XII

5.1K 713 61
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Enjoy it~

_____________________

Duduk di meja kerja dengan pikiran yang melalang buana, adalah hal yang saat ini sedang Jeno lakukan, bahkan Sungchan yang sejak tadi duduk di mejanya, sadar dengan kelakukan sang Grand Duke.

"Sungchan."

Keluar juga suaranya, batin Sungchan.

"Ya, Yang Mulia."

"Renjun, kira-kira ada di mana dia saat ini?"

"Mungkin di taman, Yang Mulia."

Jeno mengangguk, tanpa sepatah kata lagi, pria itu bangkit dari duduknya lalu pergi keluar ruangan begitu saja.

Sedangkan Sungchan, hanya bisa melihat gelagat sang tuan tanpa bisa berkata apapun.

Di perjalanan mendadaknya ini, kepala Jeno terasa antara kosong dan penuh, membuat fokusnya jadi terbagi ntah ke mana-mana.

Bahkan, beberapa pelayan yang tidak sengaja berpapasan dengan dirinya, ikut bingung saat mendengar langkah kaki Jeno yang terkesan gusar.

Hingga tanpa sadar, Jeno akhirnya tiba pada tujuanya--taman bagian kastil Obelia, tempat yang paling sering Renjun datangi untuk menghabiskan waktu.

Anehnya, taman itu terasa lebih sunyi dari yang Jeno bayangkan, sosok yang dia cari tidak tampak batang hidungnya.

Tapi yang Jeno sadari, di bawah salah satu pohon di taman itu, terdapat sebuah kain dengan beberapa potong roti manis dan cangkir-cangkir teh.

Jeno mendekat ke bawah pohon itu, lalu kembali menoleh ke kanan dan kiri, berharap orang yang dia cari, cepat menunjukkan wujudnya.

Melihat belum ada tanda-tanda Renjun akan tiba di hadapannya, Jeno memilih untuk duduk di atas kain itu, menikmati semilir angin siang yang mulai terasa sejuk--karena musim gugur akan tiba beberapa minggu lagi.

"Ke mana dia? Bahkan tidak ada tanda-tanda pelayan di sini." Jeno berguman.

Kepala sang Grand Duke kembali menatap beberapa makanan manis di sampingnya, tanpa sadar bibirnya mengukir senyum, hatinya lega karena sadar kalau Renjun terlihat nyaman tinggal di kastil ini.

Semoga saja tetap begitu.

Semilir angin kembali terbang mengelilingi Jeno, helai rambutnya tampak terbang terbawa angin. Kapan terakhir kali dirinya merasa tenang seperti ini? Nyaman juga kalau dirasakan.

Beberapa waktu berlalu, tampaknya harapan Jeno masih belum bisa terkabul, pada akhirnya pria itu memilih untuk merebahkan diri di atas kain dan tidur di samping beberapa makanan manis dan cangkir-cangkir yang terisi sedikit teh di dalamnya.

Toh, pasti akan ada orang yang datang pada akhirnya nanti.

Kedua mata tajam Jeno tertutup, salah satu tangannya tampak bertengger di atas perut, wajah bak pahatan porselennya terlihat lebih menawan siang itu.

Tanpa sadar, Jeno malah terlelap di bawah pohon itu, bersama dengan jajaran roti manis di sampingnya.

Renjun yang sejak tadi pergi ntah ke mana, dibuat kaget saat menemukan tempat pikniknya telah kedatangan tamu.

Lelaki mungil itu berjongkok di samping tubuh terlelap Jeno, memperhatikan raut terpejam sang suami dengan seksama.

"Yang Mulia."

Tak ada sahutan yang Renjun terima, hanya ada suara gesekan daun yang terbawa angin.

Para pelayan juga tak tampak di sekitar mereka, itu permintaan Renjun yang memang hanya ingin menghabiskan waktu sendiri jika tidak ada urusan penting.

[ON HOLD] - MY GRAND DUKE [NOREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang