27. Harrington's Effort

699 160 113
                                    

Maafkan kemarin belum bisa update karena ada kesibukan di real life, hehehe

Selamat membaca part 27 nya!








Jasmine Vergamo memutuskan untuk kembali ke London lebih lambat dibandingkan August. Siri—asisten pribadinya sudah mengomel sebab beberapa jadwal yang seharusnya ia hadiri ditunda begitu saja. Bagi Jasmine, mereka semua bisa menunggu, kolega-kolega yang memiliki ruang lebih besar untuk keuntungan tidak perlu terburu-buru. Permasalahan tentang Eden dan August mencuri tempat paling banyak dalam pikirannya. Dan pembicaraan terakhirnya bersama August nyatanya lebih berdampak dari yang ia kira.

Bahkan setelah bertahun-tahun lamanya, Jasmine hampir mustahil menahan diri untuk tidak menghambur pada pelukan Eden dan mendekap bocah itu dengan seluruh kerinduannya. Beruntungnya itu berhasil. Beruntungnya, August memanggilnya saat itu. Beruntungnya, Jasmine tidak perlu menangis haru saat melihat sang putra terlelap di atas tempat tidur. Lalu sekarang, Jasmine tidak yakin itu adalah keberuntungan, atau kesialan tidak berujung.

"Aku tidak menduga kau langsung setuju untuk bertemu denganku. Kupikir kau sudah kembali beberapa hari lalu seperti August dari Belgia. Ternyata baru mendarat dua jam lalu. Aku merasa tersanjung dan berterima kasih."

Jasmine berusaha untuk tidak terintimidasi. Berbeda dengan August Harrington yang mungkin bisa ia samai level kekuasaannya, jelas-jelas Gideon Harrington ada di level yang berbeda. Tutur katanya santai, senyumannya lembut dan hangat, namun tatapannya tidak bisa diremehkan sama sekali. Kalau August seperti laut antartika yang dingin dan dalam, maka tatapan Gideon sehangat laut tropis, namun semisterius bermuda.

"Bukan masalah. Saya juga mendengar Anda baru saja kembali dari Swiss."

Gideon membuka kancing jas bawahnya, duduk lebih santai dan nyaman seakan-akan menanggalkan semua otoritas dominan yang ia bawa. "Iya, hanya bertemu dengan teman-teman lama. Sejak August yang menangani semu hal, aku merasa diberi waktu luang untuk bersenang-senang dan bersantai," jeda Gideon saat menuang teh ke dalam cangkir kecilnya. "Bagaimana pertemuanmu dengan August untuk kali pertama setelah sekian lama?"

"Sedikit sulit untuk diutarakan."

"Apakah dia memberikan kesan yang buruk?"

"Tidak juga."

"Berarti memang ada kesan buruk yang August berikan padamu." Gideon tertawa.

"Lebih ke, saya yang tidak menduganya."

"Dalam hal?"

Jasmine mengambil napas besar dan menahannya sejenak. "Banyak hal."

Kali ini tawa Gideon menyurut, tetapi tidak dengan senyumannya. Di usianya yang sudah melawati lima puluh tahun, helai-helai keperakan pada rambut hitamnya menandakan Gideon menenggak asam dan manisnya kehidupan lebih banyak dari sang lawan bicara. "August sebenarnya tidak memiliki banyak celah sebagai pemimpin. Dia membuktikan dirinya berkali-kali tanpa mengecewakanku sama sekali. August jarang merasa ragu dengan keputusannya karena dia sudah berbakat dan memiliki firasat kuat terhadap sesuatu. Tapi ya, kurasa dia tidak terlalu pandai bersikap di depan seorang wanita. Bisa jadi terlalu "

Jasmine mendengarkan tanpa menginterupsi. Larutan teh yang mengisi ceruk cangkirnya, seakan mampu memantulkan pikiran Jasmine di sana. Iya, Jasmine bisa mengetahui itu dengan baik meskipun hanya berhadapan sebentar dengan August Harrington.

"Kau pasti merasa kesal saat aku terkesan membangga-banggakan putraku." Gideon terkekeh tipis.

"Hal yang wajar seorang Ayah merasa bangga pada anaknya. Saya mungkin akan melakukan hal yang sama pada Eden, dan semoga August bisa memuju putranya sebaik Anda."

August's First July ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang