"Aku tidak mengizinkanmu datang, bedebah!"
Gelak tawa diseberang mengejek. Rupa tak kalah tampan menatapi dirinya sendiri dari cermin dan kekesalan sang adik tiri seperti sebuah komedi putar yang ia nantikan. Simpul dasi dan memakai jas sendiri. Seokjin bersiul disela-sela Taehyung mengumpati. Hari yang ia tunggu sebentar lagi akan datang. Dewi nya membuka pintu. Memberi ruang, jalanan yang bisa ditembus. Sudah lama, sangat lama ia mengadahkan pada langit bahwa harusnya Shienna menjadi miliknya. Bukan Taehyung, si ingusan dengan segala sikapnya menyakiti sosok yang ia cintai dengan melepaskannya pergi menikahi adik tiri. Gila, Seokjin nyaris tidak bisa menahan tawanya akibat Taehyung ketakutan sebab ulah sendiri.
"Shienna mengundangku, Lim Taehyung, adikku."
"Kau bisa menolaknya."
Seokjin menyungging senyuman sinis. "Menurutmu aku mampu?" katanya mengambil jam tangan diatas meja dan memakainya dipergelangan tangan kiri. "Ada lagi yang ingin kau katakan, Tae? kakak mu yang tampan ini sudah harus pergi bekerja dan menghubungi asistenku membelikan hadiah dihari pesta ulangtahun pernikahan kalian. Ahh, aku sempat mengobrol dengan Shienna jika Shienna sedang menginginkan bunga mawar hitam. Menurutmu aku harus mencari nya kemana?"
"Shienna istriku, brengsek! berhenti menyukai nya!"
"Ya, tentu. Shienna sekarang adalah istrimu tapi nanti..." ia mengangkat kedua bahu seolah Taehyung bisa melihatnya. "sebenarnya ini masukan sudah lapuk dimakan waktu dan perbuatan menjijikkan. Kau tidak belajar dari ayahanda yang kita cintai itu Taehyung? memiliki banyak wanita sangat merepotkan. Bukankah sudah ku katakan, sekali kau menyakiti Shienna, kau berhadapan denganku." Seokjin menuruni tangga, menerima kunci mobil yang ia bawa sendiri dan keluar rumah.
Amsterdam masih sama. Sunyi meski dalam keramaian. Tidak ada yang menarik, karena ketertarikannya tinggal di Seoul. Jauh sekali. "Tarik napas yang dalam, kau akan mati muda dan meninggalkan Shienna menjadi janda nanti." ocehnya ketika mendengar gebuan napas Taehyung seperti petinju mengalami kekalahan. Ia mematikannya. Buang-buang waktu meladeni Taehyung. Memintasi jalanan menuju kantor, menyentuh bibir, menggeseknya ketika teka-teki itu muncul. Didunia ini.. mawar hitam itu adalah bentuk sebuah perasaan. Shienna jelas tidak menyukai bunga seperti wanita pada umumnya. Ia tidak suka perhiasan. Tidak begitu menyukai sanjungan. Wanita itu berbeda. Sangat berbeda sehingga berhasil membuat Seokjin mati rasa usai menyaksikan gaun putih dipakainya menuju tempat berdirinya Taehyung.
"Sial!"
Gebrakan meja sebab pukulan tangan Taehyung menggeser beberapa benda dari tempatnya. Taehyung meraup wajah. Deringan ponsel membuatnya kian pekak. Nama Hyejin sungguh menaikkan emosi nya semakin melangit.
"Aku sedang bekerja! kau tidak bisa membaca pesanku, Hye?!" ucapnya kesal. Hyejin terdiam diseberang. "hidupku bukan hanya mengurusimu Park Hyejin!" memejamkan mata menetralisir kekakuan dibelakang leher. Taehyung menggigit bibirnya keras. "Ada apa?"
"Boleh aku datang ke kantormu?"
"Kau gila? kita bisa ketahuan jika kau datang, Hye. Kau tau siapa dirimu, kan? kau sahabat Shienna lalu dengan perut besar datang keruanganku tanpa berita pernikahanmu atau hanya terlintas berita kau memilih kehidupan baru diluar negeri? Hyejin. Jangan berulah dan berhenti mengancanmku!" ucapnya kesal. Taehyung kalut. Semuanya semakin menghimpit. Satu kebohongan diikuti kebohongan lain. Satu skenario ditutupi skenario lain. Bukankah pembohong dan pengkhianat sering melakukannya? membuat semuanya seolah tenang, damai dan bahagia didepan istri tetapi jauh dibelakang semuanya sangat berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anniversary ✔
RomanceBagaimana kalau rasa sakit itu Shienna balas dengan sebuah penerimaan, uluran tangan, penuh kasih dan terbuka. Apa Taehyung akan mati dalam lubang penyesalan? Karena bagi Shienna, Taehyung adalah darah mengisi kehidupan. Tak terelak bahwa ia adalah...