“Jadi, sebenarnya kita ini apa? Dua orang yang sedang menunggu, atau hanya sekedar singgah?”
• Alcantara Larenzo
๑๑๑
MATA Elnasya terbuka, ia mengucek matanya itu. Melihat sekelilingnya, kafe yang sepertinya ingin buka. Mata Elnasya menangkap pegawai kafe yang sedang membersihkan meja.
Perempuan itu tersenyum, dibalas oleh Elnasya juga. Dia tak enak sekarang, kepala milik Alcantara juga bersandar dalam pundaknya. Terasa berat, kini pundaknya juga baru terasa sakit.
"Al, bangun!" Elnasya menyenggol tubuh Alcantara perlahan.
Namun, cowok itu tak menanggapi sama sekali. Elnasya yakin juga cowok itu masih tertidur pulas dalam senderannya. Beberapa kali Elnasya mencoba membangunkan, tapi cowok itu tetap diam.
Hingga akhirnya menemukan ide liciknya, Elnasya bangkit dari duduknya. Membiarkan Alcantara yang mendadak terhuyung kesamping, membuat cowok itu kaget.
"Woy!" teriaknya saat kepalanya membentur pembatas sofa.
Alcantara mengelus kepalanya, sembari duduk untuk mengumpulkan nyawanya.
Elnasya terkekeh melihat cowok itu. "Mangkanya, kalo dibangunin jangan susah kayak tadi!" ledek Elnasya.
Cowok itu terlihat mendengkus kesal, wajahnya terlihat khas bangun tidur. Rambutnya acak-acakan, dan tanpa disadari Elnasya suka dengan Alcantara yang seperti sekarang. Dia terlihat lebih baik dibanding biasanya, daripada melihat wajah datar cowok itu.
"Ayo, pulang! Mama nyariin," ujar Elnasya.
Alcantara bangkit dari duduknya. "Gue ke toilet dulu, cuci muka." Cowok itu berjalan meninggalkan Elnasya.
Elnasya duduk lagi di atas sofa, dia mulai berfikir bahwa semalam ia ketiduran disini. Bahkan, ia bangun saat kafenya ingin buka. Perempuan itu melepas jas milik Alcantara yang membalut tubuhnya.
Wangi milik cowok itu juga sangat nyaman, membuat Elnasya tak sadar masih memakai jas itu. Dan nyatanya, dia juga belum sadar bahwa dekat bersama Alcantara. Membuat dirinya lebih nyaman dari biasanya.
Elnasya benar-benar bingung, rasa apa ini sebenarnya? Tidak, dia tidak boleh memiliki rasa apapun pada cowok sinting seperti Alcantara.
"Eh, lo udah bangun?" sapa seorang cowok yang menghampiri Elnasya.
Lamunan Elnasya buyar, menatap cowok itu sambil tersenyum. "Eh, iya, tadi malem ketiduran. Maaf ya,"
Opan tersenyum maklum. "Gue juga ketiduran tadi, jadi sama-sama ketiduran. Lupa buat pulang," balas Opan diiringi kekehan dari Elnasya.
"Alca mana?" tanya Opan yang duduk di samping Elnasya.
"Alca lagi ke toilet," jawab Elnasya, Opan menjawab dengan anggukan kepalanya.
"Lo ceweknya Alca?" tanya Opan.
Elnasya menggeleng. "Bukan, kok, cuma temen."
"Sayang banget, kalo sampe lo gak jadi pacarnya." Opan kini menatap kedepan, seperti sedang menerawang. "Dia itu baik orangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen Fiction-Nyatanya, pertemuan kita bukan hanya sekedar kebetulan. Melainkan takdir Tuhan yang menyuruh kita sama-sama bertahan- Bukan hanya cerita tentang dua pasangan, yang berawal dari sebuah penasaran tentang rasa sakit pada diri mereka masing-masing. Nam...