Vote dan komen jangan lupa!!
Enjoy it~
_____________________
Atmosfer di kediaman sang Grand Duke terasa kembali suram setelah sekian lama, alasanya adalah karena dua orang paling penting di rumah itu, tengah berada dalam kondisi tidak baik.
Kondisi Wish sekarang masih belum bisa dikatakan pulih, anak itu masih terbaring di kasur kamarnya dengan pelayan yang kadang terlihat bolak-balik mengurusi.
Belum juga masalah satu selesai, tiba-tiba saja sang Grand Duchess--istri kesayangan dari Grand Duke di kastil itu, mendadak ditemukan pingsan dengan bekas cekikan di lehernya.
Jeno jelas murka melihat itu, pitamnya naik karena sadar kalau keamanan kastil menjadi lebih longgar beberapa hari belakang, hanya karena dirinya tidak lagi sering menunjukkan sikap otoriternya.
Tapi hari ini, tampaknya ketenangan harus undur diri dulu. Semua orang terlihat takut, gemetar bahkan sampai harus menahan napas beberapa kali.
Tabib yang kemarin bersimpuh memohon ampun di depan Jeno pun, harus kembali mengalami situasi mencekam ini.
Sayang sekali, orang yang kemarin membelanya dan membantunya terlepas dari tebasan pedang tajam sang Grand Duke, kini terlihat tak sadarkan diri.
Saat ini, sang tabib hanya bisa berdoa pada Dewi demi keselamatannya sendiri.
"Bagaimana?"
Suara Jeno kembali terdengar, orang-orang yang berada di ruangan itu semakin menunduk, bahkan tanpa sadar tubuh mereka kembali gemetar menahan takut.
Aura tirani seorang Lee Jeno, jelas terasa setelah sekian lama tak muncul.
"Saya.. masih berusaha, Yang Mulia, saya berjanji akan membuat kondisi Yang Mulia Grand Duchess kembali membaik."
"Aku tidak butuh janjimu, aku ingin istriku segera bangun."
Tabib itu menelan salivanya sejenak. "Baik, Yang Mulia."
Jeno kembali menutup mulutnya, matanya menyorot penuh ke arah Renjun yang masih betah menutup mata. Ruam merah yang terlihat jelas di leher istrinya, berhasil membuat rahang Jeno mengeras.
Sebenarnya apa yang terjadi pada Renjun dan situasi macam apa yang lelaki itu alami sebelum pingsan? Jeno mengepalkan kedua tangannya, rasa khawatirnya benar-benar mengusik hati.
Untungnya, mana Renjun masih bisa Jeno rasakan dengan jelas.
"Yang Mulia Grand Duke, maaf."
Jeno menoleh, mata elangnya menyorot tak suka dengan seorang pelayan yang tiba-tiba mendatangi dirinya.
"Ada apa?"
"Tuan Sungchan sudah menunggu Anda di depan kamar, Yang Mulia."
Jeno menatap pelayan itu dengan mata yang masih sama dinginnya. "Katakan padanya kalau aku akan keluar sebentar lagi."
"Baik, Yang Mulia Grand Duke, saya permisi."
Wanita itu mundur dengan perlahan, lalu buru-buru keluar dari kamar sang tuan untuk menyampaikan pesan dari sang Grand Duke.
Jeno melangkahkan kakinya, bergerak menuju ke tempat Renjun berada. Tangan kekarnya terulur, dia usap pucuk kepala sang istri dengan lembut, lalu berkata dengan lirih, "cepat bangun, aku butuh penjelasanmu, aku khawatir, aku ingin dengar pengaduanmu. Siapa orang brengsek yang berani-beraninya menyentuh Duchessku ini."
Tabib dan para pelayan di sana dibuat menelan saliva dengan susah payah, melihat sikap Jeno yang sangat mudah melunak saat bersama Renjun, harusnya menjadi pemandangan paling manis di kastil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON HOLD] - MY GRAND DUKE [NOREN]
Fanfiction"Aku, akan berikan segalanya. Semuanya yang kau butuhkan, tapi kau, juga harus ikuti semua yang aku mau." "Yang kau mau?" "Ya, salah satunya adalah menjadi Ibu dari anakku." [ON GOING] --- NOREN HISTORICAL FANTASY by buah ceri #🥇- baron [31/01/20...