21. ๑ Pervicacious

6 0 0
                                    

“Rasa sakit itu benar-benar nyata, saat aku terlalu dalam mengenalmu.”

• Alcantara Larenzo

๑๑๑

"BANGSAT! SINI LO!"

Alcantara menarik kerah baju seorang cowok. Cowok itu tampak gemetar didepannya, dengan kepala yang menunduk. Sedangkan Alcantara kini menatapnya penuh kebencian.

Di lorong-lorong kelas IPA kini ramai, karena adanya kejadian tersebut. Semuanya menatap kearah kejadian, seorang cowok tengah memukuli lawannya dengan sadis.

"Denger gue, gak lo? Kenapa lo kasih tau ke guru, anjing!" bentak Alcantara, menatap lawannya dengan jarak yang cukup dekat. "Liat mata gue!" desak Alcantara.

Cowok di depan Alcantara itu hanya menunduk takut. "M-m... maaf, Al."

"Maaf lo gak berguna sama sekali. Mending lo mati aja sekarang, dihadapan gue!" bentak Alcantara lagi, membuat lawannya itu semakin gemetaran di depannya.

"Gila lo! Yang boleh lo bunuh cuma gue, dan yang boleh gue bunuh cuma lo. Jangan main-main, bodoh!" Gavin kini mendorong Alcantara, berusaha untuk melepaskan cengkraman cowok itu.

Alcantara menatap Gavin. "Urusan sama lo apa, pengecut? Lo tau, dia yang udah—"

"Gue tau, tapi lo gak perlu mau bunuh dia. Lo bunuh gue, Al!" ujar Gavin menatap Alcantara menantang.

Kini, Gatari yang semulanya hanya menyaksikan dengan takut. Perempuan itu maju beberapa langkah, mendekati Gavin dan memukul lengan cowok itu.

"Heh, gue manggil lo kesini, buat bawa Alca pergi dari sini! Bukannya lo malah ribut sama dia!" omel Gatari panjang di depan wajah Gavin.

"Maaf, sayang," ujar Gavin.

"Sayang-sayang! Pala lo noh, peyang. Udah, sana lo! Ganggu ketenangan kelas-kelas IPA aja. Anak Bahasa dilarang kesini!" usir Gatari sambil mengibas-kibaskan tangannya.

"Dih, sejak kapan ada peraturan begitu?" protes Gavin.

"Sejak saat ini! Sana pergi!" ujar Gatari galak.

"Iya, nanti kalo kangen pulang sekolah ketemu, ya." Gavin tersenyum sesaat kearah Gatari, sebelum cowok itu merangkul Alcantara untuk pergi bersamanya.

๑๑๑

Gavin berjalan sambil merangkul pundak Alcantara. "Lo kenapa, sih, Al?" tanya Gavin.

"Lo tau? Ruang musik ada penyusup, dia liat ada apa aja di sana. Termasuk minuman yang kita bawa," ujar Alcantara membuat Gavin melebarkan matanya seketika.

"Dia lapor guru?" tanya Gavin, Alcantara mengangguk. "Buset, tau gitu gue ikutin ngehajar dia. Lo, sih, gak bilang!"

Alcantara menepis tangan Gavin yang melingkar dipundaknya. "Halah, lagian sok-sokan misahin gue berantem!" ujarnya terlihat kesal.

"Yaudah, pulang sekolah, deh. Kita hadang dia, gimana?" tawar Gavin.

"Ngapain, lo gak takut diamuk cewek lo? Penunggu kelas-kelas IPA itu?" ujar Alcantara.

Iridescent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang