Chapter 7

1.2K 170 3
                                    

Hari Minggu, sudah jadi rutinitas membantu pekerjaan Tok Aba dari pagi. Karena di hari Minggu biasanya banyak pelanggan yang datang. BoBoiBoy pun berpecah tiga membentuk trio ori.

BoBoiBoy Halilintar bertugas untuk mengelap meja yang terpakai, BoBoiBoy Taufan bertugas untuk mengantar pesanan yang dituliskan BoBoiBoy Gempa. Lalu, (Name) bertugas untuk bolak-balik membawa alat makan yang kotor.

Kemudian, mendengar suara bersin sang adik saja sontak membuat trio ori menoleh kompak ke arahnya. Bukan pertama kalinya untuk hari ini mereka melihatnya bersin, tapi untuk yang kesekian kalinya. Kan jadi curiga mereka.

"Sakit?"

(Name) menoleh ke arah Halilintar yang memang sedang ada di sampingnya, setelah tadi pemuda itu mengelap satu meja. Tadi juga (Name) pergi ke meja yang sama untuk mengambil cangkir dan piring kotor.

(Name) hanya menggeleng sebagai respons. Halilintar tak puas dengan jawaban itu, apalagi wajah dan hidung (Name) tampak merah, serta matanya tampak tidak seperti orang sehat. Lantas pemuda itu mengecek suhu tubuh (Name).

Halilintar jadi yakin kalau (Name) sedang sakit, lalu seketika ia terpikirkan hujan yang turun kemarin. Apa jangan-jangan adiknya bermain hujan tanpa sepengetahuannya?

"Ada apa, nih?" ujar Gempa, menghampiri mereka berdua.

"Dia sakit. Kemarin hujan-hujanan, 'kan?" ucap Halilintar sarkas.

(Name) menggeleng, mencoba membohongi abangnya hanya agar tidak diomeli. Lalu ia kembali bersin. Gempa masih di sana, ia terkekeh saja.

"Ayo pulang, istirahat di rumah." ujar Gempa. (Name) pun menurut, lalu ia pulang ke rumah dengan diantar Gempa.

Setibanya di rumah, Gempa mengajaknya ke kamarnya sendiri. Ia memperhatikan wajah (Name) yang kini kelihatan pucat, dan hidungnya masih tampak merah. Lalu ia mencoba mengecek suhu tubuh (Name) yang ternyata meningkat. (Name) sendiri, ia hanya diam saja.

Gempa pun berinisiatif mengambil air dan kain kompres, lalu kembali lagi ke kamar (Name) untuk segera mengompres dahinya.

"Kenapa kamu bisa tiba-tiba sakit?" ucap Gempa

"Emm ... entahlah," jawab (Name) pelan. (Name) mencoba mengingat apa penyebab sakit yang mungkin masuk akal selain karena hujan-hujanan.

Ah iya, ia ingat jika ia suka jajan sembarangan di sekolah tanpa diketahui abangnya serta juga begadang demi husbu yang tidak mengetahui jika dirinya hidup.

"Ngaku. Kemarin hujan, loh," Gempa menggantung kalimatnya, membuat (Name) deg-degan.

"Kayaknya kemarin baju sekolah kamu kelihatan lebih basah, padahal sebelumnya udah dicuci kering," Haduh, Gempa. Ngode terus.

"Enggak kok ... perasaan abang aja kali?" (Name) mengelak

"Oh iya? Jadi, kenapa kamu bisa sakit?"

(Name) mencoba memberi jawaban yang masuk akal. Namun, pada akhirnya ia menghela napas dan berkata jujur. Ia tak pandai berbohong memang.

"Nah kan ... mana hp-mu?"

"Gak ada."

"Ayo kasih abang, biar kamu gak begadang main hp malam-malam nanti."

(Name) mengerucutkan bibirnya dengan pipi yang juga digembungkannya. Lalu dengan terpaksa ia memberi handphone-nya pada Gempa. Gempa pun menerimanya dan menyimpannya di dalam saku.

"Nanti tidur aja, gak usah ke kedai, ya." Gempa mengambil kain kompres yang menempel di dahi (Name) lalu mencelupkannya lagi agar terasa hangat untuk ditempelkan lagi.

"Ya, deh ..." jawab (Name) pasrah.

Gempa selesai mengompres (Name), lalu ia menarik selimut dan menyelimuti tubuh adiknya sampai menutupi dadanya.

"Jangan coba-coba keluar diam-diam." peringat Gempa

"Kalau coba-coba?" tanya (Name)

"Abang tangkap kamu, lalu kurung di sini." ancamnya

"Ya udahlah." (Name) menarik bantal guling untuk dipeluknya.

Gempa tersenyum melihatnya, lalu segera menutup pintu kamar (Name) dari luar. Hembusan napas bosan yang terasa hangat terdengar. (Name) mulai memejamkan matanya lagi dan kini ia benar-benar tidur.

"Kemana tadi, Gem?" tanya Taufan

"Antar (Name) pulang. Dia sakit."

"Eh buset, ngapain dia sampai begitu,"

Gempa mengangkat bahu sekilas. "Begitulah."

To Be Continued

Next:

"Untuk kau."

"Jam?"

"Iya! Untuk memudahkan komunikasimu dengan BoBoiBoy dan yang lain. Ini juga permintaan Abangmu yang menyuruhku membuatnya. Jadi kau tak boleh menolak."

"Eeer, baiklah."

"Ada kekuatannya gak?"

Sib's Power [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang