V

5.4K 861 76
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Kalau ada typo, mohon ditandai ya, ak males ngoreksi lagi, jadi langsung up ><♡

Enjoy it~

__________________

Jeno, tidak pernah berpikir terlalu jauh dengan apapun yang dia lakukan.

Pria Lee itu sudah hidup dengan segala kosekuensi yang bentuknya berbagai macam, kalau boleh dibilang, Jeno sudah hatam untuk menghadapi segala kesulitan yang menghampirinya selama ini.

Dan beruntungnya pria itu, dia selalu dapat mengatasi semuanya dengan baik. Itu kenapa, gelar seorang Grand Duke tidak salah turun ke tangannya.

Lalu, sebuah pernikahan sendiri adalah hal besar dan butuh keputusan serius juga, bukan hanya masalah kecil yang bisa diatasi hanya dengan satu jentikan jari, lalu selesai.

Satu hal lagi, pernikahan bukan hal kecil bagi para bangsawan kelas atas.

Ntah dapat mimpi apa, Jeno malah memasukkan pernikahan, ke dalam salah satu kategori hal kecil dari hal-hal lain dalam hidupnya.

Jeno, jelas tahu hal ini akan sedikit mendapat perdebatan, tapi kehadiran Doyoung ke dalam ruangannya hari ini, membuat rencana pria Lee itu sedikit melenceng dari perkiraan awal.

"Ibu."

"Jelaskan, apa maksudmu merencanakan sebuah pernikahan tanpa berbincang dulu dengan Ibu?"

Helaan napas Jeno terdengar.

Doyoung yang tengah berdiri dengan wajah marah itu, menunggu jawaban bagus dari mulut anaknya.

"Ibu tau dari mana?"

Decihan Doyoung terdengar sarkas, bahkan lelaki paruh baya yang cantiknya tak pudar itu, menarik ujung bibirnya seakan meremehkan sang anak.

"Aku bertemu langsung dengan seorang Baron yang mengaku sebagai, calon istri Grand Duke Lee Jeno tadi," jawab Doyoung dengan menekan kalimat calon istri di ucapannya.

Mata Jeno terpejam sesaat mendengar itu.

Jujur, tadinya Jeno ingin menggelak dan mencari alasan bagus, tapi saat jawaban sang ibu terdengar, pria Lee itu hanya bisa menarik napas untuk mengumpulkan energi.

"Begitu ya.."

"BEGITU YA?! Apanya yang begitu ya?!"

"Ibu, tolong jangan berteriak."

"Jelaskan padaku, Lee Jeno. Sebelum aku bawa Ayahmu ke sini," ucap Doyoung mutlak.

Melihat amarah mulai menjalar ke seluruh inti diri sang Ibu, Jeno berinisiatif untuk menuntun lelaki yang dia kasihi itu agar duduk di atas sofa.

"Ibu, tolong tenang dulu. Tarik napas dan biarkan aku menjelaskan dengan pelan-pelan, ya?"

"Aku harap penjelasannya bagus, Tuan Lee."

Jeno meringis sejenak, sebelum akhirnya tersenyum simpul untuk memulai perbincangan panas ini.

"Ibu, aku memang akan menikah dengan pemuda Baron itu, namanya Huang Renjun."

Doyoung masih diam, memberi isyarat tak langsung kepada sang anak, untuk melanjutkan penjelasan ini.

"Aku sudah memikirkan ini dengan sangat matang, semua rencana sudah aku susun dengan baik. Pernikahan ini bukan keputusan pendek yang aku ambil dengan semberono. Jadi Ibu, tolong percaya padaku."

"Apa harus seorang Baron yang tidak jelas asal usulnya itu?"

Jeno tersentak mendengar itu. Sebelumnya, tak pernah dia dengar kalimat dengan nada merendahkan seperti ini dari mulut Ibunya.

[ON HOLD] - MY GRAND DUKE [NOREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang