XIII

4.6K 717 47
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Enjoy it~

_____________________

"Apa benar kalau saat ini, Injun adalah Ibuku?"

Renjun terdiam, sekarang posisi Wish tengah berdiri tepat di depannya, anak itu mendongak dengan mata jernih menatap lekat ke arah Renjun, menunggu jawaban atas pertanyaan yang baru saja dia lontarkan.

Lidah Renjun mendadak keluh, dia baru saja tiba di taman biasa tempat dia menghabiskan waktu, tapi anak laki-laki ini langsung menanyakan pertanyaan yang belum Renjun siapkan jawabannya.

Melihat bagaimana si kecil menunggu kepastian darinya, Renjun coba untuk putar otak mencari penjelasan.

"Y-ya, begitulah."

"Benarkah?!"

Renjun mengangguk, mau tidak mau harus mengakui.

Jujur si Huang pun tidak menyangka kalau Wish terlihat cukup antusias hanya dengan mendengar jawaban singkat yang terdengar ragu itu.

"Aku senang karena Injun yang jadi Ibuku sekarang." Senyum si kecil kian mengembang.

Renjun merendahkan tubuhnya, berlutut di depan anak manis itu untuk mensejajarkan tinggi mereka, kedua tangannya dia letakkan di atas kedua lutut, "benarkah? Apa tuan muda sesenang itu?"

Kali ini si kecil yang mengangguk semangat, senyum di wajah lugu itu merekah dengan cerah, semburat merah mudah pun ikut menjalar di pipi gempilnya.

"Sudah lama aku ingin punya seorang Ibu yang nyata, yang benar-benar bisa disentuh. Ibu yang melahirkanku sudah pergi lama, aku cuma bisa lihat wajahnya dari lukisan, tidak bisa dipeluk."

Untuk ukuran anak berumur lima tahun, Wish termasuk ke dalam golongan anak bijak yang pintar bicara.

Mungkin karena usaha anak ini agar terlihat di mata Jeno, juga gelar yang dia dapat sejak lahir, membuat Wish mengalami perkembangan otak lebih cepat dari anak seusianya.

"Tapi, aku ini ibu tirimu, lho."

"Tidak apa-apa, ibu tiri yang jahat hanya ada di dalam dongeng, pengasuhku yang bilang itu. Lagi pula, Injun tidak jahat."

"Tuan muda tau dari mana aku tidak jahat?"

"Injun yang temani aku saat sakit kan? Aku pernah lihat."

Renjun terdiam, ini jawaban yang tidak terduga lainnya. Jujur, selama ini dia tidak mau mengaku kalau dirinya sudah menikah dengan Jeno di depan Wish, karena takut kalau itu anak menolak dengan tegas dan sulit menerima kenyataan.

Tapi yang terjadi sekarang adalah sebaliknya, Renjun malah dapat adalah sebuah sambutan antusias.

"Terima kasih karena Injun yang menikah dengan Papaku."

Tangan kecil dengan jari-jari mungil itu, meraih tangan Renjun dan menggenggamnya dengan erat.

Renjun tersenyum, dia balik tangannya dan balas genggaman anak sambungnya dengan tak kalah lembut.

"Iya, terima kasih juga sudah menerimaku sebagai ibu sambungmu, Lee Wish."

"Apakah aku akan punya adik nanti?"

Wajah Renjun tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, matanya bahkan sempat membola beberapa detik. Ini pertanyaan polos yang sekali lagi, tidak dia siapkan jawabannya.

"A-adik?"

"Iya, bukanya orang yang sudah menikah akan punya anak? Nenek juga bilang begitu."

"Soal adik.."

[ON HOLD] - MY GRAND DUKE [NOREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang