Assalamualaikum teman-teman
Happy reading 👋
•
•
•
•
"Boleh." jawab Aisyafa. Zafi pun mulai masuk kedalam ruang rawat Aisyafa dan menutup pintunya.****
Zafi kemudian berjalan mendekati tempat tidur Aisyafa. Entah kenapa Zafi merasa gugup sekarang. Padahal selama ini Zafi tidak pernah gugup dalam melakukan hal apapun.
"Gimana keadaan lo fa? Baik kan? Apa masih pusing? Lo pengen sesuatu? Mau dibeliin apa?" tanya Zafi beruntun.
Aisyafa sedikit melongo dan terkejut. Kenapa Zafi begitu cerewet sekarang. "Kenapa kamu jadi banyak omong kaya gini zaf?"
"Gatau. Sama lo aja gue kaya gini." cetus Zafi.
"Kamu tadi belum jawab pertanyaan aku. Apa kamu marah sama aku Zaf? Aku minta maaf atas perkataan aku kemarin, aku nggak bermaksud untuk menyinggung perasaan kamu. Tapi aku hanya merasa--". Ucapan Aisyafa terpotong dengan perkataan Zafi.
"Lo nggak salah. Lo nggak pernah salah dimata gue fa. Justru gue yang harus minta maaf. Gue gue juga nggak ada maksud untuk buat lo dapat dosa. Gue nggak pernah tau fa kenapa gue bisa suka dan cinta sama lo. Rasa yang ada ini sama sekali diluar kendali gue. Maafin gue yang udah lancang suka sama lo." jelas Zafi.
"Aku tau kok. Tapi aku nggak mau rasa itu semakin dalam buat aku Zaf. Tolong kamu hapus rasa kamu buat aku ya. Kalaupun kamu nggak bisa, aku bisa jauhin kamu, atau kamu yang jauhin aku. Aku akan berhenti dari pekerjaan aku." tawar Aisyafa.
"Nggak gitu fa nyelesainnya. Gue nggak akan pernah mau jauh dari lo, dan gue juga nggak akan pernah ngizinin lo untuk jauhin gue. Lo nggak boleh berhenti dari pekerjaan lo. Jalani seperti biasa. Dan gue akan usahain.." Zafi diam sejenak dan kembali menarik nafas pelan.
"Buat lupain rasa gue ke lo. Tapi gue pastiin kalau lo jodoh gue, lo nggak akan bisa jauh dari gue. Gue pastiin lo akan jadi milik gue." lanjut Zafi.
"Itu namanya kamu nggak bakal hapus rasa kamu ke aku Zafi." Aisyafa menatap kesal Zafi sambil mengerucutkan bibirnya.
Zafi terkekeh melihat Aisyafa sekarang. "Untuk sekarang gue akan berusaha buat hapus fa. Tapi kalau nanti tetep nggak bisa ya gue nggak bisa apa-apa. Gue cuma bisa minta ke Allah untuk buat lo juga merasakan seperti apa yang gue rasakan ke lo."ucap Zafi.
"Baiklah kalau gitu." ucap Aisyafa
'Gue nggak akan bisa hapus rasa gue ke lo fa. Dan gue juga nggak akan pernah mau coba untuk menghapusnya.' Batin Zafi serasa ingin berteriak mengatakan itu kepada Aisyafa.
"Iya Syafa." Zafi mengangkat sudut bibirnya menatap Aisyafa. "Umi mana?"
"Umi kalau malam pulang, aku sama Yusuf. Kalau siang Umi yang gantian jaga aku karna Yusuf sekolah." terang Aisyafa.
"Oh. Trus kata dokter kapan boleh pulang?" tanya Zafi.
"Insyaallah besok udah boleh pulang kok." jawab Aisyafa.
"Naik apa pulangnya?" percayalah sekarang Zafi beralih profesi menjadi wawancara. Dia dari tadi tak henti-hentinya bertanya.
"Nggak tau. Naik angkot mungkin." Aisyafa beralih mengambil jeruk diatas nakas samping tempat tidurnya.
Zafi yang melihat Aisyafa mengambil jeruk namun tak sampai, ia langsung membantu mengambilkannya. "Sama gue aja, besok gue antar." tawar Zafi.
"Makasih. Tapi nggak usah Zaf, aku dan keluargaku udah banyak ngrepotin kamu. Biaya rumah sakut ini aja pasti mahal. Terus nanti kalau kamu antar kita pulang juga ngabisin bensin. Jadi gausah gapapa." tolak Aisyafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Spiritual"Wahai arutala saksikanlah renjanaku bersama nabastala agar diriku bisa bertemu dengan sang harsa meski semua terlihat seperti lengkara." Menceritakan seorang laki-laki yang berparas tampan, yang memendam perasaan kepada seorang wanita religius yang...