13. ๑ Obfuscate

6 0 0
                                    

Perasaan membingungkan yang saat ini sedang menghantui rasa kita berdua.”

Elnasya Anatara

๑๑๑

MANIK mata Elnasya menuju pada seorang cowok yang masuk—ke dalam kelas. Cowok itu melangkah gontai, menuju tempat duduknya yang berada disampingnya.

Alcantara terlihat lesu, dia juga hanya menatap sebentar kearah Elnasya. Selanjutnya, cowok itu memandang kearah lain.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Elnasya, masih memandang lekat wajah Alcantara.

Lebam diwajahnya, serta pergelangan tangannya yang Alcantara perban pasti membuat perhatian orang-orang. Pasti semua orang bertanya-tanya, tentang apa yang terjadi pada cowok itu.

Alcantara menatap sekilas Elnasya, ia kembali membuang pandangannya. "Gue gak apa-apa," jawabnya sambil menyenderkan tubuhnya ke kursi.

Perempuan itu menggeleng tak percaya, kembali menatap Alcantara lekat. Ia memberanikan diri memegang luka sobek di bagian bibir Alcantara, yang masih terlihat ada tetesan darah segar.

"Akh!" ringis Alcantara, menatap perempuan disampingnya.

Wajah Elnasya mendadak panik. "Eh, maaf, ini lukanya belum diobatin, ya?" tanya Elnasya.

Alcantara menyerka darah yang menetes dari sudut bibirnya. "Biarin aja," ujarnya.

"Bisa infeksi, loh, Al." Elnasya masih menatap Alcantara, wajah cowok itu banyak sekali luka. Hampir seperti zombie.

Alcantara menghela nafasnya. "Udah biasa, ntar juga sembuh sendiri."

"Gak bisa! Ini harus diobati!" Elnasya bangkit—perempuan itu menarik tangan Alcantara agar mengikutinya.

Tempat ini, sebuah ruangan besar bernuansa putih, dengan bau obat-obatan yang menyeruak indera penciuman. Seakan menjadi tempat yang sudah biasa Alcantara dan Elnasya kunjungi.

"Kamu tunggu disini, aku ambil kotak P3K dulu. Jangan kemana-mana, ya!" ingat Elnasya pada Alcantara.

Dengan malas, cowok berpenampilan urakan itu duduk di sofa empuk yang berada—tepat saat memasuki ruangan ini.

Tak lama, Elnasya kembali dengan sebuah kotak putih yang berada di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang sebuah ember kecil dengan kain didalamnya.

Perempuan itu mengompres wajah Alcantara perlahan. "Maaf, ya."

Alcantara diam, memperhatikan wajah Elnasya yang sedang serius mengobati luka-lukanya. Sesekali cowok itu hanya meringis kecil saja, saat lukanya terasa perih.

"Lo kenapa, El?" tanya Alcantara membuat perempuan itu menatapnya bingung.

"Aku gak apa-apa," jawab Elnasya yang masih sibuk mengobati luka di wajah Alcantara.

"Lo kenapa, tiba-tiba, baik banget sama gue." Alcantara menghentikan tangan Elnasya, menggenggam pergelangan tangannya, agar perempuan itu menghentikan aksinya.

Kedua manik mata mereka saling beradu, sampai akhirnya dua manik mata berwarna kecokelatan itu membuang pandangan.

Elnasya terlihat menatap kearah lain. Melepaskan tangannya yang digenggam oleh Alcantara.

Iridescent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang