Sukses

742 24 0
                                    

"Non Yela udah pulang? Butuh sesuatu non?" Ucap Bi Sarah-Asisten rumah tangga yang disuruh oleh Elena untuk menemani Yela selama mereka di London agar Yela tak merasa sendirian.

Orangtuanya juga mempekerjakan supir untuk mengantar Yela setiap berangkat dan pulang sekolah serta untuk mengantar kemanapun gadis itu inginkan. 

Ya.. mulai sekarang ia harus tinggal sendiri tanpa kakaknya.. mengapa orang tuanya begitu egois? Apakah cinta ini kesalahan? Yela selalu menyemangati dirinya sendiri bahwa David tidak akan lama di sana.

"Gak ada bi, Yela mau ke kamar dulu. Nanti Yela turun saat waktu makan malam." Ucap Yela sopan

"Baik non." Balas Bi Sarah

Selama ada Bi Sarah Yela tidak merasakan kesepian seperti awal-awal David pergi. Setidaknya ia mempunyai teman untuk mengobrol.

Yela menuju kamarnya, menaruh tasnya di meja belajar kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Akhirnya tibalah waktu makan malam. Yela pun menuju ke ruang makan, terlihat di sana Bi Sarah sedang menata makanan di meja makan.

"Selamat makan non, Bi Sarah ke dapur dulu ya." Ucap Bi Sarah

"Bi Sarah disini aja temani Yela makan. Mari ikut makan bareng Yela." Ucap Yela

"Tidak perlu non, Tidak sopan karna Bi Sarah cuman ART disini," Bi Sarah tersenyum sungkan ke arah Yela

"Bi Sarah ke dapur dulu ya." Lanjutnya

"Ayo Bi, makan bareng Yela. Yela selalu makan sendiri semenjak Kak David pergi." Ucap Yela sembari menarik tangan ARTnya itu ke meja makan.

"Udah Bi Sarah gak boleh nolak. Yela tau Bi Sarah belum makan juga." Ucap Yela

"Baik non."

Akhirnya Yela makan bersama Bi Sarah sembari bergurau kecil. Dengan begini Yela dapat menghilangkan perasaan sedih itu.

"Kalau boleh tau nanti non Yela mau kuliah ambil jurusan apa?" Tanya Bi Sarah

"Fakultas kedokteran Bi, biar bisa ngerawat keluarga waktu sakit dan nolong orang yang memang gak punya  uang buat berobat dan itu gratis." Jawab Yela

"Wah mulia sekali cita-cita non Yela. Bibi juga doain semoga semua impian non Yela dapat tercapai sesuai keinginan non Yela." Ucap Bi Sarah sembari tersenyum tulus

"Terimakasih ya Bi, mari Bi dilanjut makannya" ucap Yela

Mereka pun lanjut makan malam dan setelah selesai Yela ke kamarnya untuk tidur karena besok ia harus sekolah.

Begitulah kehidupan Yela setelah kepergian David. Merasa sedikit kesepian dan kehilangan sosok David. Tidak ada lagi yang akan menjaganya dari gangguan Devano. Tidak ada lagi yang akan ia ajak bercanda gurau. Namun meskipun begitu, ia memiliki tekad yang kuat untuk bisa sukses dan menyusul David ke negara London tersebut.

***

7 tahun kemudian

Terlihat seorang lelaki tampan dengan tubuh kekar berototnya sedang sibuk mengurus berkas-berkas di depannya. Lelaki itu sangat sibuk akhir-akhir ini.

"Danzel kesini." Ucap pria itu memanggil sekertaris pribadinya

"Iya bos ada apa?" Tanya Danzel setelah memasuki ruang tuannya

Danzel Kairaz. Lelaki yang sudah menemani David selama di London. Dan sekarang Danzel sudah menjadi sekertarisnya.

Ya.. lelaki itu adalah David Gireaster. Ia sudah sukses menjadi CEO dari perusahaan terkenal di London. Bayangkan betapa kayanya seorang David.

"Buatkan saya kopi." Ucap David dengan raut wajah datar.

Semenjak dipindahkan ke London sifat David kembali berubah. Ia menjadi lebih dingin, cuek dan tidak peduli dengan orang-orang sekitarnya kecuali orangtuanya. Mungkin teman David saat itu hanyalah Danzel ini. Karena hanya dia yang berani mendekati David semasa kuliah dulu.

Ketika David di London, ia sama sekali tidak pernah menghubungi Yela ataupun menanyakan kabar gadisnya itu. Karena dengan begitu kesedihannya tidak berlarut-larut dan ia dapat fokus dengan pekerjaannya.  Namun tetap saja yang memiliki hati David hanya Yela seorang.

"Baik bos, tunggu sebentar dan kopinya akan siap." Ucap Danzel sembari tersenyum.

Setelah mendengar jawaban Danzel, David kembali fokus pada berkas-berkas di depannya itu. Perlu diketahui bahwa David tinggal berpisah dengan orangtuanya. Ia memiliki mansion sendiri hasil dari kerja kerasnya selama ini. Namun sayangnya ia jarang tinggal di mansion itu karena setiap pulang kerja ia akan beristirahat di apartemen miliknya karena jaraknya yang dekat dari kantor.

Tidak berapa lama Danzel datang dengan membawa kopi di tangannya.

"Ini bos, silahkan." Ucap Danzel dan meletakkan kopi itu di atas meja David

"Hm, terimakasih" ucap David

***

"Dokter, pasien atas nama Toni sedang mengalami kejang-kejang. Dokter yang menanganinya sedang melakukan operasi. Kami mohon bantuannya." Ucap salah satu suster kepada dokter tersebut.

"Baiklah saya akan segera kesana."

Kedua orang itupun pergi menuju kamar pasien yang dimaksud suster tadi. Dan ternyata benar, bahwa Pak Toni sedang mengalami kejang-kejang. Akhirnya dokter itupun menanganinya dibantu suster tadi.

"Dia sudah lebih baik, jika nanti mengalami kejang-kejang lagi bisa panggil saya di ruangan." Ucap dokter tersebut

"Baik dokter, sebelumnya terimakasih banyak dokter Yela." Ucap suster itu seraya tersenyum manis.

Sebelum pergi meninggalkan ruangan tersebut, Yela menyempatkan untuk tersenyum kepada suster itu. Yela berjalan di koridor rumah sakit menuju ke ruangannya untuk sekedar berisitirahat.

Saat sedang berjalan ia berpapasan dengan dua orang suster yang sepertinya sedang membicarakan dirinya. Kira-kira seperti inilah ucapan dua orang suster tadi.

"Beruntung sekali ya dokter Yela. Sudah cantik, baik, dari keluarga yang berada lagi." Ucap salah satu dari mereka

"Tidak hanya itu, ia juga pintar. Ia tidak pernah gagal dalam melakukan operasi manapun. Itu yang membuat ia terkenal dikota ini." Jelas yang satunya

"Wah benarkah? Pasti sangat beruntung yang akan menjadi suaminya nanti. Aku sangat insecure." Ucap wanita itu sembari memperlihatkan raut wajah sedih.

"Eh rumornya dia sedang dekat dengan salah satu dokter di rumah sakit ini. Kalau tidak salah namanya dokter Rendy. Dokter itu sangat tampan sekali. Wahhh.. aku jadi ingin memilikinya."  Ucap yang lain dengan senyum-senyum sendiri.

"Ah sudahlah mari lanjutkan pekerjaan kita terlebih dahulu. Jangan banyak memikirkan cowok-cowok." 

Akhirnya mereka pun mengakhiri obrolan tersebut. Yela yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Apa-apaan ini? Kenapa bisa Yela dikira dekat dengan Dokter Rendy, padahal ia hanya berteman baik dengan dokter itu. Ah sudahlah, lebih baik ia istirahat saja.

Ketika sudah sampai di ruangannya, Yela duduk di kursinya dengan memejamkan matanya sejenak. Hari ini sungguh melelahkan, mungkin sedikit tidur akan membuat tubuhnya kembali segar. Dan setelah itu ia akan lanjut dengan memeriksa pasien yang lain. Itu lah yang dilakukan seorang Yela beberapa tahun terakhir ini.

LOVE SIBLING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang