Chapter 16

402 75 14
                                    

Sudah satu bulan, kah? 😅🙏




Sebuah mobil sudah berhenti setidaknya lima belas menit lalu didepan kediaman Shienna. Seorang pria dengan tampilan rambut sedikit panjang, memakai tuksedo mahal, memasukkan satu tangan dalam saku celana bahan sementara sesekali mengamati jam melingkari lengan kiri, putih sekali. Nyaris memerah sebab cuaca cukup dingin malam ini. Menoleh kearah pintu terbuka dan sesosok wanita ditunggu nya akhirnya keluar juga dengan tampilan anggun seperti biasa. Kegugupan itu mungkin tidak terlihat, namun percayalah— Shienna sudah beberapa kali melipat bibir dan mengaitkan jemari nya dengan degupan jantung tidak menentu.

"Maaf menunggu lama, aku harus menyelesaikan sesuatu terlebih dahulu." katanya kemudian menggigit bibir tidak nyaman.

"Bukan masalah besar, jadi bagaimana? apa sesuatu nya sudah terselesaikan?"

Mengangguk pelan, lalu Shienna berdehem. "Ya, sudah." jawabnya. Perihal pertemuan mereka bukan di kantor, kafetaria, museum ataupun taman kota seperti biasanya membuat Shienna mengalami gangguan dalam menetralisir perasaan. Ini bukan kencan pertama, namun ketika Xavier mengatakan ingin makan malam dengannya, mungkin terdengar biasa, hanya degupan jantung Shienna terlalu bermasalah sebab jarang sekali Xavier mengajaknya makan diluar. Biasanya pria itu selalu menyepakati untuk di butik Shienna ataupun dikediaman wanita itu saja.

Beberapa detik kemudian Xavier membukakan pintu dan memastikan Shienna duduk dengan nyaman, kemudian menutup pintu secara hati-hati dan segera menuju kursi kemudi sebab tempat direservasi telah menunggu kehadiran mereka. Sepanjang perjalanan mungkin tidak terlalu banyak pembicaraan yang keluar, hanya bagaimana Xavier menanyakan bagaimana keseharian dan pekerjaan Shienna sebagai pembuka percakapan mereka.

Ahh— Shienna belum melupakan rumor jika mantan bos nya itu adalah pria terdingin yang pernah ada. Kata karyawan, sih. Shienna tidak menyimpulkan secara utuh sebab ketika mereka bersama, Xavier cenderung aktif membuka suara dan berinisiatif untuk membangun konversasi lebih dulu.

"Kalau kau?" Xavier tidak langsung menjawab, ia menoleh lebih dulu mengamati wajah wanita dengan polesan sederhana, orientalis, memiliki sisi menenangkan dan tatapannya yang lembut selalu membuat Xavier terus merasakan ketertarikan. "Um, bukannya kemarin katanya akan sibuk-sibuknya untuk menjalankan sebuah proyek besar? apa aku mengganggu waktumu? tidak apa-apa kita pergi?"

Kekehannya terdengar renyah, gusi begitu sehat selalu berhasil Shienna tangkap ketika ia tersenyum lebar ataupun tertawa. "memangnya aku pernah ya mengatakan bertemu ataupun menghubungimu membuat waktuku terganggu? pergi makan malam denganmu merugikan dan menyita waktu? astaga, Shien.." dengan spontan pula Shienna menggeleng lalu Xavier mengusap kepalanya pelan agar tidak membuat riasan wanita dihadapannya itu berantakan.

"Tidak, sih. Aku kan hanya bertanya."

"Ya, aku menjawab." Xavier mengangkat kedua bahu.

"Benar tidak sibuk?"

"Tidak sayang." kalimat Xavier membuatnya terdiam, mengedipkan netra baru pertama mendengarkan Xavier menyebutkannya seperti itu. Lalu pria itu tertawa sembari menutup wajahnya sendiri usai memarkirkan mobil ditempat sudah disediakan. Semenjak bertemu pertama kali, saat Shienna menjadi seorang karyawan, Xavier hanya menyebutnya sebagai nona Shienna. Lalu berganti menjadi Shienna ketika proses pendekatan dan menyingkatnya menjadi Shien disaat keduanya semakin sering bertemu.

"Aku bukan pekerja yang mengerjakan tugasnya sehingga tidak memiliki waktu denganmu." dengan kata lain, Xavier adalah bos besarnya. Jadi kenapa ia harus selalu sibuk. Xavier bisa datang kapanpun dan pulang kapanpun juga ia mau. Kenyataannya Shienna hanya merasa tidak nyaman ketika ia di prioritaskan terlalu tinggi. "Shien, kau masih meragukanku, ya?"

Anniversary ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang