Setelah sekian abad ☺️, maaf membuat menunggu lama terus jawabannya sama mulu setiap kali ditanya. Emang belum selesai ketikannya hehehe...
Dari sekian banyak dongengan putri Disney, Taehyung tidak pernah bosan memilih dongengan lain untuk menidurkan Jiya. Netra sebening telaga memandangi Taehyung tak berdosa, bibir mungil menyedot botol susu bergerak konstan lalu jemari kecilnya memeluk botol erat-erat. Hampir setiap malam mendengar bagaimana mata Taehyung tersenyum cerah, tanpa buku sekalipun ditangannya, ia telah hafal dimana titik terindah dongengan. Bercerita penuh semangat.
Ratu cantik. Begitu Taehyung menyebutkannya. Bukan sekedar paras, sikapnya sangat tenang, memiliki kebaikan. Kendati Jiya seperti telah mengerti, jeda Taehyung berarti ratu cantik itu pergi meninggalkan istana. Mengubah semua ekspresi Taehyung dalam hitungan detik lalu ia mencium punggung tangan Jiya. Beruntung Jiya belum bisa berbicara, alih-alih menanyakan kenapa Ratu meninggalkan istana sebab Taehyung menghentikan ditempat yang sama, sepertinya Jiya akan melontarkan,
"Kenapa papa menangis lagi setiap menceritakan dongengannya?"
Bunyi derit pintu membuat Taehyung menoleh, sekali lagi rahang berubah lebih mengeras. Kedatangan Hyejin tidak mengatakan apapun, meletakkan tas mahal diatas meja rias lalu mencopoti anting, gelang dan cincin dipakai. Melepaskan ikatan rambut dan melepaskan gaun ketat sewarna hitam usai mendatangi pesta bersama teman-teman. Padahal sudah lewat pukul dua belas malam, apa Hyejin amnesia tidak memiliki bayi dan membuat Taehyung terus bergadang sementara besok Taehyung harus pergi bekerja lagi.
Hyejin datangi Taehyung dan Jiya, mengecup pipi Jiya mengajak mengobrol putrinya bergadang lalu menarik handuk menenggelamkan diri dibalik pintu kamar mandi.
Tiga puluh menit, ketika Jiya telah berhasil terlelap. Taehyung melepaskan botol susu dan meletakannya diatas nakas. Hyejin juga sudah keluar dalam kondisi segar. Balutan handuk menutupi dada sebatas paha, lalu duduk disamping Taehyung.
"Kemari, biar aku yang memindahkannya." ucap Hyejin mengambil alih untuk memindahkan Jiya ketempat tidurnya sendiri.
"Jiya tidur bersamaku." kata Taehyung tetapi rasanya tubuh anaknya itu akan rontok jika mempertahankan keributan dan berebut tubuh Jiya.
Hyejin menidurkan Jiya, tatapan Taehyung berubah tajam ketika Hyejin memilih duduk diatas pangkuannya. Belum memakai celana, masih kosong atas bawah. Mengalungkan tangan pada pundak Taehyung, diusap samar, menangkup wajah Taehyung kemudian merendahkan wajah untuk mencium Taehyung tetapi Taehyung mengelak secepat kilat.
"Kau masih marah padaku?" Taehyung diam. "aku pulang lebih larut dan kau mendiamiku Taehyung?"
"Minggir." kata Taehyung, suaranya rendah. Seperti memiliki tekanan bahwa ia tidak suka Hyejin diatas tubuhnya.
"Taehyung..." Hyejin menggigit bibir. Mengusap wajah Taehyung bermaksud menggoda. Telak ia terdiam ketika Taehyung mendorong tubuhnya sangat kasar. Membuat Hyejin tersingkir, beruntung Taehyung menepis tubuh Hyejin kesisi ranjang, jika tidak maka sudah dipastikan Hyejin akan menubruk lantai dan menyebabkanya memar.
"Taehyung!"
"Kenapa? bukankah aku masih berbaik hati menerimamu pulang kerumah ini setelah apa yang kau lakukan diluar sana?" Taehyung menyeringai. "aku mengetahui semua yang kau lakukan, Hye. Dan aku tidak sudi setelah kau menggilir tubuhmu pada pria diluar sana lalu sekarang kau menggodaku. Untuk apa, huh? apa kau tidak memikirkan Jiya dan bagaimana memalukannya ketika memiliki ibu seperti mu bergonta-ganti pria!"
Hyejin mengepalkan tangan. Apalagi yang harus dilakukannya agar Taehyung bisa tunduk dan mengubahkanya menjadi pria romantis, berbicara lembut dan tidak selalu marah-marah seperti sekarang. Taehyung bahkan tidak pernah menidurinya lagi semenjak kehadiran Jiya. Mesra-mesraan juga tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anniversary ✔
RomanceBagaimana kalau rasa sakit itu Shienna balas dengan sebuah penerimaan, uluran tangan, penuh kasih dan terbuka. Apa Taehyung akan mati dalam lubang penyesalan? Karena bagi Shienna, Taehyung adalah darah mengisi kehidupan. Tak terelak bahwa ia adalah...