TSG 02 |•| Garis Takdir?

71 11 10
                                    

Tentang mereka yang kuat.

Selamat terjun bebas kedalam lingkup cerita ini. Semoga suka, Aamiin.

Tandai kalo ada typo!

<>

HAPPY READING!

"Hidup bukan melulu tentang apa yang kita inginkan tercapai. Tapi tentang bagaimana kita bisa menerima Takdir yang sudah di tentukan."
~ Nuwiza

💐

NUWIZA POV :

Sudah hampir pukul 7 kurang, tapi gadis berambut panjang belum terlihat oleh sang ketua kelas.

Nizkara mencoba menghubungi gadis itu beberapa kali. Tapi nihil, ponselnya tidak aktif.

"Sembaya mana lagi, udah tau sekarang hari senin," gumam Nizkara sambil terus memandang gerbang yang sebentar lagi di tutup.

"Kara, woi!" panggil Sekala. Yang di panggil menoleh, "Upacara udah mau mulai, ayo ke lapangan," tarik Sekala tanpa bertanya sedang apa Nizkara di depan gerbang. 

Lapangan sudah penuh dengan murid yang lain. Beberapa murid menjalankan tugasnya, seperti Osis, dan PMR.

Barisan sudah rapih. Anak pemasaran sudah berkumpul dengan barisannya. "Lo liat Baya, nggak?"

Yang di tanya menggeleng, "Tumben banget Sembaya belum dateng," gumam Mayang.

Yang ada di barisan itu mulai memperlihatkan raut wajah gusar, takut terjadi apa-apa dengan dia.

Pemasaran, salah satu jurusan yang di ambil oleh Daneshra dkk. Di sekolah ini memiliki beberapa jurusan, salah satunya Pemasaran yang mereka ambil.

"Untung gue belum telat," ujar Sembaya dengan nafas yang memburu. Bagaimana tidak, dia hampir telat gara-gara pemuda rese yang menghalangi saat di jalan tadi.

Semuanya bernafas lega. "Lo hampir telat tau!" geram Nizkara sang empu hanya mengangguk singkat.

Upacara sudah di mulai. Dengan cuaca yang tidak bersahabat tentunya.

Terik matahari sangat ketara di barisan anak Pemasaran itu. Memancarkan sinar yang cukup panas. "Gue kayanya ma pingsan ini,"

"Lah? Emang ada yang pingsan ngomong dulu?" timpal Sentira.

Yang lain hanya menatap jengah, "Ya lo pikir aja." cetus Daneshra dengan geram. Memang prik semua.

Pidato dari pembina upacara sudah hampir setengah jam, banyak yang mengeluh secara terang-terangan menahan panas. "Inget waktu kali, Bu." itu lah kata-katanya.

Sudah ada beberapa orang yang di tandu oleh PMR, karena pingsan dan ada juga yang mengeluh pusing.

"Emang sialan tuh orang. Gatau apa kita panas banget? Apalagi mataharinya nyorot banget ke kita!" ucap Daneshra kesal.

"Baik anak-anak cukup sekian yang bisa ibu sampaikan kepada kalian, ternyata cukup lama juga ya,"

"Lah? Baru nyadar bu?" teriak Sentira yang langsung di tatap oleh semua murid. Serkina gadis berkecamata itu menyenggol sikunya. "Gatau malu!"

Sang empu hanya menampilkan senyum dengan deretan gigi. "Keceplosan, maaf, maaf."

Upacara sudah selesai, murid-murid sudah berhamburan ke kelas mereka masing-masing dan ada juga yang ke kantin.

TWENTY-TWO STRONG GIRLS  (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang