"Lain kali, pakai tanganmu untuk memukulnya. Kalau bisa buat dia tidak bisa berbicara lagi."
Brielle menuju kulkas, mengambil botol minuman lalu memberikan satu pada Shienna. Mengambil tempat duduk didepan Shienna dan mengamati wajah sahabatnya itu tertekan meskipun dalam balutan tawa. Merasa jika ia baik-baik saja dan menghubungi Brielle untuk datang ke apatement Seokjin masih menjadi naungannya beberapa hari. Menggunakan telepon pesawat Seokjin, segalanya masih barang-barang pria itu. Tetapi sayangnya Shienna membutuhkan kebutuhan wanita dan ia merepotkan Brielle dihari berikutnya.
"Jalang itu sungguhan membuatku emosi. Kau tidak berminat untuk melakukan mutilasi? aku bisa membantumu."
Shienna menggeleng menelan minumannya. "ada bayi dalam perutnya." jawabnya cepat. "lagipula kau akan mengotori tanganmu, El. Itu tidak akan berguna. Lebih bagus ketika keduanya merasakan balasannya sesuai dengan dialami saja. Yah, meskipun mungkin saja nanti akan berbahagia setelah kelahiran bayinya, aku tidak perduli lalu bukan urusanku lagi."
Brielle amati Shienna lamat, kesenduannya dan telanan saliva sesak. Kenapa Shienna setegar ini? "kau berhak meluapkan kesedihanmu, Shien. Lakukanlah. Menangislah. Bukankah itu akan membuatmu lebih baik?"
"Sudah kulakukan dan cukup berhasil membuatku kelelahan setelah menangis." Shienna tertawa pelan. Brielle jadi takut jika Shienna menjadi gila. "El... sebenarnya aku akan pulang."
Brielle mengernyit. "kupikir setelah urusanku dengan Taehyung selesai, aku akan menemui Jungkook dan tinggal bersama nya. Memulai kehidupan baru dan... beristirahat dengan nyaman disana." tanpa diduga Brielle memalingkan wajah dengan luruhan air mata menetes. Ia tidak menduga hal ini terjadi. Tetapi Shienna berhak memulai kehidupannya, sekalipun ia putuskan untuk kembali hidup bersama adiknya itu.
"Jadi kau bersediakan membantuku mempercepat semua ini?"
"Apa Jungkook sudah tau?"
Shienna menggeleng, "aku akan memberitahunya pelan-pelan. Bahwa setiap pernikahan tidak selalu berjalan dengan mulus."
"Taehyung sungguhan menyakiti sahabatku." suara Brielle serak lalu Shienna hanya bisa membasahi puncak bibirnya mendengarkan. Tidak mau berlarut meskipun rasanya sakit sekali. Tetapi melihat bagaimana Shienna begitu cepat mengajukan perceraian online dan segera membayarnya pula, Brielle semakin tidak menyangka kisah mereka berakhir seperti ini. Ia menggenggam tangan Shienna, memeluk sahabatnya itu dan memberikan seluruh dukungannya pada Shienna. Sekalipun Shienna terus menerus menahan air matanya, tetap saja dalam beberapa kondisi Shienna tidak selalu mulus untuk bertahan.
Ia menjatuhkan air matanya dipipi. "Ini sungguh tidak bisa dipertahankan, El. Tolong, jangan membenci pernikahan karena kegagalan orangtua mu dan berikutnya adalah kegagalanku. Kau memiliki jalannya tersendiri dan temukan pria yang hanya melihatmu tidak perduli apapun yang terjadi, lalu jadilah wanita yang tidak hanya mementingkan kesedihanmu sebab kau akan lebih terluka dari pada ini." ia masih sempat memberikan masukan ditengah cemarut takdir menyebabkannya berantakan.
Shienna menatap lurus penuh kekosongan. Mungkin sekarang Taehyung sudah menerima surat pengajuan cerai dilayangkan Shienna atau tengah sibuk bersama Hyejin dan belum melihat sama sekali pengiriman online dilakukan. Shienna berencana tidak berhadir, untuk mempercepat. Menolak dipertemukan bersama Taehyung untuk perdamaian. Ia sungguh memilih berpisah. Mengusaikan segalanya.
•••
Memangnya berapa kali Taehyung bangun dalam keadaan masih menggunakan pakaian kantor kemarin? dasi longgar masih bersarang dileher, rambut acak-acakan dan bau alkohol menyengat dari tubuhnya. Rasa pusing cukup hebat lalu jalannya seperti orang tidak memiliki tujuan. Rasanya ini kali pertama Taehyung seperti orang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anniversary ✔
RomanceBagaimana kalau rasa sakit itu Shienna balas dengan sebuah penerimaan, uluran tangan, penuh kasih dan terbuka. Apa Taehyung akan mati dalam lubang penyesalan? Karena bagi Shienna, Taehyung adalah darah mengisi kehidupan. Tak terelak bahwa ia adalah...