Beberapa hari ini Shafa menjadi pendiam dan sering melamun, berat badannya juga turun drastis terlihat dari badan nya yang lebih kurus dari beberapa bulan sebelumnya, jadwal makannya pun berantakan bahkan tak jarang seharian Shafa tidak tersentuh makanan, seperti saat ini
"Dek kamu nggak balik? Nanti di cariin gus Ridwan loh" Tegur Shafiya, Shafa memang meminta Shafiya untuk memanggil dirinya seperti biasa tidak perlu memakai embel embel ning
Saat ini Shafa sedang berada di asrama putri, lebih tepatnya berada di kantor sekertariat asrama putri membantu pengurus sekretariat membuat laporan bulanan untuk di setorkan ke bu Nyai Halimah
"Mas Ridwan lagi pergi mba, jadi aku bisa disini lebih lama" ungkap Shafa jujur
"Dek kamu lagi ada masalah?" Tanya Shafiya menghampiri Shafa yang sedang sibuk di depan komputer
Shafa tersenyum lalu menggeleng "Shafa baik baik aja kok mba"
"Beneran?"
"Iya mba, emangnya shafa kelihatan lagi banyak masalah ya mba?
"Sedikit. Kamu berubah jadi pendiam, kamu juga kelihatan lebih kurus"
"Masa sih mba? Perasaan Shafa biasa biasa aja deh"
"Kamu kalau ada apa apa cerita ya dek, anggap aja mba ini kakak kandung kamu"
"Iya mba"
Shafa kembali melanjutkan pekerjaannya, namun beberapa menit setelahnya tiba tiba perut Shafa terasa sakit seperti ada yang melilitnya di dalam sana. Shafa mendesis sambil memegang perutnya, keringat dingin keluar membasahi kening Shafa
"Dek kamu kenapa?" Tanya Shafiya khawatir
"Sakit" gumam Shafa sembari meremas perutnya kuat
"Hah mana yang sakit dek"
"Mba tolong perut Shafa sakit banget" Shafiya panik melihat Shafa yang terus mengerang kesakitan sambil memegang perutnya
"Toloooooong mba Ningrum tolong" sosok yang Shafiya panggil datang dengan tergopoh gopoh dari ruangan samping
"Astagfirullahaladzim mba Iyah, ning Shafa kenapa?" Tanyanya ikut panik apa lagi melihat wajah Shafa yang sudah pucat pasi
"Nanti aja jelasinnya sekarang mba ke ndalem minta bantuan" Ningrum langsung berlari menuju ndalem utama seperti yang di perintahkan Shafiya
"Dek bangun jangan merem" ucap Shafiya terus menggoyangkan tubuh Shafa agar tetap tersadar, tubuh Shafa sudah dingin, wajahnya pucat pasi, perlahan kesadaran Shafa menghilang, tepat saat abah yai dan beberapa orang datang Shafa sudah tidak sadarkan diri
"Ya allah dek bangun" pekik Shafiya mencoba membangunkan Shafa
"Fif bantu angkatin mba mu, kita bawa ke rumah sakit sekarang" perintah abah yai
"Iya bah"
Gus Rafif langsung mengambil tubuh Shafa dari pelukan Shafiya dan membawanya menuju mobil yang sudah di siapkan. Mobil melaju cukup kencang membelah jalannan
"Ya allah bah ini tangan mba Shafa kenapa dingin banget, wajahnya juga pucet banget bah" kata Bu nyai Halimah sembari memegang tangan Shafa
"Terus berdoa mi semoga mba Shafa baik baik aja" balas abah yai yang sesekali melongokan kepalanya kebelakang
Sesampainya di rumah sakit Shafa langsung di bawa ke ruang IGD, setelah Shafa masuk pintu langsung di tutup dan membiyarkan keluarga pasien menunggu di luar ruangan
"Mas Ridwan udah di kasih tahu mi?" Tanya abah Yai
"Udah bah, sebentar lagi kayaknya sampai"
Baru saja di bicarakan, gus Ridwan tiba tiba muncul dengan nafas terengah engah "Shafa gimana mi?" Tanyanya saat sampai di samping keluarganya
"Masih di periksa di dalam mas, yang sabar ya" jawab bu Nyai Halimah sembari mengusap lengan putranya
Gus Ridwan berjalan ke pintu IGD lalu mengintip dari celah pintu yang terbuat dari kaca, dirinya bisa melihat tubuh kecil istrinya yang sedang terbaring di dalam, hatinya terasa sakit saat melihat tubuh Shafa yang sedang di pasangi infus
"Maaf bah Rafif nggak bisa nungguin mba Shafa terlalu lama, Asyla di rumah sendirian bah" tutur Rafif, sebenarnya tak enak meninggalkan mereka tapi dirinya juga tidak tega meninggalkan istrinya sendiri dirumah, apalagi istrinya sedang mengandung
"Yaudah kamu pulang aja, ajak sekalian umi mu, biar abah sama mas Ridwan yang nunggu disini"
"Yaudah bah Rafif pamit dulu ya" pamit gus Rafif lalu menghampiri gus Ridwan "mas, Rafif pulang dulu ya, Syla di rumah sendiri" ucapnya pada sang kakak
"Iya dek, makasih udah bantuin istri mas"
"Sama sama mas, mas yang sabar, jangan lupa berdoa, aku pulang dulu assalamualaikum" pamitnya
"Umi pulang dulu ya mas, nanti kesini lagi bawa baju ganti"
"Iya umi, maaf ngerepotin umi"
"Umi nggak repot kok, kamu yang sabar, jangan putus berdoa insyaallah mba Shafa baik baik aja"
"Aamiin, terimakasih umi"
"Yaudah umi pulang dulu ya assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Kini tinggal gus Ridwan dan abah yai yang masih setia menunggu ruang IGD terbuka

KAMU SEDANG MEMBACA
Hebbaytek
General FictionShafa merupakan salah satu santri di pesantren Nurul Anwar dan juga abdi ndalem. Dua minggu setelah menghadiri pernikahan sahabat sekaligus kakak tingkatnya di pesantren, tiba tiba dia mendapat kabar dari orang tuanya bahwa ada seorang laki laki yan...