*Skylar pov*
"Sky,kau yakin kau masih kuat sekolah?" ucap Louis khawatir ketika kami menyantap sarapan kami. The boys sudah mengetahui kejadian disekolah kemarin,mereka meminta maaf padaku dan bahkan mereka menyuruhku agar tidak kembali ke sekolah lagi. Tapi aku menolak,mereka sudah mengeluarkan banyak uang hanya untuk menyekolahkanku,masak aku segitu gampangnya keluar dari sekolah? lagipula,mama Perrie bilang padaku bahwa aku tidak perlu menghiraukan mereka. selama mereka belum main fisik,aku harus kuat dan mengacuhkan mereka. dan juga,kemarin louis menelpon pihak sekolah dan memprotes mereka terhadap sikap anak-anak itu,pihak sekolah pun berjanji untuk menegur mereka dan pihak sekolah bilang aku tidak perlu takut sekolah. "ya,Sky. Kami tak akan memaksamu ke sekolah lagi jika kau tak mau,kami tak ingin kau sedih.." tambah Liam.aku menggeleng. "Aku tidak apa,tenang saja." Ucapku. "Berjanjilah pada kami bahwa kau tidak akan menyembunyikan apapun dari kami." ucap Zayn tegas. aku mengangguk. "aku janji." Ucapku.
"good girl." ucap Niall sambil mengacak rambutku sehingga Niall mendapat protesan dari Harry. "Hey! jauhkan tangan nakalmu dari rambutnya!aku yang merapikannya,tau!" protes Harry,Niall malah menjulurkan lidah nya dan semakin mengacak rambutku yang tadinya rapi karena disisir Harry.
"Nialler! lihat saja ya,akan kucuri makananmu!" seru Harry. "Ow...kau tak akan berani.." ejek Niall.
semua tertawa melihat sikap Harry dan Niall. suasana seperti inilah yang membuatku semangat untuk menjalani hidupku di hari ini.
***
aku lega sekali,sampai sekarang ini belum ada yang menggangguku. mungkin pihak sekolah benar-benar menegur mereka ya? sekarang ini jam istirahat yang panjang,kami biasanya menggunakannya untuk bermain,dan aku sedang ke taman untuk menggambar pemandangan di sekitarku. walaupun tidak ada yang menggoda dan mengangguku lagi,tapi aku tetap tidak punya teman. tapi tak apalah,tidak diganggu saja aku sudah bersyukur.
"Hi sky." aku mendongak kearah suara yang memanggilku. aku menatap tak percaya kearah si pemanggil.
"Ya...Britney?" Ucapku ragu,sekaligus takut. "Kau sendirian?" tanyanya. aku menganggukkan kepalaku pelan. "Look,aku mau minta maaf karena sikapku kemarin." ucapnya sambil tersenyum.senyum kecil menghiasi bibirku. "Aku sudah memaafkanmu." Ucapku. "Bagus,mau main bersama? aku dan teman-teman sedang bermain salon-salonan." ucapnya ramah,aku menatap ragu dia. haruskah aku bermain dengannya? "bolehkah?" tanyaku. "tentu saja boleh! kau teman kami!" ucapnya manis ,aku pun mengangguk senang. akhirnya aku punya teman! "baiklah." Ucapku. "good,ayo kita kesana." ajak Britney,aku pun mengikutinya kearah gerombolan gadis seusiaku.
-
"Sekarang giliranmu untuk di make over!" ucap Celine yang berpura-pura menjadi tukang salon padaku. Kulihat Britney yang baru saja 'di make-up oleh celine dengan ragu-ragu,ah ini kan cuma permainan,buktinya tidak ada apapun yang berubah dari Britney. Lagipula,jika aku menolak nanti mereka tidak mau menjadi temanku lagi. "Baiklah." ucapku setuju. "Tutup matamu." ucap Celine riang,aku menutup mataku dan kurasakan sesuatu bergerak di wajahku.
ckrek ckre ckrek
suara apa itu?
"kau boleh membuka matamu sekarang." ucap celine riang,aku pun membuka mataku dan terlonjak kaget.
teganya mereka...
air mataku jatuh ketika melihat rambut berwarna coklat yang aku yakini milikku.
"kenapa kalian memotong rambutku?" isakku,aku sungguh tak kuat lagi. ini rambutku,mahkotaku.. aku jarang memotong rambutku,karena ibuku suka rambut panjangku,dan sekarang rambut sepinggangku hilang berganti menjadi rambut entah seberapa. "Karena rambutmu jelek,mirip sapu!" ucap Britney kembali sinis. "Bahkan lihat,make up itu cocok sekali untukmu!" ejek celine. aku menatap pantulan diriku di cermin yang celine beri dan semakin terisak. mereka jahat! mereka membuatku nampak seperti badut! "Kenapa kalian jahat padaku?" isakku. "Karena kau aneh!" "kau menjijikkan!" "Kau sampah!" "kami tak akan pernah mau berteman denganmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adopted by One Direction
FanfictionSky,gadis kecil berumur 9 tahun yang hidup di panti asuhan. Ibunya meninggal saat ia berumur 6 tahun,ia tidak mengenal siapa ayahnya,dan siapa keluarganya. Ia merasa bahwa ia hidup sebatang kara , ia kesepian, ia merindukan ibunya,ia ingin mempunyai...