17. Terror

194 31 0
                                    




WARNING⚠️
Sebelum membaca diharapkan untuk vote terlebih dahulu ingat! saya tidak menerima SIDER disini.





(⁠・⁠∀⁠・⁠)


"Liz," panggil Wonyoung pelan.

Wonyoung tertegun saat melihat Liz sedang duduk sambil melipat mukenahnya, sepertinya cewek itu baru saja selesai sholat ashar.

Liz menoleh, ia terkejut saat melihat Wonyoung yang berdiri di luar. la segera berdiri dan memegang jeruji besi di depannya.

"Wonyoung, lo gak papa?" tanya Liz.

"Gak papa, lo gimana?" tanya Wonyoung balik.

"Seperti yang lo lihat," jawab Liz.

"makasih yah udah donorin darah lo buat gue, walaupun gue sempet koma. Tapi kalau gak ada lo pasti gue udah nyusul papa," ujar Wonyoung lalu tersenyum.

"Gue minta maaf Wony," sesal Liz.

"Gue cuman terlalu emosi, karena Darrel terus neror gue lewat chat kalau gue pembunuh," ujar Liz.

"Gak papa, seenggaknya gue terselamatkan," ujar Wonyoung lalu terkekeh.

"Senyum dong. Masa udah mau bebas gak senyum sih," Kata Wonyoung lalu memegang kedua pipi Liz.

"Maksud lo?" tanya Liz

"Gue udah cabut tuntutan yang mengatasnamakan nama gue dan lo besok udah boleh pulang," jawab Wonyoung.

Seketika air mata Liz luruh, ia tidak tau jika Wonyoung akan sebaik ini padanya setelah apa yang ia lakukan.

"Makasih Wony," Liz menangis sambil memegang tangan Wonyoung. Wonyoung pun ikut menangis saat melihat Liz.

"Hey... Jangan nangis, kita mulai semuanya dari awal yah. Lo sama gue jadi temen lagi,"

"Iya. Sekali lagi makasih Wony," ucap Liz sesenggukan.

Sementara itu, Sunghoon  bersandar di tembok sambil memperhatikan keduanya. la jadi berfikir bahwa Wonyoung adalah malaikat yang menjelma jadi manusia.

Sunghoon jadi teringat perkataan papanya dengan seseorang di ruang kerjanya. la seperti sedang menyuruh seseorang untuk mengintai Wonyoung dari jauh. Sunghoon tidak tuli saat ayahnya menyebut nama Wonyoung.

'Lo orang baik, gue bakal lindungin lo Young, dari siapapun dan sekalipun itu papa gue sendiri' Batin Sunghoon.

"Ehm... Di sini masih ada gue Btw," sahut Sunghoon.

Kedua cewek itu menoleh pada Sunghoon lalu tertawa.

"Kak Sunghoon," kekeh Liz.

"Lain kali jangan gitu lagi, entar kakak jewer!" ancam Sunghoon, bercanda.

"Apaan sih kak!"

"Yaudah, gue sama Sunghoon balik dulu," pamit Wonyoung.

Sebelum pergi, Sunghoon mengelus sayang pucuk kepala adiknya. Walaupun Liz adalah saudara tirinya tetapi ia begitu menyayangi cewek itu, apa lagi saat Sunghoon tau kisah cewek itu.

Setelah menempuh jalan 45 menit, Wonyoung dan Sunghoon sampai di pagar rumahnya. Wonyoung keluar dari mobil Sunghoon lalu melambaikan tangannya pada Sunghoon. Saat Wonyoung berbalik dan bersedia membuka pagar ia terkejut saat Haruto tengah duduk di kursi terasnya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Ru-Ruto," Wonyoung gugup.

la menghampiri Haruto di teras rumahnya.

"Udah lama?" tanya Wonyoung.

IN BETWEEN [04L]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang