Chapter 17

359 74 15
                                    

Setahun.

Shienna pernah membaca sebuah majalah kuno kerap kali menyelipkan pepatah sederhana. Untuk sebuah keikhlasan memang tidaklah mudah, tidak semudah lontaran kalimat, "Sudah, ikhlaskan." sebab dalam perjalanan akan selalu memiliki krikil membuat kaki tersandung meski telah mencoba berjalan dengan benar. Gambaran ikhlas dipelajari Shienna seperti ini: jangan lari. Karena lari bukanlah sebuah kemenangan. Kalau bisa menyelesaikan, kenapa harus berlari? lalu kalau bisa dengan cara yang baik-baik kenapa harus dengan memaki ataupun menyakiti? semakin dalam menyakiti seseorang timbal baliknya akan mengarah pada diri sendiri.

Oleh karena itu Shienna tidak pernah melarikan diri. Sebisa dilakukannya, sesakit apapun pernah dirasakannya. Sebab, ada pula pepatah mengatakan begini: tuai benih baiknya lalu panen hasil bahagianya. Mungkin, semua orang memiliki versi bahagianya. Sekecil apapun. Dan mungkin semua orang memiliki versi bersalahnya yang tak kunjung sembuh. Tapi ketika seseorang pernah survive, pernah berjuang maka rasa bersalah tersebut tidak akan bertahan lama. Akan bergeser oleh sebuah hal yang tak terduga. Halusnya: Shienna telah mencoba sebaik dilakukannya.

Deringan telepon pesawat membuyarkan konsentrasi, Shienna menutup majalah tengah ia baca lalu berjalan pelan untuk mengangkatnya sembari melirik jarum jam telah dipertemukan dalam angka yang sama dengan Xavier akan menjemputnya. Makan siang bersama.

"Aku sudah siap, kok." ucap Shienna tersenyum tipis. Namun senyuman tersebut berangsur sebentar ketika Xavier dengan penuh penyesalannya mengungkapkan bahwa ia tak dapat menjemputnya.

"Aku masih harus bertemu dengan klienku, dijemput supirku tidak apa-apa ya?"

"Bukannya kita akan bertemu bersama?" Shienna meyakinkan, karena seperti dikatakan Xavier jika makan siang berlangsung akan bersama-sama dengan klien pentingnya.

"Ada pekerjaan penting tidak bisa ku tunda. Kau tidak marah kan Shien?"

Shienna menghela napas, menggeleng, seolah-olah Xavier dapat melihatnya secara langsung. Ini hanya masalah penjemputan makan siang. Kenapa Shienna harus marah ketika satu waktu Xavier tidak dapat ia korbankan diantara banyak sekali waktu telah Xavier tinggalkan untuk selalu berada disisinya. Shienna tidak mudah menumpuk emosi untuk hal-hal dianggapnya rasional. Lagipula mereka akan bertemu juga sebentar lagi.

"Tidak, kok. Aku langsung ke ruanganmu ya." kata Shienna sebelum keduanya mengakhiri percakapan dan tidak lama kemudian mobil sering Xavier gunakan ke kantor sudah datang dan berhenti didepan rumah setahun belakangan menjadi hunian keduanya sebagai pasangan suami-istri. Jika diingat-ingat, sudah banyak pula memori yang dilewati. Ya... seperti sudah-sudah, Xavier adalah laki-laki tidak mudah ditebak. Ia sangat dingin jika berhadapan dengan banyak orang dan memiliki banyak sekali obrolan ketika berdua bersama Shienna. Tatapan kejam ataupun proporsi tubuh kaku seperti kata orang-orang adalah sebuah kemustahilan ditunjukan padanya.

Pria itu jauh dari kata romantis tetapi memiliki cara tersendiri membangun suasana bersama Shienna. Pengucapan bentuk cintanya lebih dewasa, tertata. Perhatiannya mencakup hal kecil sekalipun seperti memastikan Shienna memakai kaos kaki dengan benar. Shienna tidak menepis sebuah pertengkaran didalam rumah tangga sebab mereka masih ditahun pertama... rawannya permasalahan. Meski begitu Shienna memahami ketika Xavier juga memiliki cara tersendiri. Pria itu diam, ia memeprhatikan Shienna ketika mengeluhkan keadaan, lalu ia tersenyum dengan kalimat, "Sudah marahnya? aku kan jadi gemas." lalu Xavier mengusap puncak kepala Shienna dan memulai mengajaknya berbicara perlahan.

Pernikahan itu tentang komunikasi, benar? ya, tentu. Komunikasi membuat pernikahan sangat sulit ataupun sangat enjoy. Tiga bentukan terpenting: komunikasi, ekonomi dan kepentingan seks. Xavier tidak perlu diragukan memenuhi kebutuhan kehidupan Shienna. Jauh sangat mencukupi. Pria itu matang. Ia dewasa. Bukan berarti Shienna telah pernah menikah lalu Xavier menuntutnya untuk memberikan kepuasan lebih dari yang pernah Shienna berikan pada sang mantan. Ia  menjadikan situasi antara mereka berdua seakan baru kali pertama. Perlahan-lahan. Saling merasakan dan tidak mau terburu-buru. Membuat Shienna merasa nyaman untuk pelepasannya.

Anniversary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang