"Takdir Allah adalah sebaik-baiknya takdir yang sudah Allah gariskan untuk semua umatnya."
~Abidzar Zafierio PradigtaAssalamualaikum Temen-temen
Happy Reading 👋
•
•
•
•****
Sore hari sepulangnya mereka dari rumah sakit Iin pulang diantar oleh Gio, namun Bella sama Luna memilih ikut Dewa dan yang lain ke markas.
"Gue kasian sama Aisya." ucap Luna dengan muka yang lesu karna memikirkan sahabatnya.
"Udah beb nggak usah dipikiran, kita bantu doa. Kita juga harus yakin kalau umi Wati bisa sembuh." Aldo mengelus pelan pundak kekasihnya itu.
"Yang ada dipikiran gue tetep si Zafi sih." Dewa menatap bingung Azril.
"Maksud lo?."
"Ya gue nggak pernah lihat Zafi sepanik ini wa. Waktu salah satu diantara kita habis dikroyok sama anak sekolah sebelah sampai masuk rumah sakit, nggak ada tuh Zafi panik." ucap Azril sambil menatap semua orang yang ada di markas.
"Coba jelasin deh ke gue sebenernya ada apa? Gue nggak paham sama yang kalian omongin." sahut Haris yang memang sedari tadi ikut menyimak obrolan mereka.
"Aisya tu cewek yang kalian bahas waktu itu kan?" tanya Bayu.
"Hm. Nyokapnya Aisya masuk rumah sakit karna ada penyumbatan di area pembuluh darahnya, dan harus operasi." jawab Dewa.
"Trus Zafi ada disana sekarang?" Dewa hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Pastinya. Kan tadi gue udah cerita kalau Zafi kelihatan panik banget waktu tau neng bidadari serapuh tadi. Mustahil kalau Zafi balik ninggalin neng bidadari sendiri di rumah sakit." imbuh Azril.
"Dia udah nemuin tujuan hidupnya jadi nggak usah dipikirin." tukas Gio dengan santainya.
"Lo mah gitu gi." Azril mendengus pelan.
"Ya trus lo mau gue gimana?."
"Udahlah nggak usah mikirin masalah itu. Kalaupun Zafi suka sama Aisya emang kenapa sih?" kesal Bella karna malah membahas kepanikan Zafi.
"Ya nggakpapa sih tapi kan itu hal yang langka untuk kita." ucap Azril.
"Lo mah lebay zril." tukas Luna.
"Pulang bel, tar malem lo jadi ikut nggak ke rumah sakit?" Dewa beralih menatap Bella.
"Ikut. Zafi biar pulang dan gue yang jagain Aisya disana." jawab Bella.
Bella dan Dewa pun beranjak dari duduknya untuk pulang. Dan yang lain kembali melanjutkan obrolan mereka.
****
Aisyafa menatap sendu uminya yang terbaring lemas diatas brankar rumah sakit. Dia hanya diam dengan air mata yang terus membasahi pipinya. Yusuf pun begitu, dia semakin sedih melihat kakaknya yang hanya bisa diam menangis menatap umi.
Zafi yang melihat itupun tidak tega dengan keadaan gadisnya saat ini. Senyum yang Zafi harapkan selalu saja kalah dengan air mata Aisyafa yang seakan menguasai keadaan Aisyafa. Zafi memilih keluar dan memberikan Aisyafa ruang untuk mengekpresikan perasannnya
"Umi...hiks.." Aisyafa mencium lembut tangan uminya dengan isakan tangis yang masih terdengar. "Umi, Ais bingung harus apa umi..Maafin Ais..Hikss..." isak Aisyafa.
"Umi..Umi nggak akan ninggalin Yusuf sama kak Ais kan.." sama dengan Yusuf yang ikut menangis disamping uminya.
Tak lama kemudian seorang dokter diikuti 2 perawat masuk kedalam ruang rawat inap umi Wati.
"Coba cek tekanan darahnya sus." ucap sang Dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Spiritual"Wahai arutala saksikanlah renjanaku bersama nabastala agar diriku bisa bertemu dengan sang harsa meski semua terlihat seperti lengkara." Menceritakan seorang laki-laki yang berparas tampan, yang memendam perasaan kepada seorang wanita religius yang...