TSG 14 |•| Perasaan dan Fiksi

23 4 0
                                    

Kayanya ini mengandung bawang deh, wkwk.

Kalian jangan lupa tinggalkan jejak. Semoga suka, aamiin.

Tandai kalo ada typo!

<>

HAPPY READING!

"Jatuh cinta pada manusia hanya akan menghancurkan sebuah mental, tapi tak ayal, jika itu membuat kita bahagia. Dan fiksi pun sama."

💐

NEORA RYNARA POV :

Kamar dengan nuansa coklat itu tengah berada seorang gadis dengan benda pipihnya. Membuka aplikasi oranye yang tengah membuatnya dilema tentang ending cerita itu.

Sebuah ending yang menjadi pertanyaan dan tanda tanya besar. "Sialan amat kalo tokok utamanya mati, nggak terima gue!" kesalnya.

Neora, gadis ini menyukai perduniaan fiksi, yang di mana genre-nya itu, angst.

Bilang saja bodoh, karena meskipun dia menyukai itu tapi dia tidak akan pernah terima dengan endingnya yang sesuai harapan.

Bahkan pernah suatu hari, novel yang ia baca itu dari awal sampai akhir ternyata memiliki alur yang mengandung bawang, tapi dirinya suka dengan yang berbau angst.

"Kakak! Di bawah ada Bram!" teriak Zeki, adik laki-lakinya.

Mendengar teriakan itu dengan cepat Neora melangkah keluar kamar, menemui sang pujaan hatinya.

Dan ia melupakan penampilan, "Kak, mukanya, hahaha...." tawa Zeki saat melihat wajah sang kakak.

Rambut berantakan, mata sembab, masih memakai baju tidur, bisa kalian deskripsikan sendiri penampilan Neora seperti apa.

Abraham yang tadi sibuk dengan ponsel karena menunggu Neora, kini penglihatan tertuju pada gadis itu, ingin menahan tawa yang bisa saja meledak.

"Kak, malu, ganti baju dulu sana." ujar sang Ayah yang baru saja masuk ke ruang tengah.

Sang ayah hanya menggeleng melihat tingkah putrinya ini, "Makanya kalo bangun tuh langsung mandi, jangan main hp mulu, kak."

Neora tidak terima dengan ucapan sang Ayah. "Ihh, ayah!" pekiknya yang langsung menuju kamarnya untuk mengganti pakaian.

Abraham hanya terkekeh kecil dengan tingkah perempuan itu.

"Abang tunggu dulu ya, maafin anak Ayah," ujar Ayah kepada Abraham, "Iya nggak papa, Yah." balasnya dengan senyum tipis.

Zeki yang melihat itu tertawa puas, "Bang, sambil nunggu kakak, ayo mabar," ajaknya dan Abraham mengiyakan.

💐

Neora telah bersiap-siap, menghabiskan waktu kurang lebih, biasa cewe, whehee....

Setelah siap akhirnya dirinya mulai menuju ruang tengah, tempat Abraham berada, "Pantesan bau melati, di kira teh tantekun, eh ternyata kakaknya," cetus Zeki dengan ocon.

Neora yang mendengar itu hanya acuh, "Kaya ada yang ngomong, orangnya mana ya?" Zeki yang mendengar itu mendelik tidak suka.

"Bang, kalo kakak mau jajan, gausah di bayarin, suruh bayar sendiri aja," kata Zeki yang sudah berlalu dari hadapan keduanya.

Abraham hanya geleng-geleng kepala, "Jangan suka ribut sama adek, kesian," ucap Abraham dan Neora hanya mengangguk.

"Yaudah yu, kita mau kemana dulu?" tanya Abraham, "Gatau, liat nanti aja, ya."

Mereka mulai melangkah meninggalkan area rumah, dengan mobil toyota. "Tadi pasti udah beres baca novel lagi ya?"

Abraham menggenggam tangannya, "Kalo emang sering nangis gausah beli yang sad ending lagi ya, masa mata ini nangisin yang fiksi terus," katanya dengan mengelus tangannya.

Neora hanya mengangguk, "Nggak janji tapi," batinnya.

Hari mereka bertemu lagi setelah hampir satu bulan tidak ketemu, karena Abraham sendiri merupakan pewaris tunggal yang menuntutnya untuk bekerja di perusahaan orang tuanya di saat usianya masih muda.

Pewaris tunggal cuyy, ada yang mau masuk list kriteria Abraham, kah? Wkwk...

Sudah satu jam, akhirnya mereka sampai di Gramedia terkenal di kota ini. "Jangan beli novel lagi, ya."

Neora mengangguk mengiyakan, toh dirinya di sini hanya ingin melihat-lihat saja tidak lebih.

💐

Banyak orang berbisik yang melihat mereka, keduanya terlihat seperti couple serasi.

Dengan style sederhana itu mereka mendapatkan pujian orang-orang yang tengah berada di mall.

Setelah tadi dari Gramedia, mereka menuju mall, untuk bermain di friendzone. Eh, salah, maksudnya timezone.

Memenuhi whilshit di tahun sekarang.

Menyusuri area mall dengan tangan berpegangan tangan, Abraham sangat menjaga perempuan ini. "Kamu nggak laper?"

"Mau makan dulu nggak?" lanjutnya.

"Aku ngikut aja, bingung kan," Abraham hanya senyum, "Emang dasar cewe, ya,"

Neora tersenyum tipis. "Yaudah nanti di kafe favorit kamu aja ya, kita main dulu aja sebentar lagi di sini,"

Neora sangat bersyukur dengan laki-laki di sampingnya ini, sangat pengertian dan mampu memenuhi apapun yang dirinya inginkan.

Setelah dari mall mereka menuju kafe yang di tuju, sebelum kesana mereka menyempatkan untuk bersua foto, dan inilah hasilnya.

AYOO BILANG INI LUCUU!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AYOO BILANG INI LUCUU!

💐

Akhirnya hari ini Neora sangat bahagia, banyak kebahagiaan yang tercipta dengan tidak sabarnya dirinya ingin bercerita kepada Namara.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, dengan lancang dan tidak sopannya dirinya menghubungi Namara di ujung sana.

"Lama amat angkatnya! Kebiasaan tau nggak sih," nada suara Neora tidak suka.

Namara yang berada di seberang berusaha sabar, "Harusnya gue yang marah, kan lo yang ngehubungi gue nggak tau waktu lagi.

Neora hanya cekikikan, "Abisanya gue seneng banget hari ini, lo mau dengar cerita gue nggak? Gue mau ceritain dari A sampai Z soalnya."

"Gamau, udah malam, besok aja ceritanya, byee!" balas Namara dengan mematikan teleponnya secara sepihak.

Tut!

Neora mendengus kesal, "Yaudah besok harus dengar cerita gue, gamau tau pokoknya." gumamnya dan langsung masuk ke alam bawah sadarnya.

Perasaannya sangat baik hari ini, untuk apresiasi itu dirinya mulai tertidur untuk mengistirahatkan badannya yang lelah.

Neora ingin semuanya berbahagia, untuk saat ini, sampai seterusnya.

Terimakasih Neora. Untuk perasaannya dan semua hal yang sudah kamu tuangkan di sini.

💐

Cobaa ramaikan seng!

Jangan lupa vote and komen.

Sampai ketemu di bab selanjutnya, semoga suka yaa!

TWENTY-TWO STRONG GIRLS  (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang