Bab 25

610 23 0
                                    

Assalamualaikum temen-temen
Happy Reading👋




Zafi beranjak pamit dan tangannya bergerak menyalimi tangan umi wati. Umi wati membalasnya dengan senyum manis yang mirip dengan Aisyafa.

"Zafi pamit umi." ucap Zafi.

"Iya nak. Mau pamit sama Ais?" tanya umi wati.

"Oh nggak usah umi. Hati Zafi goyah lagi nantinya. Titip salam aja untuk Syafa." Umi wati terkekeh mendengar ucapan Zafi. Lelaki ini ternyata begitu terus terang kepadanya.

"Nanti umi sampein. Hati-hati ya." Zafi pun tersenyum dan mengangguk.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." jawab umi wati.

Zafi menyalakan motornya dan mulai melajukan motornya menjauhi rumah Aisyafa. Kemudian umi wati membereskan mengambil cangkir teh yang tadi Zafi minum dan melangkahkan kakinya memasuki rumah.

"Zafi sudah pulang ya umi?" tanya Aisyafa yang sedang menonton tv sambil memakan kue bawang buatan uminya.

"Iya kak. Oh ya tadi nak Zafi titip salam." ujar umi wati.

"Waalaikumussalam." Umi wati mengerutkan dahinya. Kenapa putrinya itu menunduk lesu sekarang?

"Kenapa kak?"

"Ah enggak kok umi." elak Aisyafa sambil menetralkan mukanya.

Umi wati berjalan menghampiri dan mendudukan dirinya di samping Aisyafa. "Umi boleh tanya kak?" Aisyafa menatap uminya.

"Tentu boleh umi."

"Apakah hatimu sekarang tumbuh perasaan sama nak Zafi?" pertanyaan dari uminya itu sangat mengejutkan Aisyafa.

"M-maksud umi?"

"Kak, umi nggak tau kakak bohong sama umi atau tidak. Tapi umi yakin ada yang kakak sembunyikan sama umi ya?" Aisyafa merasa tertegun, bagaimana uminya tau?

"Umi.." lirrih Aisyafa.

"Ada apa kak? Mau cerita?" tawar sang umi kepada putrinya.

"Mi, jika Ais punya perasaan lebih kepada lawan jenis apa itu salah? Pasti Ais dapat dosa ya mi? Dan, jika Ais menjatuhkan perasaan itu kepada Zafi, secara nggak langsung ais mengalami apa yang ais ucapkan kepada Zafi dulu?" adu Aisyafa.

Umi wati sontak tersenyum menatap putrinya. Benar ternyata, kalau putrinya itu menyimpan perasaannya. Apa yang dirinya lihat ternyata benar. Putrinya sedang jatuh cinta.

"Kamu jatuh hati sama nak Zafi kan? Betul?" Aisyafa hanya diam menatap uminya. Ia tak tahu harus apa sekarang.

"Ais akan sangat munafik kalau Ais bilang enggak umi." akhirnya Aisyafa meluapkan semua perasaannya kepada uminya. Sebelumnya Aisyafa hanya berani mengadukan tentang apa yang dirinya rasakan hanya kepada tuhannya.

Flashback on

Aisyafa terbangun disepertiga malam terakhir. Jika diminta menunjukkan waktu, mungkin sekarang sudah pukul set 3 pagi. Satu hari ini setelah dia menjawab pertanyaan dari Yusuf dan uminya, ia merasa ada yang tidak beres dengan hatinya. Kenapa dirinya merasakan seperti keresahan dalam hatinya. Ia terus-terusan memikirkan Zafi hari ini.
(Masih ingat kan guys waktu Yusuf dan umi wati bertanya dimeja makan? Coba baca lagi di part sebelumnya☺)

Aisyafa beranjak dari tidurnya dan bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat tahajud. Ia memilih mengadukan semua keresahannya kepada Allah saja.

Saat ia sudah selesai dengan ibadah sholatnya, sudah witir dan sholat hajat. Ia mengedahkan tangannya keatas dan mulai mengadukan semua keresahannya.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang