“Aku tersihir, oleh pesonamu. Namun dunia selalu mengingatkan, bahwa memilikimu sama saja dengan aku menyakitimu.”
• Alcantara Larenzo
๑๑๑
"Lo sendiri yang rusak kebahagiaan lo, lo pikir gue gak kehilangan setelah apa yang abang lo itu lakuin?"
"Lo kehilangan, gue lebih kehilangan, Gav. Gue bahkan kehilangan semuanya, kehilangan orang-orang yang gue sayangi," balas Alcantara.
Gavin berdecih. "Itu semua karna lo sendiri, Al. Lo itu bodoh, pengecut—"
Bugh! Bugh!
Emosi Alcantara memuncak, hingga akhirnya ia tega memukuli temannya sendiri. Hingga Gavin tersungkur saat ini, memegangi sudut bibirnya yang berdarah.
Alcantara mencengkram dagu Gavin, agar menatapnya. "Kenapa lo diem? Lawan gue, Gav!" ujar Alcantara marah, saat ia berhasil membuat Gavin babak belur namun Gavin tak membalas pukulannya sama sekali.
"Ini, kan, yang lo mau dari tadi? Lo itu bodoh, pengecut!" teriak Gavin sambil membalas Alcantara, kini giliran Alcantara yang diam tak membalas pukulan Gavin.
Orang-orang disekitar mereka mulai mendekati, semuanya menyaksikan perkelahian itu dengan sedikit takut-takut. Ada juga yang merekam kejadian, semuanya hanya diam menonton. Tak ada yang berani melerai mereka berdua.
Hingga akhirnya, seorang cewek berusaha menerobos kumpulan orang-orang itu. Dia menatap kesal kearah Alcantara dan Gavin. Namun matanya, hanya tertuju pada cowok jaket kulit hitam itu. Gavin.
"Woi! Lo berdua itu sinting, ya?" teriak Gatari, dibelakangnya ada Elnasya yang mengekori—menatap dua orang cowok itu dengan takut.
Gavin berhenti melakukan aksinya, melihat kearah sumber suara. Alcantara juga sama, pandangannya mengarah pada perempuan yang tengah menatapnya tak percaya. Terlihat matanya yang begitu khawatir terhadap dirinya.
Berbeda dengan tatapan yang Gavin terima, Gatari menyoroti tak suka kearahnya. Benar-benar tak suka!
"Ngapain, sih. Gini banget, ya, cari perhatian?" sindir Gatari.
Gavin tersenyum. "Iya, gue mau diperhatiin sama lo doang, Gat. Gak mau sama yang lain."
"Malah bikin gue gak tertarik sama sekali." Gatari berdecih.
"Al." Elnasya mendekat kearah Alcantara, perempuan itu membantu Alcantara bangkit. "Kamu kenapa sama Gavin?" tanya Elnasya lagi.
"Gara-gara lo," ujar Alcantara.
Elnasya menatap bingung Alcantara, saat ia sudah membawa cowok itu duduk di atas batu besar. "Kok jadi aku, sih?" ujar Elnasya pelan.
"Kenapa, El? Kenapa lo selalu bikin gue kayak gini? Kenapa lo selalu bohong, gue muak denger semua kebohongan lo itu. Terutama tentang hubungan lo sama Gilang itu sebenarnya apa," ucap Alcantara.
Elnasya menatap Alcantara, memang sejak keluar dari posko Alcantara tak berbicara apapun lagi padanya. Bahkan cowok itu begitu saja meninggalkannya saat ia masih harus istirahat di posko kesehatan.
"Aku gak nyuruh kamu buat mikirin aku. Jadi, kamu gak perlu khawatir tentang aku, Al. Hidup kamu akan tenang kan?" ucap Elnasya, ia menghela nafas panjang. "Cukup, Al. Lebih baik kita memang gak usah kenal sebelumnya."
Elnasya bangkit, perempuan itu berjalan menjauh dari Alcantara. Ia menuju tenda, semua orang-orang sudah balik ke tenda. Sore nanti akan ada acara di kemah hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen Fiction-Nyatanya, pertemuan kita bukan hanya sekedar kebetulan. Melainkan takdir Tuhan yang menyuruh kita sama-sama bertahan- Bukan hanya cerita tentang dua pasangan, yang berawal dari sebuah penasaran tentang rasa sakit pada diri mereka masing-masing. Nam...