8. Ikut Suami

593 25 0
                                        

Sudah hampir seminggu Shafa tinggal di rumah dan hari ini Shafa harus kembali lagi ke pesantren karena gus Ridwan tidak bisa terlalu lama meninggalkan pesantren, dan sebagai seorang istri sudah seharusnya Shafa ikut kemana pun suaminya pergi

"Bu Shafa pamit riyen" pamit Shafa memeluk tubuh senja Maryam

"Iyo, ati ati yo ndok" Maryam mencium kening Shafa lalu beralih ke gus Ridwan

"Ibu titip Shafa gus" ucapnya saat gus Ridwan mencium tangan Maryam

"Nggeh Bu, insyaallah"

Setelahnya keduanya berpamitan kepada Ahmad dan kembali mendapat wejangan dari bapak Shafa. Usai berpamitan mereka langsung masuk mobil dan perlahan meninggalkan kediaman Shafa

Gus Ridwan menoleh ke arah Shafa menunjukan senyum yang terlihat teduh di mata Shafa, gus Ridwan juga mengusap lembut kepala Shafa berharap membuat hati Shafa lebih baik setelah berpisah kembali dengan orangtua nya

"Insyaallah kita sering sering main kesini" ujarnya menenangkan Shafa

"Makasih mas" cicit Shafa dengan senyum di akhiri senyum. Sudah hampir satu minggu setelah Shafa mengetahui pernikahan nya, gus Ridwan langsung meminta Shafa mengubah panggilannya agar lebih enak di dengar. Namun meskipun sudah seminggu, Shafa masih merasa malu saat mengucapkannya

Mereka kembali berhenti di masjid yang dulu mereka singgahi. Mereka berniat menjalankan sholat dzuhur dan beristirahat sejenak

"Dek kamu masih ingat waktu kamu beliin mas nasi bungkus disini? Sebenarnya waktu itu mas lagi puasa" ujar gus Ridwan dengan di akhiri kekehan

"Maaf mas Shafa nggak tahu, harusnya mas tolak aja makanannya"

"Kasihan istri mas dong sudah susah susah membelikan mas makanan masa mas tolak"

"Tapi mas jadi batal puasa"

"Nggak papa kan bisa lain waktu lagi"

"Terimakasih ya Fa sudah mau jadi istri mas"

"Sama sama mas"

Keduanya sampai di pesantren Nurul Anwar tepat pukul dua siang. Jika biasanya Shafa langsung pergi asrama, tapi berbeda dengan hari ini dan seterusnya Shafa akan tinggal di ndalem utama, rumah gus Ridwan. Shafa mengikuti langkah gus Ridwan menuju kamar gus Ridwan yang sekarang menjadi kamar mereka

"Loh barang barang Shafa kok ada disini semua mas?" Tanya Shafa bingung

"Kemarin mas minta mba ndalem pindahin barang adek kesini biar adek nggak perlu repot repot pindahan lagi"

"Ya allah mas, Shafa kan bisa pindahin sendiri. Kasian mba ndalem pasti repot"

"Nggak papa dek, sekali kali ngrepotin mba ndalem"

Shafa berjalan ke arah lemari yang ada di kamar itu lalu merapikan bajunya dan barang barang yang kemarin Shafa bawa dari rumah, setelah itu menghampiri gus Ridwan yang kini sedang berbaring di kasur

"Capek banget ya mas? Mau Shafa pijetin?" Tanya shafa

"Boleh"

Gus Ridwan merubah tubuhnya menjadi tengkurap, Shafa mulai memijat pundak dan badan gus Ridwan. Ini bukan pertama kali Shafa memijat tubuh gus Ridwan, beberapa hari yang lalu setelah pulang dari kebun gus Ridwan minta untuk di pijat. Beruntungnya Shafa sering di minta memijat ayahnya jadi dia sedikit bisa memijat

"Nanti ba'da ashar kita ke ndalem utama nggeh Fa" ujar gus Ridwan di sela pijatannya

Tiba tiba pijatan Shafa di tubuh gus Ridwan jadi melambat "Ng-nggeh mas"

"Kenapa?" Tanya gus Ridwan lalu merubah tubuhnya jadi menghadap Shafa

"Takut" cicit Shafa

"Takut kenapa?" Tanya gus Ridwan bingung

Shafa menunduk sambil memainkan jarinya, bingung bagaimana menjelaskannya pada gus Ridwan "nanti kalau ada santri yang lihat shafa sama mas terus mereka salah paham sama kita gimana mas?" Tanya Shafa yang terlihat gusar

Gus Ridwan terkekeh, gemas melihat wajah istrinya yang sedang ketakutan "Insyaallah semua santri disini sudah tahu, dua hari lagi umi mau ngadain ngunduh mantu buat adek jadi sudah pasti umi sudah mengumumkan pernikahan kita"

"Ngunduh mantu?"

"Iya, katanya umi juga mau ngundang salah satu grup sholawat untuk acara malamnya"

"Brarti nanti kita duduk di pelaminan kaya mba Alya?" Tanya Shafa dengan wajah polos

Kali ini gus Ridwan tidak hanya terkekeh tapi juga tertawa mendengar pertanyaan Shafa "iya sayang, nanti kita jadi ratu dan raja sehari seperti mba Alya dan mas Ubay"

"Shafa malu mas kalau di lihat banyak orang" ujar Shafa sembari menutup wajahnya dengan tangan

"Kenapa harus malu? Kan suami adek ganteng"

Shafa merengut lalu memukul lengan gus Ridwan yang membuat gus Ridwan kembali menyemburkan tawanya

HebbaytekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang