14. Bawa Dia Pergi

989 255 204
                                    

Terima kasih sudah dipenuhi tantangannya! Ah, aku senang sekali. Kupikir tantangannya akan terpenuhi di hari Senin. Tapi ya, kenapa aku meragukan? Yakali Hyoniverian kalah sama tantangan cemen begini Hahahaha

lagi-lagi upload larut, tapi semoga bisa menemani jeda sebelum tidur. Vote ke berapa nih?








Kali terakhir August merasa frustrasi di kamar mandi terjadi saat Aaron membawa Zeus, anak anjing ras Doberman mereka yang tercebur ke dalam got. Itu pun August yang harus menenangkan Zeus karena anehnya, hewan berkaki empat itu hanya mau menurut padanya. Jeremy berkata; "Sepertinya anjing ini mengenali saudaranya, jadi mau-mau saja dipegang Kak August. Kak August kan, galak."

Usia Marvin masih tujuh tahun, sementara Aaron yang berjongkok untuk melihat calon anjing penjaga dimandikan baru saja menginjak usia lima tahun. Momen terbaik di mana kejengkelan August disembuhkan oleh Sharon yang menegur keduanya karena membuat karpet baru Tiana penuh lumpur.

"Aduh, Papa ini bagaimana, sih!"

August tidak melamun dalam waktu lama, tapi protes Eden memang sedikit mengejutkannya. Dia terdiam pun karena tak sengaja ingat karena Eden yang ceriwis mengingatkan betapa Marvin Harrington memiliki kecakapan berbicara yang hampir sama. Sama-sama mengesalkan. Berjongkok sembari melipat celana hingga atas lutut, menggulung kausnya hingga perpotongan pundak, August nyatanya tak ingin menurunkan todongan senjata shower ke arah Eden dengan wajah sedatar tembok.

Eden menghentak-hentakkan kakinya, sementara tangannya sudah mengambil gaya selayak Iron Man yang menembakkan sinar laser ke arah August. "Ah, tidak!" Si bocah berteriak dramatis. "Eden ini bukan Mermaid, bukan ikan juga. Jangan disiram air begini!"

"Biar cepat besar," celetuk August. "Kamu ini pendek seperti tunas jagung."

"Eden nanti bisa musnah! Jangan disiram!"

Kepala August berkedut sampai rasanya pembuluh darahnya mencuat dari balik kulit. Memandikan Eden lebih sulit dari pada mencuci mobil seperti August masih remaja dulu. Padahal hanya air, tapi tingkah Eden bak August baru saja mengguyurnya dengan air keras.

"Kalau tidak mau disiram, bagaimana mandinya?" August mengembuskan napas keras, suaranya tidak meninggi, tapi itu semata-mata karena dia terbiasa menahan nada tingginya dengan baik. "Memangnya mau dikucek pakai tangan seperti baju?"

Suara August yang menggema pada dinding, memantul seperti bola basket hingga merangsek pada rungu dan pemahaman sang lawan bicara cilik. August benci mengakuinya, tapi caranya berpikir memang sama dengannya. Memegang bibir, lalu mengerutkan kening.

"Benar juga." Eden mengangguk, meacungkan ibu jari seakan-akan penuturan August adalah sebuah fakta paling baru di muka bumi. Sedetik kemudian, Eden berkacak pinggang, tidak kehilangan sentuhan untuk melakukan validasi. "Ya, tapi jangan disiram dulu! Eden ini kan, belum lepas baju!"

Salah lagi. Kenapa August selalu merasa tidak pernah benar saat berhadapan dengan Eden? Memangnya, sejak kapan kehidupannya yang penuh kontrol mendadak kalah dengan arus bocah yang ternyata belum sepenuhnya genap enam tahun? Tapi tentu saja tidak semudah itu. Semua hal yang meluncur dari bibir August, terasa seperti kail nelayan yang menarik apa pun di bawah permukaan air laut. Lalu Eden yang menimpali seperti ikan besar yang melebihi kekuatan si pelayan untuk menarik joran pancing.

Setelah ini August tidak akan pernah lagi setuju menawari Eden mandi. Ini lebih sulit dari memandikan pomerian berlumpur, rasanya seperti membersihkan artefak dari kerak tanah yang mengendap ratusan tahun di dalam bumi. Di saat August masih berdebat tentang rambut yang belum bersih dan sudah, pada ambang pintu terdengar suara cekikikan yang familiar. August memiliki pendengaran kuat jika menyangkut adik-adiknya, dan hanya satu orang yang memiliki ciri khas tertawa yang manis dan penuh sarkasme.

August's First July ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang