“Ketika semua orang meragukanku, saat itu juga aku mulai tidak ingin memulai apapun.”
• Alcantara Larenzo
๑๑๑
PAGI sekali Alcantara datang ke sekolah, dengan motor klasiknya itu. Cowok itu sebenarnya tidak kelihatan semangat sama sekali, dia terlihat lesu dan sama sekali enggan melakukan apapun.
Alcantara mendempetkan tiga kursi, lalu cowok itu membaringkan tubuhnya. Wajahnya ia tutupi menggunakan tas ranselnya yang hanya berisi beberapa buku. Alcantara tidak benar-benar tertidur lelap, cowok itu hanya memejamkan mata sambil membayangkan hal yang tidak mungkin menjadi kenyataan.
Selang beberapa menit masih dengan posisi yang sama, cowok itu merasa ada sesuatu yang dingin jatuh dalam tubuhnya. Alcantara berlonjak, cowok itu menatap sang pelaku yang menumpahkan minuman soda kearah dirinya yang sedang berbaring.
"Maksud lo apa?" Alcantara menatap datar lawan bicaranya sekarang.
"Gak sengaja gue," balasan Gilang yang menyebalkan cukup membuat Alcantara naik darah.
Alcantara mencengkram kerah baju Gilang, menatap cowok itu penuh emosi. "Jangan mancing-mancing gue, gue udah bosen ribut!" tekan Alcantara.
Gilang terkekeh pelan. "Bosen ribut, atau emang udah takut bakalan di drop out? Banyak banget noh, peringatan elo."
Saat tangan milik Alcantara sudah melayang di udara, hampir memukul wajah Gilang, namun tiba-tiba ada yang mencekal. Cowok itu menatap seorang perempuan yang menahan tangannya.
"Jangan," ujar Elnasya menatap Alcantara.
Alcantara tak menghiraukan, lalu cowok itu melepaskan genggaman Elnasya dan memukul Gilang saat itu juga.
"Al! Stop! Hindari keributan bodoh kayak gini! Jangan buat diri kamu makin susah!" Elnasya berusaha melepaskan Gilang dari Alcantara, perempuan itu sangat panik ketika tangan Alcantara melayang kearah Gilang.
Gilang menyerka darah di sudut matanya, tanpa Alcantara sadari cowok itu membalas pukulannya hingga dia tersungkur kebelakang. Sementara itu Elnasya yang ada disana berteriak kaget.
Suasana kelas masih sepi, hanya ada beberapa orang yang diam hanya menyaksikan. Sebelum ramai dan ada guru yang melihat, Elnasya langsung menyeret Alcantara keluar dari dalam kelas dan membawa tas cowok itu. Sementara tasnya masih ada digendongannya.
"Udah dibilangin jangan pernah berantem lagi di sekolah, kenapa masih dilakuin, sih?" marah Elnasya saat mereka berdua berjalan di koridor.
"Lo gak liat tadi Gilang se—"
"Apapun itu alasannya, Al."
Alcantara mendesah. Cowok itu memijat pelipisnya. "Gue udah gak mood banget hari ini, pagi-pagi ada yang udah bikin gue kayak tai gini. Gue bolos aja."
"Hah? Bolos?"
"Iya, lo mau ikut?"
Perempuan itu nampak berfikir, ia menghentikan langkahnya membuat Alcantara juga melakukan hal yang sama. "Jangan macem-macem, deh, Al."
"Enggak macem-macem, masih pagi juga. Gerbang belom ditutup, izin aja keluar bilang mau ambil yang ketinggalan."
Elnasya menggeleng tak setuju. "Enggak, jangan..."
"Kenapa enggak? Ayo!"
Dengan terpaksa, perempuan itu mengikuti langkah Alcantara yang menyeretnya.
Alcantara benar-benar ini bolos, cowok itu keluar gerbang dengan seenaknya. Sementara satpam sibuk mengawasi beberapa murid yang baru datang, jadi Alcantara dan Elnasya yang keluar sama sekali tidak dilihat satpam sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen Fiction-Nyatanya, pertemuan kita bukan hanya sekedar kebetulan. Melainkan takdir Tuhan yang menyuruh kita sama-sama bertahan- Bukan hanya cerita tentang dua pasangan, yang berawal dari sebuah penasaran tentang rasa sakit pada diri mereka masing-masing. Nam...