah sok baik lagi sama aku."

Tay menghela nafas lembut mencoba tak terpancing akan ucapan pedas putranya, "Kamu bisa tanya ke Tante Namtan. Ayah benar benar selesai, dek. Ayah mau fokus sama kalian bertiga. Kamu, abang, papa."

Nanon meletakkan kembali gelas berisi jus mangga yang sudah ia teguk setengahnya, "Ayah mau apa dari aku?" Nanon paham betul akan alur yang ayahnya gunakan.

Tay melemaskan otot wajahnya saat Nanon mulai paham arah pembicaraan keduanya. 

"Ayah mau menjodohkan kamu sama anak teman ayah."

Uhuk!

" Apa?!" Nanon tersedak ludahnya tersendiri.

"Ayah gak mau kamu ikut mengambil jalan abang, dek. Ayah juga pengin kamu dijaga orang yang pantas buat kamu sebelum ayah meninggal."

"Ayah tau sendiri kan aku gak bakal nerima?"

"Dek, papa juga takut kalau diluar sana kamu salah dalam memilih pertemanan dan berakhir seperti kakak Frank. Ayah sama Papa mengkhawatirkan itu." New ikut bersuara.

"Pa, ini hidup aku dan aku berhak memilih apa yang baik dan pantas buat aku! Umur aku udah 24 tahun kalau kalian lupa. Stop mengendalikan kehidupan aku."

"Aku gak akan setuju dengan keputusan kalian!" Nanon beranjak dari duduknya hendak berjalan keluar meninggalkan rumahnya.

"Keluarganya datang besok buat ngelamar kamu. Ayah udah ngunci akses kamu buat kabur dari rumah jadi jangan harap kamu lolos dari ayah."

Nanon mengepalkan tangannya. Sungguh, ia sangat  membenci watak ayahnya.

Tapi tunggu, melamar? Maksud Tay Nanon akan di lamar seseorang bukan melamar seseorang?

"Ohm Pawat Jongcheveevat. Putra tunggal Jongcheveevat yang akan melamar kamu."

"Aku benci ayah!" 

****

TBC.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang