-Elss-
❝Jika ingin dihargai, maka mulailah untuk menghargai orang lain❞
EMMA BARTHLEY DAN WEDNESDAY ADDAMS tampak tengah berjalan saling berdampingan bagaikan penakluk badai, tak kenal rasa takut akan kehilangan arah. Aku sangat yakin bahwa keduanya tengah mencari sesuatu di sekitar sini, tertebak dari gelagatnya anak matanya. Tapi, disinilah mereka berada disisi timur hutan coobham, yang dikenal sejarahnya sebagai tempat para ratusan pecandu dan gelandangan bermukim.
"Aku tadinya mengajak mu makan siang bersama, bukan piknik ditengah hutan seperti ini", emma mengoceh sepanjang jalan, lantaran apa yang ia harapkan sungguh tak sesuai dengan apa yang dihadapkan saat ini. "Lagi pula apa gunanya mengunjungi reruntuhan tua sialan ini"
Keduanya baru saja tiba ditempat rumah pertemuan lama yang dibangun sekitar 400 tahun yang lalu dan sekarang hannya menyisakan puing-puingya nya saja. Jelas sekali banyak kebohongan di rumah pertemuan yang baru di kota. Dari lokasi nya saja sudah berbeda jauh, tapi siapapun kurasa mampu berjalan kaki dari kota. Dalam talian ia mengerti jalan di alam bebas. Jika tidak, tanggung sendiri akibatnya. Bisa saja meregang nyawa ditengah jalan, atau bisa juga menghilang entah kemana. Begitu banyak hal-hal asing disini.
Emma menatap reruntuhan bangunan yang berada di hadapan mereka berdua dengan sinisnya bak monster ganas yang ingin memangsa. Reruntuhan bangunannya memang sudah tidak lengkap, tapi masih ada kerangka pintu dan ada juga seperempat dinding kayu lapuk berjamur berdiri mengelilingi sepetak tanah yang tak luas.
"Jika tidak makan atau berpiknik, lalu apa yang akan kita lakukan disini?". Bagaimana mau makan atau berpiknik, wednesday saja tak bawa makanan atau apapun, kecuali thing di dalam tasnya. Tak mungkin jika emma akan memakan thing hidup-hidup.
"Jika tau begini, aku tak akan ikut".
"Aku tak meminta mu ikut dengan ku. Jika tidak ingin, kau tinggal pulang saja". Wednesday bersungut, dirinya sungguh tidak dapat lagi menahan untuk terus-terusan mendengar ocehan emma. Seperti yang diketahui, wednesday memang punya kesabaran setipis tisu. Kenapa baru bilang sekarang, kenapa tak bilang dari tadi?. Aku tau, wednesday butuh teman, tapi terlalu sulit baginya untuk bersikap sok baik pada orang lain.
"Baiklah jika memang tidak dibutuhkan. Aku akan pulang, dan kau jangan lagi pernah minta apapun dariku".
---
POV EMMASombong sekali!. Bersikap seolah tidak membutuhkan orang lain saja, padahal belum tentu bisa melakukan semua nya sendiri. Sebegitu munafiknya untuk menutupi diri dari rasa kesepian. Lagipula siapa juga yang mau berteman dengan orang seperti itu selain aku dan teman sekamarnya kurasa tidak akan ada yang mau. Jika bukan karena aku berpikir dia adalah zavierra, aku mungkin tak akan pernah berteman dengannya setelah kejadian malam festival waktu itu. Tapi apa boleh buat, aku juga tidak bisa menyalahkan dia tentang apa yang terjadi, dan sikapnya adalah urusannya, aku tak perlu ambil pusing soal itu.
Aku ingat, zavierra berhati gelap, penyendiri, dan lahir di hari rabu, seperti salah satu baris sajak kuno tentang hari kelahiran anak yang berbunyi kan "anak hari rabu penuh kesengsaraan".
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevermore academy
Fanfic[on going]↡ - Bahasa indonesia "Wednesday's child is full of woe" 16+ Start : 17-12-2022 Wednesday↭netflix Written by elsyae || elsa harburn Tiktok : Elsyaedit Bahasa : indonesia Cover by : pinterest and me ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Cerita ini berdasarkan serial t...