Bab 7

800 39 0
                                    

Assalamualaikum temen-temen
Happy reading 👋




Semburat cahaya pagi mulai masuk menyapa gadis cantik melalui jendela kamarnya. Sentuhan hangat terasa sejuk untuknya. Ditambah lagi suara bising ayam berkokok yang melengkapi keindahan mentari pagi itu.

Aisyafa bangun seperti biasa dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah tadarus pagi ia dengan cepat mulai berkutat dengan alat-alat dapur. Sebenarnya uminya tadi sudah memasak sarapan. Namun, itu hanya cukup untuk mereka bertiga.  Sedangkan dia berencana membawakan makanan untuk majikannya dari rumah.

"Assalamualaikum umi, Sobahul khoir." ucap Aisyafa sambil mencium pipi uminya.

"Waalaikumussalam kak shobahun nur." jawab umi Wati sambi mengelus kepala putrinya.

Aisyafa mengedarkan matanya mengamati semua makanan yang berada di atas meja makan. Ia melihat ada nasi goreng dan telur ceplok mata sapi yang sudah siap di atas meja.

"Mm..Umi, nasi yang belum digoreng masih ada?" tanya Aisyafa.

"Masih kak. Kenapa?" Tanya umi Wati.

"Mau buat nasi goreng lagi umi, buat Zafi." Aisyafa memutuskan untuk membawakan sarapan untuk Zafi dari rumah saja. Karena ia yakin di apartemen Zafi pasti tidak ada bahan masakan, secara dia tinggal sendiri, cowok pula.

"Ya ampun kak. Kenapa semalam gak bilang? Kan umi bisa buatin lebih untuk nak Zafi." ujar umi Wati.

"Hehe lupa umi, tapi gapapa kok. Umi lanjutin aja buat kuenya. Pagi ini Aisyafa nggak bantuin umi dulu ya. Maaf umi."

Umi Wati pun tersenyum melihat putrinya itu "Gapapa sayang. Sekarang masak gih buat nak Zafi keburu telat nanti."

"Iya mi" jawab Aisyafa.

****

Selesainya memasak sarapan, Aisyafa bersiap dan bergegas berangkat ke apartemen Zafi. Aisyafa naik angkot jam 6 kurang 10 karena takutnya nanti kesiangan, dirinya juga harus bersihin apartemen Zafi pagi ini.

Aisyafa berjalan pelan sambil bersenandung merdu menunggu kendaraan yang akan mengantarkannya ke tempat Zafi. Terlihat orang-orang berpakaian rapi tak lupa dengan tas yang setia ikut untuk menyambut pagi mereka. Kicauan burung bernyanyi merdu menemani para insan untuk mengawali hari baru. Tak berselang lama, apa yang ditunggu Aisyafa datang dan menghampiri dirinya yang berdiri sambil tersenyum di tepian jalan.

Sesampainya di unit apartemen milik Zafi, Aisyafa berdiri didepan pintu, dirinya tidak bisa masuk. Pintunya dikunci dengan sandi dan Aisyafa tentu tidak mengetahui sandinya. Aisyafa mengetuk pintu berkali-kali namun tidak ada sahutan dari sang pemilik.

"Zafi gimana sih. Kalau gini kan ngulur waktu jadinya. Nanti kalau telat gimana?" gerutu Aisyafa.

"Eh kemarin kan ada yang ngirim pesan ke aku. Apa itu Zafi ya? Kan bilangnya jangan telat. Kenapa kamu baru kepikiran sekarang sih Ais. Tapi kalau bukan gimana?" Aisyafa bergumam sendiri didepan pintu. Lalu Aisyafa mengambil handphone didalam tas dan membuka room chatnya kemudian melihat nomor yang kemarin menghubunginya.

"Telpon nggak ya? Ah telpon aja deh gapapa, daripada disini terus." akhirnya Aisyafa menghubungi nomor Zafi.

Drrttt... Drrttt

Getaran handphone didalam kamar mengusik Zafi bersama mimpi indahnya. Awalnya Zafi hanya membiarkan tanpa ada niat untuk mengangkatnya. Karena merasa terganggu Zafi akhirnya menekan tombol hijau yang pertanda mengangkat telepon masuk itu tanpa melihat dulu siapa orang yang membuat panggilan itu.

"Siapa sih!!? Pagi-pagi telepon, ganggu orang tidur aja!!" kesal Zafi.

Aisyafa yang mendengarnya pun kaget. Apa dirinya salah sampai membuat Zafi marah? Dengan hati yang bergetar ia pun memberanikan diri menjawab.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang