Steven

762 20 1
                                    

"Bos, habis ini mau kemana? Ke mansion atau ke apartemen?" Tanya Danzel

"Ke apart, karena lebih dekat." Ucap lelaki itu tanpa mengalihkan pandangannya dari gadget.

"Siap bos."

Danzel pun mengantarkan David ke apartemennya. Sudah tak heran bagi Danzel karena tuannya itu lebih suka tinggal di apartemen. Bahkan ia sempat berpikir untuk apa tuannya membeli mansion mewah jika pada akhirnya akan sering tinggal di apartemen? Sudahlah.. lebih baik ia fokus menyetir saja.

***

Saat ini Yela sedang berjalan untuk menuju ke ruangan sang pemilik rumah sakit ini. Katanya ada yang ingin dibicarakan dengannya. Ketika telah sampai di depan pintu ruangan tersebut, ia tak lupa mengetuk pintu dengan sopan. Dan tak lama kemudian terdengar suara yang menyuruhnya masuk dari dalam.

Yela tersenyum dan menyapa sang pemilik rumah sakit dengan sopan. Dan menanyakan ada keperluan apa hingga dirinya dipanggil kesini.

"Ada keperluan apa ya pak hingga memanggil saya untuk datang menemui bapak?" Tanya Yela

"Jadi gini dokter Yela, kamu saya tugaskan untuk bekerja disalah satu rumah sakit di London. Apakah dokter bersedia?" Jelas Sang pemilik rumah sakit

"Dengan alasan apa saya dipekerjakan di sana?" Tanya Yela

"Kerja dokter sangat bagus, bahkan hampir semua operasi yang dilakukan oleh dokter Yela tidak pernah gagal. Jadi itu alasan saya mempekerjakan dokter disana," Jawabnya

"Bagaimana dokter? Apakah bersedia? Jika dokter menyetujuinya, mungkin besok dokter sudah akan berangkat." Lanjutnya

"Baiklah pak, saya bersedia." Ucap Yela mantap.

"Baik, jika begitu silahkan kemasi barang-barang anda. Untuk waktu pemberangkatannya akan saya infokan lebih lanjut."

"Siap pak, saya permisi meninggalkan ruangan." Ucap Yela sembari berdiri dan menunduk sopan

Yela keluar dari ruangan itu dengan jantung yang berdetak dua kali lebih cepat. Bagaimana tidak? Ia besok akan pergi ke London. Iya! London! Negara yang saat ini kakaknya tempati. Bukannya tidak senang, hanya saja ia merasa gugup karena sudah lama ia berpisah dengan kakaknya itu.

Tidak papa Yela. London luas, tidak mungkin ia dapat berjumpa dengan David. Setidaknya bukan untuk saat ini. Pikir Yela berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Selanjutnya ia akan pulang ke rumah dan mengemas seluruh keperluannya.

***

Terlihat seorang lelaki yang sedang duduk di sofa sembari fokus kepada laptop didepannya. Sekarang sudah larut malam. Namun lelaki itu sepertinya belum mengantuk, hingga ia memutuskan untuk menyelesaikan tugas-tugas kantornya.

Karena sudah lama berkutat dengan laptop didepannya, ia merasa haus. Ia pun melangkah menuju dapur di apartemennya dan mengambil softdrink yang terdapat di kulkas.

Setelah itu lelaki tersebut kembali ke sofa. David menatap jam yang berada di ruangan tersebut. Ternyata sudah lama sekali ia bekerja. Karena demi kesehatannya, ia menutup laptopnya dan akan segera tidur.

David melangkah ke arah kamar, ia merebahkan tubuhnya di ranjang. Namun sebelum tidur, ia akan melakukan rutinitasnya terlebih dahulu.

David mengambil bingkai foto yang berada di atas nakas tepat sebelahnya. Itu adalah foto Yela. Lelaki itu sengaja menaruh disana, karena setiap malam ia akan memandangi wajah itu sembari bercerita banyak hal. Entah itu mengenai aktivitasnya maupun masalah pekerjaan.

"Yela.. bagaimana kabar lo? Baik-baik aja kan? Asal lo tau, tujuh tahun tanpa lo itu berat banget." Ucap David

"Gue kangen tiduran dipaha lo dengan tangan lo yang ngelus rambut gue."

"Maaf karena selama tujuh tahun terakhir ini gue gak ngabarin lo sama sekali."

"Tapi tenang aja, lo tetep jadi wanita yang gue cintai selama ini.. "

"............. Dan selamanya." Lanjut lelaki itu

"Gue tidur dulu ya, soalnya besok gue harus kerja." Setelah mengucapkan itu David meletakkan foto itu kembali dan lanjut tidur.

***

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya Yela sampai di ibu kota negara Inggris. London.

Ia langsung menuju apartemen yang sudah disiapkan. Mungkin akan beristirahat sejenak dan setelahnya akan pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan sampai satu minggu ke depan.

Besok ia akan mengunjungi rumah sakit yang menjadi tempatnya bekerja. Astaga, dia sangat gugup. Karena ia harus tinggal sendiri. Seharusnya Yela dapat menghubungi kedua orang tuanya mengenai kedatangannya ke London. Namun biarlah ini menjadi kejutan bagi mereka.

Rencananya setelah mengunjungi rumah sakit ia akan pergi ke rumah orangtuanya. Yela sangat tidak sabar bagaimana reaksi orangtuanya besok.

Dan satu lagi, Yela masih memikirkan bagaimana keadaan kakaknya itu? Apakah ia harus memberitahu lelaki itu? Sepertinya tidak perlu. Lagipula ia marah kepada David, karena tujuh tahun lelaki itu tak pernah menelepon maupun menanyakan kabarnya. Ia sungguh kecewa dengan David. Ah sudahlah!

***

Pagi harinya, Yela sudah siap dengan outfitnya saat ini. Wanita yang sudah berkepala dua itupun keluar dari apartemen dan segera menuju ke tempat kerja barunya.

Hingga akhirnya sampailah Yela di rumah sakit yang bernama Celo hospital. Oh God! Rumah sakitnya sungguh besar dan asri. Mungkin ia akan betah bekerja di sini. Yela berjalan ke arah resepsionis dan mulai menanyakan ruangan dari sang pemilik rumah sakit ini.

"Permisi, saya ingin bertanya. Dimana Ruangan Mr. Steven?" Tanya Yela

"Apakah anda dokter Yela yang berasal dari Indonesia?" Tanya balik wanita itu

"Iya, anda benar."

"Baik dokter, ruangan Mr. Steven berada di lantai 3." Ucap wanita itu sembari tersenyum ramah

"Baik, terimakasih." Ucap Yela sopan

Yela menuju lantai tiga seperti yang diucapkan oleh resepsionis tersebut. Dan tidak lama kemudian ia pun sampai di depan pintu ruangan Mr. Steven.

Yela mengetuk pintu dengan sopan. Dan tidak lama pintu terbuka menampilkan sosok pria yang terbalut jas hitam. Yela tertegun sejenak, apakah ini Mr. Steven? Batin Yela. Karena lihat saja, sang pemilik rumah sakit ini masih muda dan terbilang cukup............ tampan?

Berhenti berpikiran yang aneh Yela, ingat tempat. Kau berada di negeri orang. Batin Yela merutuki dirinya sendiri

"Mrs. Yela?" Ucap Steven membuyarkan lamunan Yela

"O-oh selamat pagi Mr. Steven" ucap Yela kikuk

"Mari masuk terlebih dahulu," ajak Steven, akhirnya mereka berdua pun masuk dan duduk berhadapan.

"Kau akan bekerja mulai besok, apakah keberatan Mrs. Yela?" Tanya Steven

"Tidak sama sekali, sir" Jawab Yela

"Baik, persiapkan diri mu. Nanti saya akan menyuruh salah satu suster untuk membantumu mengenal lingkungan rumah sakit ini." Jelas Steven

"Baik, sir. Sebelumnya terimakasih banyak. Saya pamit keluar." Ucap Yela sopan

Yela pun keluar dari ruangan tersebut. Sedangkan Steven menatap kepergian Yela dengan senyuman yang tidak dapat diartikan.

Cukup menarik dan cantik. Batin Steven.

Setelah keluar dari ruangan Mr. Steven. Yela berniat mengunjungi kantin yang berada di rumah sakit tersebut. Karena sejak tadi tenggorokannya kering sekali. Jadi ia memutuskan untuk membeli minum dan setelahnya ia akan pergi menemui orangtuanya.

LOVE SIBLING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang