8. ๑ Pain

9 0 0
                                    

“Gue sendiri gak paham sama hidup gue, tapi kenapa ada orang lain yang seakan paham dan tau semuanya?”

• Alcantara Larenzo

๑๑๑

SEORANG cowok berpenampilan berantakan itu berjalan menuju kelasnya. Baru saja ingin masuk, tangannya dicekal oleh seseorang membuat cowok itu menoleh kebelakang. Alcantara menatap seorang pria berkumis tebal yang menatapnya tajam.

"Kenapa kamu baru masuk ke kelas? Jam pertama tadi kemana?" tanya guru tersebut dengan tegas.

Alcantara merangkul pundak Pak Tedi. "Santai dulu, dong, Pak! Jangan emosian gitu." Alcantara sok akrab dengan bapak itu.

"Lepas! Kamu pikir sopan seperti ini?" Pak Tedi menepis tangan Alcantara dan menatap penuh marah—kearah cowok yang tengah cengengesan tersebut. "Berani kamu, ya! Seperti itu pada guru, Alcantara!" Pak Tedi kembali tegas pada cowok itu.

Alcantara menghela nafasnya. "Maaf, Pak. Saya tadi kebelet, salah saya ya kalo mau ke kamar mandi?" tanya Alcantara dengan wajah yang sok-sokan polos.

"Memangnya ke kamar mandi sampai berjam-jam seperti itu?" tanya Pak Tedi dengan heran.

"Maka dari itu, Pak. Saya salah tadi malem makan sambel kebanyakan." Alcantara menjawab dengan decakannya. "Lagian, Mbak di rumah saya. Bikin pecel lele, ditambah nasi anget trus sambelnya mantep banget. Apalagi ditambah lalapan, gimana saya gak kalap kan, Pak. Lelenya enak banget, dipakein sambel yang beneran mantep. Apalagi lalapan yang seger!"

Pak Tedi menelan ludahnya mendengar cerita Alcantara. Membuat perutnya keroncongan, terlalu sibuk mencari keberadaan Alcantara. Sampai ia lupa makan tadi saat jam istirahat.

"Masuk kamu kedalam kelas, saya mau makan dulu." Pak Tedi berjalan dari depan Alcantara.

Alcantara tertawa, yang semulanya Pak Tedi akan mengajar di kelas. Sekarang ia malah pergi, dia berhasil membuat guru fisika itu tak jadi masuk kedalam kelas. Akhirnya, ia terbebas dari pelajaran yang tidak terlalu ia sukai.

Cowok itu membuka pintu kelas, menampakan semuanya diam. Mungkin karena sebelumnya mereka tahu didepan ada Pak Tedi.

"Loh, Pak Tedi mana?" tanya salah satu murid.

Alcantara duduk di bangkunya. Membanting bokongnya dengan kasar, menatap datar orang-orang yang sedang menatapnya bertanya. Alcantara malas meladeni mereka, lebih baik ia diam.

"Pak Tedi, kemana?" tanya Elnasya membuat cowok itu menoleh kearahnya.

"Lagi makan pecel lele," jawab Alcantara. Cowok itu tak melihat Elnasya, sibuk dengan ponsel yang ia miringkan tersebut.

Alis Elnasya bertautan mendengar ucapan Alcantara. "Hah? Maksudnya makan pecel lele apa, Al?" tanyanya lagi.

"Lagi makan pecel lele. Lo enggak tahu lele?" tanya Alcantara menatap sebentar cewek disampingnya.

"Ya, aku tau. Tapi beneran makan pecel lele?" tanya Elnasya, Alcantara menganggukkan kepalanya. "Padahal, aku mau ngumpulin tugas aku yang ketinggalan, pas aku gak masuk waktu itu."

"Ya, lo ke ruang guru aja. Sekalian lo liat, dia beneran makan pecel lele atau enggak." Alcantara masih sibuk melihat ponselnya dengan serius. Cowok itu sedang bermain game online.

Elnasya mengangguk kecil. "Yaudah, deh, aku ke ruang guru aja."

BRAK!

"WOY! LO BISA LIAT-LIAT GAK, KALO JALAN?"

Iridescent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang