13. Obsesi

1.5K 108 7
                                    

Ohm memasuki kamarnya setelah menyelesaikan sarapannya. Dengan membawa hadiah tak di kenal itu Ohm melangkahkan kakinya menuju box bayi tempat sang putra tertidur lelap setelah sang ibu menyusuinya.

Ohm sedikit melirik kearah Tu yang juga tengah tertidur di atas ranjang mereka. Bisa Ohm lihat wajah kelelahan sang istri dan juga sebuah pompa asi yang masih ada dalam genggamannya.

Ohm memilih menghampiri putranya, mengelus kening milik si kecil yang begitu lembut layaknya sutra.

"Tidur yang nyenyak, Louis." Ujar Ohm.

Ia kemudian membuka salah satu kotak kecil berisi gelang yang ia dapatkan dari orang tak di kenal. Dengan sangat hati hati agar sang putra tak terbangun Ohm memakaikan gelang itu pada leher sang anak karena tangan mungilnya tak memungkinkan jika Ohm memasangkannya disana.

Louis, putra kecil Ohm itu menggeliat saat sang ayah mengalungkan gelang itu pada lehernya. Melihat sang putra yang seperti hendak menangis Ohm lantas menggendong Louis dan menimangnya agar tertidur kembali.

"Ssssttt.... Tidur lagi ya, sayang. Kasian ibu baru bisa tidur."

Merasa usahanya tak membuahkan hasil dan Louis sudah bersiap mengeluarkan tangisannya, Ohm memilih membawa sang anak keluar kamar dan menutup kembali pintu kamarnya agar Tu bisa beristirahat tanpa terganggu oleh suara sang anak.

Ohm menepuk pelan pantat sang anak agar kembali mendapat kantuknya namun si kecil seakan menolak dan ingin menangis lebih kencang lagi.

"Hey hey, anak ganteng ayah gak boleh nangis. Kamu haus ya, nak? Atau kamu mau main sama ayah."

"Cup cup cup, anak ayah gak boleh nangis terus."

Ohm masih berusaha menenangkan sang anak dan mengajaknya berkeliling lantai dasar namun Louis tetap setia menangis di gendongan sang ayah.

"Louis? Ohm, kenapa dia menangis."

Bak penyelamat Gulf tiba tepat waktu saat Ohm berusaha menenangkan sang bayi.

"Papa?"

Gulf meletakkan dua paper bag yang ia bawa di atas meja kemudian beralih mengambil Louis dari gendongan Ohm.

"Astaga, Ohm. Louis nangis kejer gini kamu biarin. Dimana ibunya?"

"Cup cup cup, sayang.."

"Tu lagi istirahat. Aku gak tega bangunin dia, pa."

Gulf menghela nafas kasar, ia tak ingin berdebat dengan putranya itu.

"Tu nyetok asi gak di freezer?"

Ohm mengangguk, "Di freezer ada tapi tadi dia juga sempet pumping cuma belum di pack aja. Mau aku ambilin yang belum di pack?"

"Ambil yang di freezer aja, rendam dulu pakai air hangat biar cair. Louis biar papa yang urus dulu." Ujar Gulf.

Ohm mengangguk, ia menuruti titah sang papa dan beranjak menuju dapur untuk menyiapkan asi sang putra.

Selama menunggu asi siap, Ohm menatap sang papa dari kejauhan yang tengah menenangkan Louis dengan naluri keibuannya. Sungguh Ohm merasa bersyukur karena dilahirkan oleh sosok lelaki hebat yang tak pernah beranjak pergi meninggalkan keluarganya meski sang ayah sudah menghilang entah kemana.

"Hati papa terbuat dari apa sampai papa bisa setegar ini?" Gumam Ohm.

"Ohm? Kenapa lama sekali kasian Louis!"

"I-ini udah siap." Ohm buru buru memasukkan asi milik Tu ke dalam botol susu kecil yang biasa digunakan Louis.

"Ini, pa."

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang