Hari ini Shafa mendapat tugas memasak untuk keluarga ndalem di bantu oleh Alya karena teman yang seharusnya bertugas dengan Shafa sedang izin pulang. Hal seperti ini sering terjadi, saling tolong menolong antar santri ndalem jika memungkinkan, meskipun Alya bukan santri ndalem tapi dia sering bantu bantu santri ndalem karena dulu sebelum menjadi lurah pondok putri Alya juga menjadi santri ndalem.
"Mba tolong buatkan unjuan lima nggeh" titah gus Ridwan yang baru saja masuk ke dapur
"Nggeh gus"
"Nanti langsung antar ke depan aja" setelah mengucapkan itu, gus Ridwan keluar dari dapur
"Biar mbak yang buat kamu lanjut aja masaknya" ujar Alya mulai menyiapkan unjuan untuk di bawa ke depan
Lima cangkir teh telah siap tinggal di bawa ke depan "Dek itu kompornya di kecilin dulu aja, temenin mba bawa ini dulu ya" pinta Alya
"Siyap mba"
Keduanya berjalan kedepan dengan Shafa yang membawa nampan berisi unjuan yang Alya buat, Alya langsung meletakan unjuan tadi ke depan para tamu. Setelah selesai mereka berdua berniat undur diri namun tiba tiba tangan Alya di tahan oleh bu Nyai Halimah yang otomatis Shafa juga berhenti karena Alya juga memegang tangan Shafa
"Bentar mba Alya, duduk sini dulu ya mba" ucap bu Nyai Halimah
"Nggeh bu"
Shafa dan Alya duduk di karpet bawah, menunggu apa yang ingin bu NyaiHalimah sampaikan pada Alya sampai menahan Alya
"Mba Sadah perkenalan ini yang namanya mba Alya sedangkan satunya lagi mba Shafa" Alya dan Shafa langsung mencium punggung tangan tamu ndalem setelah bu Nyai Halimah memperkenalkan mereka berdua
"Mba Alya mba Shafa beliau ini adalah kakak Abah Yai yang dari Jombang" keduanya mengangguk sopan pada tamu yang ternyata masih keluarga ndalem
"Oalah pantes mas Ubay naksir soale ayu yo" goda bu Nyai Sa'adah atau bu Nyai Sadah pada putranya yang sedari tadi menunduk
Semua orang terkekeh mendengar celetukan dari bu Nyai Sa'adah kecuali yang sedang di goda dan kedua perempuan yang masih belum paham maksud dari godaan yang bu Nyai Sa'adah lontarkan
"Mba Alya, kemarin ibu sudah memberi tahu mba Alya kan jika ada seseorang laki laki yang ingin mengkhitbah sampeyan, dan di depan kamu itu laki laki yang ibu maksud" jelas bu Nyai Halimah cukup membuat keduanya terkejut, bahkan Shafa yang hanya menemani Alya saja ikut berdebar mendengarnya
"Namanya Ubaydillah, dia putra terakhir Abah Yai Zulkarnain dan bu Nyai Sa'adah kakak dari abah Yai Abdullah" lanjutnya
"Apa mba Alya sudah sholat istikharah?" Tanya abah Yai Abdullah
"Sampun abah yai"
"Lalu bagaimana jawaban mba Alya?" Tanya abah Yai lagi
Alya diam sebentar lalu menganggukan kepalanya pelan, semua di ruang tamu mengucap hamdalah begitu juga Shafa meskipun di dalam hati, dirinya ikut bahagia jika kakaknya ini sudah menemukan jodohnya meskipun di hatinya juga merasa sedih karena sebentar lagi dia harus berpisah dengan kakak ketemu gedenya.
Bu nyai Sa'adah langsung memasangkan cincin pada jari manis Alya dan beliau sekeluarga akan berkunjung ke rumah Alya besok untuk meminta Alya secara langsung pada orangtuanya sekalian membicarakan kelanjutan rencana pernikahan keduanya.
Shafa dan Alya izin undur diri terlebih dahulu, keduanya pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan yang tadi mereka masak lalu kembali ke asrama setelah selesai
Saat sampai di asrama keduanya berpelukan, Shafa bahkan sudah berkaca kaca sedari tadi mereka di dapur
"Barokallah fik mba, nggak nyangka bentar lagi mba Alya jadi istri" gumam Shafa setelah keduanya melepas pelukan
"Alhamdulilah dek, mba minta doanya saja semoga di beri kelancaran sampai hari H"
"Mba Alya kenapa nggak bilang kalau mau di jodohkan bu nyai"
"Maaf ya dek, mba pikir nanti dulu memberi tahu nya saat semua sudah benar benar mantap"
"Sebentar lagi pasti mba Alya di boyong sama suami, Shafa sendiri deh" ucap Shafa masih berusaha menyeka air mata yang jatuh
"Kan masih banyak temennya disini" Alya memang benar di sini masih banyak teman tapi rasanya Shafa tetap merasa ke hilangan sosok kakak seperti Alya
"Tetap semangat ngajinya ya dek insyaallah sebentar lagi jodoh dek Shafa datang"
"Aamiin mbak, tapi Shafa masih ingin mengabdi disini belum kepikiran buat boyong" ujar Shafa yang sudah berhenti menangis
"Alhamdulilah kalau begitu, semoga jadi ibadah untuk dek Shafa ya"
"Aamiin mba"
Keduanya saling berpelukan kembali, menyalurkan semua rasa sayang yang mereka miliki. Sebentar lagi mereka akan berpisah, sudah pasti mereka akan saling merindukan
"Jangan pernah lupain Shafa ya mba, sering sering main kesini anak gus Ubay juga"
"Insyaallah dek"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hebbaytek
Fiction généraleShafa merupakan salah satu santri di pesantren Nurul Anwar dan juga abdi ndalem. Dua minggu setelah menghadiri pernikahan sahabat sekaligus kakak tingkatnya di pesantren, tiba tiba dia mendapat kabar dari orang tuanya bahwa ada seorang laki laki yan...