06. Nona Aria

1.3K 319 166
                                    


Butuh waktu lebih lama untuk update Daddy Augi 😭 Tapi iya, mereka sudah di sini hahahaha

Masih disimpan di perpustakaan kan, ceritanya?
Kalau belum, ayok ditambahin dulu.
Voter ke berapa nih, setelah sekian lama?







"Maaf, Eden tersesat. Kamar mandinya ada di mana, ya?"

August memang tidak gampang terkejut, ia juga terbiasa melatih ekspresinya untuk tetap berada dalam ambang batas ketenangan. Tapi untuk sekarang, August tanpa sadar tiba-tiba berdiri dengan mata menatap bengis ke arah Eden yang masih mengintip takut-takut. Sayangnya, yang memiliki gerak refleks cepat bukan hanya dirinya namun Aria.

"Oh, halo...." Aria turut berdiri, sejenak merapikan ujung rambutnya dan berharap lipstiknya tak dirusak oleh Agust hingga pipi. "Aku tidak tahu ada anak yang manis sekali di sini."

August mengeratkan rahangnya, tangannya terkepal seiring bagian-bagian jantungnya bak luruh hingga dasar perut. Mendelik ke arah Eden, nyatanya tak memberikan banyak hasil sebab bocah itu mendorong pintu lebih lebar dan masuk saat Aria mendekat.

"Apa kau tersesat?" tanya Aria. Suaranya lembut, tangan ramping dengan jemari kurus itu terulur pada pipi Eden. "Dia siapa, Tuan August?"

Pertanyaan Aria, rasanya seperti tali gantungan yang berkeliut-keliut di atas panggung eksekusi untuk membuat kepalanya menggelinding turun. Ada tatapan sengit di antara Eden dan August. Garis kelopak mata yang lurus, sama-sama diturunkan seakan-akan Eden memiliki darah Harrington, sejelas milik August sendiri. Sementara August, tak berniat untuk bersikap ramah sebab muncul di depan Aria adalah kesalahan fatal.

"Dia anak pelayan di rumah ini."

"Lho, sejak kapan?" Eden menyahut cepat, bocah kecil itu malah terlihat tidak terima, sementara August kembali membenarkan.

Keringat dingin August mendadak merembes dan ia tidak ingin kehilangan sentuhan kesabarannya. "Maksudnya keponakan. Dari jauh."

Ekspresi Eden, adalah hal lain yang membuat August merasa janggal. Untuk seumuran bocah, ada kesan tidak tertebak yang tergurat pada matanya yang lugu. Melirik ke arah Aria kemudian, August mengerti pasti hal ini membingungkan. Dan sialnya dahi Eden semakin mengerut tidak sepenuhnya rela. Ada pertarungan batin di antara si Harrington dewasa dan Harrinton cilik. Lalu Aria seperti menjadi pilar penengah agar mereka tidak saling mengutuk satu sama lain.

"Itu berarti, dia Harrington juga, Tuan August?" Aria kembali bertanya. "Astaga, apakah garis keturunan Harrington memang semua laki-laki?" jedanya dengan mata yang melengkung lembut, pipinya memerah ayu. "Kalau aku melahirkan anak perempuan, apakah dia akan diperlakukan seperti Tuan Putri?"

Sebenarnya itu hanya alasan, namun saat Aria memperjelas dengan cara seperti itu, August terdiam untuk beberapa detik hanya untuk mencerna lebih jauh. Harrington semua laki-laki. Penerus. Lalu Aria menyinggung tentang melahirkan seorang anak perempuan. Ekspresi Aria menggemaskan, tapi tidak dengan tembok besar yang harus August hadapi.

"Aku Aria Connor, Tuan Harrington Muda." Aria menunduk, ia meletakkan sebelah tangan bawah lehernya. Sopan, elegan dan menyenangkan sekali untuk di dapati. "Siapa nama Anda?"

Isi kepala August, seperti telaga dengan banyak sekali ranting dan guguran daun hingga mengeruh. Sementara Eden, tiba-tiba mengambil satu langkah mundur, berhasil menarik fokus Aria dan August sendiri dengan sempurna.

"Nama saya Eden Harrington." Eden membungkuk sopan seperti sudah mendapatkan pelajaran etiket kerajaan, senyumannya terukir, dan tatapannya seolah-olah tak mencerminkan bocah sama sekali. "Putra dari Tuan August, Nona Aria."

August's First July ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang