XIX

6.7K 630 61
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Enjoy it~

_____________________

Tanpa basa-basi lagi, Jeno langsung mengambil langkah besar untuk menuju ke kamar Renjun. Penampilan yang berantakan pun, tak dia hiraukan, sang Grand Duke hanya ingin melihat kondisi istrinya secepat mungkin.

Dua orang pengawal yang berjaga di depan kamar sang Grand Duchess, buru-buru membuka akses saat melihat kehadiran pemimpin kastil itu.

Jeno masuk dengan segera. Pintu kembali tertutup, suasana hening menyambut kedatangannya. 

Orang yang satu malaman kemarin berhasil membuat Jeno awur-awuran, kini terlihat duduk di sebuah kursi tepat menghadap ke arah jendela yang tengah menampilkan matahari setengah tenggelam.

Renjun menoleh dari arah jendela saat menyadari kehadiran Jeno dan menyambut sang Grand Duke dengan sebuah senyum kecil.

"Yang Mulia."

Suara serak dengan mata yang menyorot sendu itu, berhasil menarik atensi Jeno dengan begitu cepat. Satu helaan napas penuh rasa lega, keluar dari paru-paru sang Grand Duke.

Pedang yang bertengger di pinggangnya, Jeno lepas begitu saja, diletak si empu dengan sembarang di atas lantai, sedangkan tungkainya sudah sibuk berjalan cepat ke tempat di mana istrinya berada.

"Renjun, Duchessku." 

"Anda terlihat berantakkan."

Tak mengidahkan ucapan si manis yang yang terdengar begitu layu, Jeno memilih untuk langsung merendahkan tubuhnya agar bisa menarik sang istri ke dalam sebuah peluk.

Dekapan itu terasa sangat erat, Renjun dipeluk seakan wujudnya akan menghilang jika Jeno lepaskan barang sedetik.

"Yang Mulia dari mana? Bau Anda mengerikan." Renjun mengelus pelan punggung tegap suaminya, sadar kalau tubuh kokoh itu terasa sedikit gemetar.

Bukannya menjawab pertanyaan Renjun, Jeno malah sibuk berguman sendiri. "Syukurlah.. aku sudah takut sejak kemarin."

"Yang Mulia terjaga satu malaman?"

Perlahan, pelukan itu merenggang, Jeno jauhkan dirinya dari jangkauan Renjun. Tubuhnya kian merendah, hingga kini salah satu lututnya menyentuh lantai dengan sempurna.

Sang Grand Duke, kesatria paling hebat milik Hanares, tirani kejam yang ditakut semua orang, pria yang selalu berjalan tegap dengan dagu mendongak ke atas, pada akhirnya akan tetap bersedia untuk berlutut demi sang pujaan hati.

Tatapan tajam itu tak menghiasi kedua mata Jeno, saat ini hanya ada sorot yang menatap penuh puja untuk Renjunnya.

"Yang Mulia." Renjun kembali menegur suaminya itu, menunggu jawaban yang tak kunjung terucap.

Perlahan, Jeno raih kedua tangan Renjun untuk dia bawa ke dalam genggaman hangat. "Apa kau berharap aku bisa tidur saat kondisimu sangat menghawatirkan satu malaman? Aku lebih tenang menutup mata di tengah hutan penuh dengan monster, ketimbang meninggalkanmu yang sedang berada di kondisi tak baik."

Untuk pertama kalinya, Renjun terkekeh sejak dirinya bangun beberapa waktu tadi. "Kalau orang lain yang mendengar ini dari mulut Anda, mungkin mereka akan langsung kaget lalu jatuh hati, tidak menyangka kalau Grand Duke mereka punya tutur manis dan rasa peduli tinggi. Yang Mulia ini, ingin jadi seorang pria perayu, ya?"

"Toh, aku hanya akan jadi perayu untuk dirimu. Lagi pula, memangnya aku kurang untuk membuatmu bisa jatuh hati?"

"Aku tidak bilang begitu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ON HOLD] - MY GRAND DUKE [NOREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang