I

7.1K 935 60
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Enjoy it~

________________

Setelah Jeno mengatakan hal yang mengejutkan tanpa beban itu, suasana di dalam ruangan menjadi sedikit terasa lebih mencekam.

"Boleh kami dapat ruang berdua? Kurasa tuan Baron butuh waktu untuk berdiskusi saat ini," ucap Jeno dengan fokus penuh ke arah Renjun.

Si Huang mengerjap, tunggu, kenapa harus ditinggal berdua? Membayangkannya saja, Renjun sudah menahan gemetar dibalik wajah tenangnya itu.

Orang yang ikut bersama Jeno menunduk sopan, "baik, Yang Mulia Grand Duke Lee, kami akan izin untuk keluar. Mari, Tuan Shotaro."

"T-tapi." Shotaro bergerak panik di tempatnya, hendak menolak permintaan itu.

Masa iya, dia harus meninggalkan tuan kesayangannya bersama dengan salah seorang pria yang sanagar ditakuti di kekaisaran ini?

"Mereka tidak akan lama, apa dirimu menghawatirkan Tuan Baron?" Tanya pelayan pribadi Jeno.

Mendegar pertanyaan itu, perhatian Renjun maupun sang Grand Duke kini terarah kepada Shotaro yang terlihat gugup di tempatnya.

Seakan bisa membaca isi pikiran pelayan itu, Jeno memeberikan tatapan memicing ke arah Shotaro "Tuanmu tidak akan aku makan, jadi jangan pasang wajah seperti itu."

Suara dingin Jeno, mampu membuat bulu kuduk Renjun dan Shotaro serempak berdiri merinding.

Tidak mau membuat keadaan semakin runyam, Renjun memutuskan untuk menuruti permintaan sang Grand Duke.

"Sho, keluarlah," bisik Renjun pelan ke arah Shotaro, "aku tidak apa-apa."

Melihat Renjun memberi perintah dengan wajah hampir memohon, yang bisa dilakukan Shotaro hanya menghela napas dan akhirnya mau menurut.

"Baiklah, Yang Mulia Grand Duke dan Tuan Renjun, silahkan panggil saya jika membutuhkan sesuatu." Shotaro menunduk dengan sopan sebelum akhirnya keluar bersama dengan orang yang Jeno bawa.

"Sepertinya, pelayanmu itu hanya menuruti kata-katamu, ya."

Si Huang kembali menoleh ke arah Jeno, lalu tersenyum kikuk di tempatnya, "maaf atas kelancangannya, Yang Mulia."

"Tidak apa, mungkin dia hanya takut dengan rumor tentang diriku." Jeno berdeham pelan, "jadi? Apa kita bisa membicarakan ini lebih serius lagi?" Lanjutnya kembali pada topik penting mereka.

Ah, benar. Masalah lamaran barusan, jadi ini nyata ya?

Renjun yang semulanya duduk dengan postur sedikit santai, kini terlihat mulai serius dan menegakkan tubuhnya.

Kedua tangan lelaki manis itu masih bertaut di atas paha, wajah yang tadinya hanya berani tertunduk, kini dia beranikan untuk membalas tatapan Jeno.

"Yang Mulia Grand Duke Lee Jeno, maaf, tapi ada yang ingin saya tanyakan. Alasan Anda memilih saya itu apa? Ini terlalu mengejutkan, bahkan saya tidak menerima surat sebelumnya."

Salah satu alis Jeno terangkat, "memangnya kenapa?"

Renjun hampir tersedak salivanya sendiri ketika mendengar pertanyaan Jeno.

"Kenapa??" Tanya Renjun sedikit kaget, "Yang Mulia, saya ini hanya bangsawan kelas bawah yang menyedihkan."

Tanpa sadar, Renjun mengakui seberapa rendahnya dia dibandingkan Jeno. Bagai butiran pasir dan berlian mahal, tapi memang itu perumpaan paling cocok untuk mereka berdua.

Lee Jeno ini, kenapa tega sekali membuat Renjun semakin merasa tidak ada apa-apanya?

Dengan salah satu alis terangkat, tangan Jeno yang berada di bawah meja dibuat mengepal kuat saat mendengar pengakuan Renjun tadi.

[ON HOLD] - MY GRAND DUKE [NOREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang