16. Pilihan untuk Jane

1.5K 284 260
                                    

Ini versi extend nya, kalian bisa baca ulang karena sudah ditambah partnya

kemarin belum absen vote, sekarang absen yuks! Vote ke berapa nich?🥰






"Cucu tambahan."

Kalau-kalau Eden tidak mendadak datang bersama Jane, barangkali August sudah menonjok Jeremy lalu menjemurnya di halaman belakang. Ketika makan malam berlangsung, August bisa memerhatikan bagaimana Jeremy yang curi-curi pandangan pada Jane, Eden lalu kembali pada sang kakak.

"Berandalan cilik," batin August dengan sorot mata lurus dan tegas ke arah Jeremy. Jika adik-adiknya yang lain lebih senang menggoda di belakang punggungnya, Jeremy Harrington jelas pengecualian. Keberaniannya untuk membakar emosi terbaik dari yang terbaik.

"Apakah ada sesuatu, Tuan Jeremy?"

Suara Jane berhasil membuat August menoleh.

"Sejak tadi Anda melihat saya."

"Tidak ada." Jeremy berdeham.

Sedangkan Jane terlihat meneguk air putihnya sebelum menukas dengan lembut. "Kalau ada sesuatu yang bisa saya bantu, katakan saja."

August menarik sudut bibirnya tipis saat Jeremy tertangkap oleh pengamatan Jane. Tajam juga kepekaannya. August lalu memutuskan pengamatannya dan melihat hidangan makan malamnya secara santai di atas piring.

Sementara Jeremy yang seketika menghapuskan tawa, masih tersenyum tipis sebelum berkata. "Tunggu. Aku tidak membutuhkan apa pun." Si Harrington terlihat bisa mengendalikan dirinya. "Satu hal saja. Jangan memanggilku dengan sebutan Tuan. Panggil—"

"Jerami!" Eden menyela lebih dulu, mendahului sembari menatap sengit seperti masih menyimpan dendam mengenai coretan spidol pada pipi. "Tante Jane panggilnya Jerami saja."

Jeremy yang mendengarkan dan mendapatkan tatapan satir dari si bocah, perlahan menoleh ke arah August yang santai mengunyah dengan leher kaku. Wah, benar-benar Salinan August Harrington, terlebih August terlihat tidak peduli sama sekali.

"Eden," panggil Jeremy yang kembali memusatkan fokus pada si kecil. "Kamu tahu tidak, sih kalau anak kecil yang menyebalkan giginya gampang ompong." Jeremy memajukan tubuhnya, matanya terlihat berkilat penuh kesungguhan, senyuman jahilnya sedikit mengancam. "Hitam-hitam seperti Nenek Sihir."

Tapi sayangnya, itu tidak berdampak banyak. Sebab Eden perlahan menoleh ke arah August sebelum menyeletuk dengan polosnya. "Eden tidak takut. Papa pasti bisa mengusir Nenek Sihirnya pergi." Eden mengerutkan kening, kembali melihat ke arah Jeremy dengan ekspresi sangsi. "Masa, sih tidak mempan. Papa itu galak, lho. Pasti mempan."

August hanya bisa mengembuskan napas panjang, sementara Jeremy tawanya sudah meledak sampai-sampai melempar kepalanya ke arah sandaran. Lalu di antara semua, Jane agaknya yang paling tersiksa. Ingin tertawa takut tidak sopan, tapi tidak tertawa paru-parunya takut meledak karena menahan napas. Makan malam yang jauh dari kedamaian.

"Eden."

Suara August yang rendah, singkat namun tegas, berhasil membuat Jeremy, Jane dan Eden sendiri seketika menegakkan punggung dan berdeham untuk menghapuskan tawanya.

"Cepat habiskan makan malam mu, lalu pergi tidur."

Mendengar hal itu, Jeremy terlihat mengambil inisiatif terlebih dulu. Ia kembali meredahkan tubuhnya untuk berbisik pada Eden yang berada di seberang meja. "Malam ini kita tidur bersama, aku memiliki rahasia penting yang harus dibagikan pada member Harrington baru."

August seketika menoleh, tidak terkecuali Jane yang turut melihat ke arah Jeremy. Terlebih Eden juga seratus persen terlihat tertarik dengan tawaran itu. Tentu saja, bocah dengan kaus sebiru langit itu merelap dengan senyum yang menghiasi belah bibirnya. "Yang benar? Rahasia apa, Paman Jeremy?"

August's First July ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang