03. Eden Harrington

1.9K 401 224
                                    


Halo halooo, bagaimana kabar Minggu ini?

Sudah siap baca Harrington?
Boleh sini aku minta absen voter ke berapa?

Jangan lupa pencet bintangnya ya, biar nanti enggak lupa buat penanda bab yang udah dibaca dan belum🌝✨






August terbiasa menyelesaikan masalah dengan cepat dan solutif. Meskipun memiliki kekuasaan mutlak untuk menyuruh orang-orang menurutinya, dalam beberapa kesempatan, August lebih senang turun tangan untuk membereskan apa yang perlu dengan tangannya sendiri. Ada masalah yang baik untuk diselesaikan orang lain, tapi diselesaikan sendiri rasanya lebih pas untuk August pribadi.

Liquor dengan konsentrasi berat sejak tadi malam menggoda August untuk menjejalkannya ke balik tenggorokan. Namun August beranggapan bahwasannya membawa isi kepala terbang untuk rentang waktu sebentar hanya untuk lari dari masalah, bukanlah opsi yang baik. Mungkin jika dulu, saat August masih gemar mengoleksi figurin mobil edisi terbatas, satu botol minuman bisa ia habiskan sampai tubuhnya tidak merasakan apa-apa. Namun kebiasaan buruk itu sudah ditinggalkan lama, dan August berpikir; melampiaskan hal-hal frustrasi pada alkohol tidak membantu menyelesaikan masalah.

Kendati pelipisnya berkedut bak baru saja terantuk oleh palu besi, August masih berusaha untuk bangun pada pukul lima pagi. Setelah itu ia akan menyisihkan waktu sebanyak tiga puluh menit untuk berbicara dengan pikirannya sendiri. Menjelajah mengenai tujuan dan menganalisis apa yang bisa ia pecahkan dalam kepala. Bisnis, relasi, komunikasi keluarga, dan sekarang mengenai kehadiran Eden.

Oke, Harrington Residence sendiri seharusnya cukup untuk membuat orang asing merasa segan untuk melakukan sesuatu. Sesederhana berjalan atau melihat-lihat. Namun persepsi August berkata sebaliknya. Untuk ukuran seorang bocah laki-laki yang memiliki postur tidak begitu besar, Eden termasuk pandai menyesuaikan diri. Tingkahnya tidak berlebihan, bocah itu juga tidak banyak membicarakan hal yang tidak perlu.

Ruangan pribadi August jelas memiliki atmosfer yang pekat, meja kerja, rak buku yang menempel pada satu bagian dinding, sofa dari Minotti berwarna gelap, dan interior minimalis tetapi berkelas yang ia pilih sendiri desainernya.

"Kemarin itu benar-benar mengejutkan," kata August saat ia duduk menatap Eden dan memasrahkan kedua tangan pada lengan sofa tunggalnya. "Dan aku tidak menyukai konversasi yang membuang-buang waktu. Jadi beri tahu aku siapa yang menyuruhmu datang ke Harrington Residence?"

August Harrington tidak perlu repot-repot menodongkan pistol atau sebuah perjanjian yang perlu ditanda tangani. Seharusnya kehadirannya cukup untuk membuat anak kecil menangis.

"Aku datang sendiri." Eden menjawab, tubuhnya yang dibalut kemeja berwarna biru muda dan celana bahan setinggi lutut, menandakan ia mendapatkan perhatian dari Rosse Harrington. "Tidak ada yang menyuruh."

Rambutnya juga di sisir rapi, parfum beraroma persik sesekali terhirup oleh August yang tidak duduk jauh dari posisi Eden berada. Memandakan barangkali Rosse juga mengeluarkan koleksi parfum dengan aroma paling netral dari dalam lemarinya. Itu menjelaskan kenapa meja sarapan mendadak hening seperti semua perhatian tersorot pada kehadiran si Harrington cilik yang tak benar-benar diakui oleh semua orang.

"Keberanianmu patut untuk diakui, Nak." August berbicara lurus, nadanya sedikit mengancam. "Tapi urusan orang dewasa jelas lebih rumit dibandingkan dirimu yang tiba-tiba datang membawa Golden Pass Harrington. Dari mana kau mendapatkannya, aku bertanya."

"Memangnya serumit apa?" Eden menimpali.

Dan August yakin bocah laki-laki ini memiliki kecapakan besar untuk berbicara dan memilih apa yang ingin dikatakannya. Mengabaikan nyaris keseluruhan titik permasalahan yang August sampaikan dengan pandangan mata sepenuhnya tidak berdosa.

August's First July ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang