III

5.6K 884 100
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Ini serius pada menikmati alurnya? Wkwk, yaudah lanjut deh.

Enjoy it~

________________

Kemarin—selang tiga hari kepulangan Jeno dari mansion Huang, surat dari bank tempat semua hutang Renjun berada, tiba-tiba datang memberi waktu tenggat di luar dari perjanjian dengan waktu yang sangat tidak masuk akal.

Kalap? Tentu saja, Renjun yang memang sudah pusing tujuh keliling, hampir pingsan saat membaca kalimat demi kalimat di surat itu.

Ntah apa penyebabnya, tapi sialnya dia tidak bisa protes dengan keputusan yang bank ajukan.

Tidak mau melibatkan orang-orang baik yang selama ini mengabdi pada keluarganya, Renjun memutuskan untuk mengirim semua pekerjanya yang tersisa, ke rumah para bangsawan lain sebelum mereka benar-benar kehilangan pekerjaan.

Bahkan, Shotaro pun saat ini tak lagi berada di sisi tuan kesayangannya. Baron Huang benar-benar mendapat jalan buntu dalam segi finansial, maka menyerah pada jalan terakhir—menerima lamaran sang Grand Duke, adalah pilihan yang dia ambil walau berat hati.

Nanti, saat Renjun sudah bisa kembali berdiri dengan benar lagi, dia janji akan membawa Shotaro kembali ke sisinya. Mengingat bagaimana wajah sembab pelayan setianya itu kemarin, berhasil membuat Renjun merasa semakin bersalah.

"Selamat datang, tuan Huang."

Renjun tersenyum tipis saat mendapat sambutan itu, sekarang ini dia baru saja turun dari kereta kuda yang Grand Duke kirimkan untuk menjemputnya.

"Mari, saya antarkan ke ruangan Yang Mulia Grand Duke," ajak Sungchan yang saat itu kebetulan menyambut dirinya.

Renjun mengangguk dan mengikuti langkah Sungchan, lidahnya masih terlalu keluh untuk berbicara barang sepatah kata.

Kemarin, saat keputusannya sudah bulat, saat setelah segala urusan di meja kerjanya selesai, Renjun langsung membalas surat yang diberikan oleh sang Grand Duke, dan beberapa hari selanjutnya, Lee Jeno mengirim sebuah kereta kuda untuk menjemput Renjun menuju kastil ini.

Bahkan, tanpa sebuah balasan lainnya.

Mau bagaimana lagi, Renjun belum siap merasakan beban menjadi bulan-bulanan masyarakat karena gelar bangsawan yang dicabut.

Jadi, lebih baik ambil saja jalan yang terlihat sedikit batu kerikilnya. Renjun tahu, menjadi istri seorang Grand Duke juga bukan hal muda. Tapi setidaknya, si Huang tidak akan dapat caci maki sebab direndahkan.

"Tuan Baron."

Renjun tersentak, matanya terlihat mengerjap pelan, menatap Sungchan dengan raut sedikit linglung.

"Ah, maaf, aku pasti melamun. Apa kita sudah sampai?" Tanya Renjun ketika dirinya kini sudah berdiri tepat di depan sebuah pintu besar.

Pintu itu terlihat sangat menawan untuk sebuah interior bangunan biasa, sejak menginjakkan kaki di kastil ini pun, Renjun sudah dibuat terpukau karena karena kemewahan yang tersaji di depan mata.

Kastil ini didominasi oleh warna putih dan emas, di beberapa ornamen terlihat ukiran berbentuk mawar emas mekar yang jelas dibuat oleh tangan seorang ahli.

Terpukau? Jelas, Renjun luar biasa kagum dengan apa yang dia lihat di sana.

Karena, memang agak berbanding terbalik dengan mansion keluarga Huang yang selama ini dia tempati, di mana mansion itu, lebih sederhana dan dominan diisi oleh warna hijau zamrut.

"Iya, Tuan, kita sudah sampai dan Yang Mulia Grand Duke sudah menunggu Tuan di dalam."

Rematan Renjun pada gagang tas yang sejak tadi dia bawa terlihat mengerat, sejujurnya dia belum siap untuk melihat wajah Jeno lagi.

[ON HOLD] - MY GRAND DUKE [NOREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang