19. Marc Pahun

894 69 14
                                    

"Marc!"

"Mau sampai kapan kamu tidur, hey anak bujang!"

Remaja 18 tahun yang masih bergulik dibalik selimut itu menutup telinganya dengan bantal setelah mendengar lantunan suara kasih sayang dari sang papa.

Remaja 18 tahun yang masih bergulik dibalik selimut itu menutup telinganya dengan bantal setelah mendengar lantunan suara kasih sayang dari sang papa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Marc, ayo bangun. Papa udah marah marah dibawah." Elusan lembut menyapu rambut tebal remaja itu yang masih terlelap diatas ranjangnya.

"Marc..."

Ia menggeliat, "Om Bai, Marc masih ngantuk lagian hari ini libur kan? Ayolah, aku mau istirahat lagi." 

"Bilang ke papa ya,, eughhh... Ya om?" 

"Dalam hitungan ketiga kalau kamu masih belum buka mata papa potong uang jajan kamu, Marc Pahun."

Mendengar ancaman dari sang papa, pemilik nama Marc Pahun putra pertama Nanon Korapat itu langsung membuka matanya dan beranjak dari ranjang untuk memeluk sang papa yang sudah berdiri berkacak pinggang bersandar di pintu kamar remaja itu.

"Hehe, Morning papa." Marc mencium pipi sang papa, "Papa masak apa hari ini?"

Nanon geleng kepala menatap heran kelakuan anak bujangnya. Padahal dulu di masa muda Nanon tak semalas Marc, darimana gen pemalas  itu berasal... Kadang Nanon kesal dengan sifat si tampan ini.

"Besok kalau kamu masih terus terusan seperti ini papa gak nerima protes lagi dari kamu. Papa serahin kamu ke Daddy Frank. Mau?"

Marc mendelik ketakutan, "No!"

"Please, papa boleh buang aku kemana aja asal jangan ke Daddy Frank!"

"Papa gak nerima protes. Ngerti kan?"

Marc memasang wajah sedihnya, "Om Bai..." Sedangkan Bright yang diminta pertolongan hanya mengedikkan bahunya.

"Sekarang ayo cuci muka dan gosok gigi. Papa tunggu kamu di meja makan." Ujar Nanon lalu berlenggang pergi meninggalkan kamar putranya.

Marc berdecak kesal menutup pintu kamarnya sambil menatap Bright yang tengah menertawainya.

"Ketawa mulu. Bantu juga enggak!"

Bright menggeleng heran, "Cepetan turun keburu papa kamu marah lagi. Om juga mau keluar habis sarapan. Mau ikut?"

Marc menolak, "Aku ada janji futsal sama Kak Phu."

"Oke, om tunggu dibawah ya." Ucap Bright menepuk pundak si tampan Marc Pahun.

Marc kembali menghela nafas panjang setelah Bright keluar dari kamarnya.

"See you nanti malam kasurku, sayang." Ujarnya lantas berjalan menuju kamar mandi.

Suasana meja makan nampak tenang seperti biasanya. Tanpa handpone ataupun perbincangan berat. Hanya ada tiga orang manusia yang menunggu sarapan dihidangkan.

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang