16. ๑ Rain

6 0 0
                                    

Suara air hujan seperti memiliki cerita indah saat kita mendengarnya.”

Elnasya Anatara

๑๑๑

ELNASYA kini memperhatikan orang-orang yang ada disekelilingnya. Mereka semua terlihat sangat cantik, ini seperti acara fashion show karena semuanya memakai pakaian begitu mewah.

Tak hentinya perempuan itu terus membandingkan dirinya dengan orang-orang itu. Membuatnya semakin kepikiran tentang penampilannya.

"Hey!"

Pundak Elnasya ada yang menepuk, membuat perempuan itu menoleh ke belakang. Ada seorang perempuan yang kini menyapanya.

"Lo anak Lentera Bangsa juga, ya? Gue sering liat lo soalnya," ujar perempuan itu.

Elnasya tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya, kamu juga, ya?" tanyanya.

Perempuan itu mengulurkan tangannya. "Gatari."

Elnasya menerima uluran tangan tersebut. "Elnasya," jawabnya.

"Lo kelas apa, El?" tanya Gatari.

"Aku Bahasa dua, kalo kamu?" tanya Elnasya.

"Gue MIPA dua," jawab Gatari.

Selanjutnya, mereka berdua mengambil minuman bersama. Duduk disalah satu bangku dan memakan sebuah cake cokelat.

"Kamu pacarnya Gav, ya?" tanya Elnasya pada perempuan itu.

Gatari mendengkus. "Enggak, lah, yakali gue mau sama cowok sinting kayak dia."

Elnasya terkekeh pelan. "Halah, jangan gitu, Gat. Kalo jadi beneran, gimana?" goda Elnasya.

Gatari memutar bola matanya malas. "Ah, lo mah!" ujarnya malas.

Elnasya hanya tertawa saja, melihat wajah Gatari yang terlihat malas membicarakan tentang hubungannya dengan Gavin.

"Kalo elo? Pacarnya Alca?" tanya Gatari balik.

Elnasya menggeleng. "Aku juga mana mau sama Alca, orang sinting begitu."

Dua orang perempuan itu tertawa bersama, seperti lucu membahas itu. Ntahlah, mengatakan sinting pada dua cowok itu memang fakta adanya.

"Ngomongin kita?"

Cowok berjas menatap Elnasya dan Gatari datar.

Alcantara menghela nafas panjang. "Ayo ngomongin lagi, mumpung ada orangnya nih!"

Gavin ikut duduk didepan Gatari, sedangkan Alcantara kini berada didepan Elnasya.

"Kayak setan, dimana-mana ada." Gatari terlihat malas.

Gavin menghelai rambut sepundak milik Gatari—yang berwarna sedikit kecoklatan. "Jangan gitu, ah, setan apa  yang wujudnya ganteng kayak gini?"

Gatari menepis tangan Gavin. Perempuan itu menyipitkan mata menatap Gavin kesal. "Najis!" celetuknya.

Sementara Alcantara dan Elnasya terkekeh melihat tingkah mereka berdua.

Gavin berdecak. "Apa gue perlu kasar sama elo? Kalo dilembutin gini lo gak suka."

Iridescent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang