VI

5.6K 907 96
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Enjoy it~

_____________________

"Boleh saya tagih janji Anda yang akan mengabulkan semua permintaan saya setelah pernikahan kita besok, Yang Mulia?"

"Tentu, aku akan berikan segalanya. Semua yang kau butuhkan. Tapi, kau juga harus ikuti semua yang aku mau."

"Yang Anda mau?"

"Iya, salah satunya adalah menjadi Ibu dari anakku."

Jeno menatap cermin di depannya raut serius seperti biasanya, padahal diam-diam, bibirnya mengukir senyum saat mengingat percakapannya dengan Renjun malam tadi.

Setelah semua persiapan perihal pernikahan mereka selesai, tadi malam mereka menyempatkan diri untuk mengobrol sejenak, menikmati malam terakhir sebagai sepasang orang asing.

Karena setelah janji pernikahan yang sebentar lagi akan terucap, status mereka berubah menjadi lebih intim, lebih dekat, lebih suci.

Para pelayan sibuk mendandani Jeno, memberikan aksen mewah di bajunya dengan beberapa bagian yang diberi sentuhan-sentuhan berlian kecil dari tambang permatan milik keluarga Grand Duke, yang mempercantik tampilannya.

Rambut seputih gadingnya ditata rapi, poni yang biasanya dibiarkan jatuh ke atas dahi, kini tersisir ke belakang.

Jangan lupakan Jas putih dengan ukiran-ukiran rumit berwarna emas sebagai ornamennya, juga jubah merah yang menggantung di bahunya, membuat Jeno benar-benar terlihat seperti seorang Grand Duke terhormat.

Wajah bingung Renjun malam tadi, sejujurnya sedikit mengganggu pikiran Jeno sampai sekarang.

Saat Jeno mengatakan kalau Renjun akan menjadi Ibu dari anaknya, wajah bak rubah si Huang tampak termangu selama beberapa detik.

Walau akhirnya, kepala Renjun mengangguk dengan bibir yang tersenyum manis—senyum yang belakangan ini sering Jeno lihat rupanya, bahkan tatapan Baron muda itu, sama sekali tak menghardik Jeno dengan rasa curiga.

Padahal, untuk Wish sendiri pun, Jeno bahkan belum memberi tahunya kepada Renjun. Lelaki Huang itu belum tahu, kalau pria yang akan dia nikahi hari ini, sudah memiliki seorang anak laki-laki berumur lima tahun bersama orang lain.

Tidak aneh jika Renjun tak tahu, karena kalau boleh jujur, tak banyak orang yang mengetahui pernikahan Jeno sebelumnya.

Alasan Jeno sendiri yang belum juga memberitahu Renjun—kalau ada sosok darah daging sang Grand Duke yang bahkan sudah tumbuh menjadi seorang anak laki-laki di kastil itu, adalah karena Jeno belum siap menerima resikonya.

Atau memang, Jeno saja yang licik dan memilih untuk mengikat Renjun terlebih dahulu.

"Yang Mulia Grand Duke Lee."

Para pelayan mulai menyingkir dari dekat Jeno, pria itu sudah selesai bersiap.

Tubuh tegapnya berbalik mengarah ke pintu masuk ruangan dan menemukan Sungchan yang tampak berdiri si sana.

"Ada apa?"

"Acaranya akan dimulai sebentar lagi, Yang Mulia."

"Renjun?"

"Tuan Baron, sudah selesai bersiap juga."

Sudut bibir Jeno terangkat, bayangan bagaimana sosok mungil itu memakai pakaian mewah dan pernak-pernik cantik, juga sebuah tudung yang menutupi kepalanya; sudah terbayang di dalam otak Jeno.

Langkah si penguasa bergerak keluar ruangan, Sungchan pun ikut bergegas menyeimbangi langkah sang tuan dengan ikut berjalan di sampingnya, beberapa pelayanan juga tampak sigap mengekori keduanya dari belakang.

[ON HOLD] - MY GRAND DUKE [NOREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang