Bab 9

768 32 0
                                    

Assalamualaikum teman-teman
Happy reading 👋




"Ya allah Zafi kamu gapapa?" Aisyafa panik sekarang dirinya takut terjadi apa-apa pada Zafi.

****
"Sakit fa. Pusing." keluh Zafi dengan nada lemas. Aisyafa kemudian mendudukkan dirinya disamping Zafi yang tertidur di ranjang.

"Astaghfirullah gimana ini." Aisyafa memegang dahi Zafi dengan ragu. Dan iya ternyata tubuh Zafi panas.

"Badan kamu panas Zaf, bentar aku ambilin kompresan dulu." diurungkannya niat Aisyafa untuk mengambil kompresan ke belakang karena tangannya dicekal erat dengan Zafi.

"Jangan tinggalin gue fa" lirih Zafi yang masih bisa didengar oleh Aisyafa.

"A-aku hanya ke dapur kok zaf, buatin kamu obat dan ambil kompresan." Aisyafa berusaha melepas cekalan tangan Zafi namun nihil. "Zaf tolong lepasin sebentar aja kok" ujar Aisyafa.

"Nggak usah, lo disini aja" kekeuh Zafi.

"Hanya sebentar Zaf." dengan pelan Aisyafa melepas cekalan tangan Zafi dari tangannya.

Aisyafa pergi kedapur membuat obat untuk Zafi. Untungnya tadi Aisyafa waktu di supermarket membeli sedikit jahe, dan dirinya sekarang bisa membuatkan Zafi teh jahe. Setahu Aisyafa dulu uminya membuatkan teh jahe saat dia sakit perut dan bisa sembuh. (maaf ya guys kalau salah hehe:)).

Setelah selesai berkutat dengan jahe Aisyafa pun segera kembali lagi ke kamar Zafi, dan mulai duduk di sampingnya.

"Zaf coba kamu duduk dulu minum teh jahe nya." tutur Aisyafa dengan tangan membantu Zafi untuk duduk.

"Nggak." tolak Zafi.

"Kamu mau sakit perut terus. Aku udah buatin ini lo Zaf masa nggak kamu minum obatnya." ucap Aisyafa.

Zafi merasa tidak enak, Syafa sudah rela membuatkannya obat untuknya. Dan akhirnya dengan keadaan yang masih lemas Zafi berusaha bangun menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang.

Aisyafa yang melihatnya pun tersenyum dan mengambil teh di atas nakas lalu membantu meminumkannya ke Zafi.

"Gimana? Panas?" tanya Aisyafa.

Zafi menggeleng dan merebahkan tubuhnya kembali. Aisyafa mengambil handuk yang ada di baskom tadi dan mulai mengompres Zafi.
Zafi menatap lekat Aisyafa, "Tetep disini ya, jangan tinggalin gue." ucap Zafi. Tiba-tiba Zafi mengangkat kepalanya dan merebahkan di atas paha Aisyafa yang terbalut rok.

"Z-zaf jangan gini." ucap Aisyafa yang terlihat tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Zafi sekarang.

"Gue mohon bentar aja. Sampai gue tidur." mohon Zafi.

'Ya allah kenapa jadi gini.' ucap Aisyafa dalam hati.

Setelah ada setengah jam Aisyafa mengompres Zafi, ia menyentuh dahi Zafi dan ternyata panasnya sudah sedikit menurun. Aisyafa melihat wajah Zafi yang tenang, dan tertidur pulas. Aisyafa memutuskan untuk mengangkat kepala Zafi dari pangkuannya dan menggantinya dengan bantal. Dirinya lalu pergi keluar kamar.

"Terus sekarang aku harus ngapain? Oh Astaghfirullahalazim aku belum sholat Isya." dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan, Aisyafa langsung menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanan sholat Isya di ruang TV.

Setelah selesai sholat, Aisyafa berdiam diri sambil rebahan di sofa.
"Ini udah malah tapi Zafi belum bangun. Masa aku pulang dan ninggalin Zafi dalam keadaan sakit. Kalau terjadi apa-gimana, Zafi sakit juga karena aku." Asiyafa bingung sekarang. Tak berselang lama Aisyafa pun malah memejamkan maja dan memasuki alam mimpinya.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang