Bab 12

740 33 0
                                    

"Libatkan Allah dalam segala urusan duniamu. Libatkanlah Allah dalam urusan hatimu sekalipun."
- mengejarsurga_

Assalamualaikum teman-teman
Happy reading 👋




Langit mulai menampakkan keindahan bulan. Obrolan dari Aisyafa, Zafi, Yusuf dan Umi Wati memecah keheningan pada malam yang sunyi itu. Mereka duduk santai sambil ngobrol. Mereka menikmati makanan dan jajanan yang Zafi beli. Lebih tepatnya Dewa. Tadi Zafi menyuruh Dewa untuk kerumah sakit dan membawakannya pakaian ganti serta membawa sedikit makanan untuk dimakan nantinya.

"Nak Zafi boleh umi tanya?" izin Umi Wati.

"Tentu umi" jawab Zafi.

"Bagaimana nak Zafi bisa bertemu Aisya? Maksud umi, bagaimana kalian bisa kenal dan sedekat ini?" pertanyaan yang diucapkan umi Wati mampu membuat keduanya diam dan saling menatap satu sama lain.

"Waktu itu, sekitar dua minggu yang lalu saya kecelakaan didepan panti umi, dan Syafa menolong saya. Entah takdir atau apa kita ketemu lagi di SMA GARUDA yang ternyata Syafa pindah sekolah disana. Dan sekarang Syafa juga kerja bersama saya." terang Zafi.

"Oh begitu. Kenapa nak Zafi begitu peduli kepada Asiya nak? Ee..gini sebelumnya Aisya tidak pernah punya teman sedekat ini. Apalagi laki-laki. Waktu dulu Alm abinya masih ada, Aisya jarang sekali keluar rumah. Dia pendiam dan susah bersosialisasi anaknya. Umi kaget saat Aisya membawa nak Zafi datang kerumah, Aisya bilang kalau nak Zafi memberi pekerjaan, lalu membantu Aisya kerumah sakit bahkan dengan baiknya membayarkan biaya rumah sakit Aisya. Boleh umi tau alasannya nak? Maaf kalau sedikit menyinggung." umi Wati mengutarakan unek-uneknya selama ini.

"Umi, kenapa umi bertanya seperti itu kepada Zafi?" tanya Aisyafa yang dari tadi menyimak obrolan umi dan Zafi.

"Umi hanya pengen tau saja kak. Apakah nak zafi keberatan dengan pertanyaan umi ?" tanya umi Wati memastikan.

"Tidak kok umi." Zafi menjawab dengan senyuman yang terlihat kaku di bibirnya.

"Syukur kalau gitu. Semisal nak Zafi keberatan tidak usah dijawab tidak apa apa kok" ucap umi Wati.

"Dengan senang hati saya akan menjawabnya umi." Aisyafa sebenarnya juga penasaran. Selama ini Zafi baik padahal mereka baru ketemu.

'Saatnya lo jujur Zafi.' Ucap Zafi dalam hati.

Kemudian Zafi menarik nafasnya dalam dan mulai berbicara, "Awal saya bertemu dengan Syafa, saya merasa bertemu dengan seseorang yang telah lama meninggalkan saya, yaitu bunda saya. Saat saya tak sengaja menatap manik mata Syafa yang mirip dengan bunda, hal itu sontak membuat saya tertarik dengan Syafa." Aisyafa termenung mendengar ucapan Zafi.

"Awalnya saya merasa ini hanya ketertarikan biasa, namun setelah saya melihat dan mengenal Syafa saat pertama kali Syafa pindah di SMA GARUDA saya merasakan getaran di hati saya umi. Bisa dikatakan, saya menyukai Syafa. Dan bahkan saya sudah mencintai Syafa." Zafi mengehela nafas kemudian melanjutkan lagi ucapannya.

"Saya tidak bisa saat saya melihat air mata Syafa turun karna dipecat waktu itu. Saya juga tidak mampu umi melihat Syafa kesakitan seperti kemarin. Saat Syafa merawat saya diwaktu saya sakit, saya merasa hadirnya bunda disisi saya umi. Saya tidak pernah merasakan kehangatan dan kenyamanan seperti yang Syafa berikan setelah bunda saya pergi. Maafkan saya umi yang telah lancang menyukai Syafa. Maafkan saya yang tak tau dirinya sudah berani mencintai Syafa umi." Zafi hanya bisa menunduk sambil menjawab pertanyaan dari umi Wati tadi. Zafi takut kalau Syafa akan menjauhinya sekarang, saat tau kalau Zafi dengan lancang menyukainya.

Aisyafa benar-benar terkejut, dadanya seperti sesak saat mendengar ucapan Zafi barusan. Apa ini serius? Mengapa bisa Zafi menyukai gadis seperti dirinya? Syafa hanya diam sambil menatap kosong hal didepannya. Dirinya baru bertemu dengan sosok lelaki didepannya itu beberapa hari yang lalu.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang