VII (black moon scene)

6.9K 901 97
                                    

Guys, tolong vote dan komennya jangan lupa ramaikan, yh♡

Vanilla taste.♡

Sorry for the long rest and Enjoy it~

_____________

Kira-kira apa yang akan terjadi saat malam pengantin tiba? Cumbuan mesra? Pelukan hangat? Atau bahkan lebih intim? Seperti bersenggama di atas ranjang, mungkin?

Apa Renjun gugup karena itu? Jelas, tapi rasa sedih saat ini lebih mendominasi ketika mengingat, bagaimana pertemuan mereka dengan sang Kaisar dan orang tua Jeno setelah pemberkatan tadi.

Syukurnya, orang-orang yang bekerja di kastil ini terlihat menyukai Renjun, jadi dia tidak merasa begitu kesepian sekarang.

Duduk diam di dalam kamar yang sudah disiapkan, dengan semangkuk berisikan beberapa potong buah persik, adalah hal yang kini Renjun lakukan selagi Jeno menyelesaikan sedikit urusannya yang ntah apa itu.

Mata bak rubahnya mengitari setiap sudut ruangan dengan pipi yang menyebul kecil akibat buah yang dia kunyah.

Tak lama, pintu besar itu akhirnya terbuka, Renjun menoleh dan mendapati Jeno yang masuk dari sana.

Senyum pria Lee itu kembali tampak dalam pengelihatan jernih Renjun.

"Sedang apa?" Tanya Jeno lembut.

Renjun melirik mangkuk di atas pahanya, "makan.. buah?" Bukankah sudah jelas? Lagi pula si Huang yakin kalau lelaki yang kini menyandang status sebagai suaminya itu, masih memiliki pengelihatan yang bagus.

Langkah Jeno kian berayun ringan menuju tempat di mana Renjun berada, setelah sampai tepat di depan lelaki Huang itu, sang Grand Duke merendahkan dirinya untuk mensejajarkan wajah mereka.

"Apa rasa dari buah persik itu?"

Wajah Renjun sedikit mundur, berusaha tetap menjaga jarak diantara mereka, "t-tentu saja manis, Yang Mulia.."

Jeno menatap intens ke arah lelaki manis itu, sepertinya Renjun masih terlalu asing untuk memanggilnya dengan sebutan anformal.

Sedangkan si Huang, kini tengah sibuk membatin dalam hati, Kenapa Jeno suka sekali menatap Renjun dengan posisi yang terlalu
intens seperti ini?

"Aku juga mau merasakannya kalau begitu, boleh?"

Renjun mengangguk, tangannya hampir terangkat untuk menyuapi buah yang Jeno maksud itu.

Tapi sebelum suapan Renjun mendarat ke dalam mulut Jeno. Yang disambar oleh si Grand Duke malah hal lain.

Tangan Jeno bergerak cepat ke belakang kepala Renjun dan menariknya tanpa aba-aba, hingga akhirnya bibir keduanya kini menyatu dengan sempurna.

Tubuh Renjun tersentak mendapat perlakuan tiba-tiba itu, selanjutnya, mata bak rubahnya sontak terpejam ketika merasakan benda kenyal milik Jeno mulai bergerak menyapu permukaan ranum tipisnya.

Ini terlalu tiba-tiba, tapi bibir Jeno benar-benar melumat permukaan lembut berperisa manis milik Renjun dengan hati-hati.

Jeno memberi satu kecupan setelahnya ciuman manis beberapa saat itu terjalin dengan sepihak, sebelum akhirnya, si dominan menjauhkan bibirnya dari milik submisifnya.

"Kau benar, rasanya manis."

Kepala si Huang menunduk setelah mendengar itu, wajahnya merah paham, terasa hangat karena gugup semakin menyelimuti tubuh mungilnya.

"Ada sedikit tekstur kenyal, lembut juga, terasa cocok saat aku melumat-"

"Yang Mulia."

Kalimat Jeno terhenti saat tangan kanan Renjun tiba-tiba meraih dan meremat ujung kemeja tidur si dominan dengan kuat.

[ON HOLD] - MY GRAND DUKE [NOREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang