5. Kabar dari ibu

515 22 1
                                        

Sudah hampir dua minggu setelah acara pernikahan Alya dan gus Ubay, Shafa merasa sedikit kesepian setelah Alya boyong, beruntung masih ada Shafiya dan Rukhaya yang menemani Shafa, tapi tidak bisa di bohongi kalau Shafa kehilangan Alya.

Shafa baru saja kembali dari ndalem setelah menjalankan tugasnya memasak untuk keluarga ndalem "dek tadi ada telfon dari ibu kamu" ucap Shafiya setelah Shafa duduk di kasur. Sekarang yang menjabat menjadi lurah pondok putri adalah Shafiya menggantikan Alya yang baru saja boyong

"Kapan mba?"

"Jam 9 an, nanti ba'da dzuhur telfon balik aja dek barangkali ada yang penting"

"Iya mbak makasih, aku mandi dulu mba. Sumuk pol"

Setelah sholat dzuhur Shafa pergi ke kantor untuk menelfon balik ibunya. Menunggu sekitar 15 menit akhirnya panggilan tersambung

"Assalamualaikum bu" salam shafa setelah panggil tersambung

"Wa'alaikumsalam ndok"

"Pripun kabare ibu kaleh bapak?"

"Alhamdullilah ibu aleh bapak sami sehat, shafa pie kabare?"

"Alhamdulillah sehat ibu"

"Mba mirengke ibu, saniki sampeyan sampun ageng, sampun wayahe omah omah. Mba teng grio onten lare jaler sek ajeng nyuwun sampeyan dados garwone. Ibu kaleh bapak sampun maringi restu tapi keputusan ibu parengne teng sampeyan ibu kaleh bapak mboten ajeng meksa"  tubuh Shafa rasanya seperti tersengat listrik terkejut bukan main

Setelah diam beberapa menit, akhirnya Shafa dapat mengeluarkan suara yang sedari tadi tercekat di tenggorokan nya "kersane ibu kaleh bapak, Shafa nderek mawon"

"AlhamduliLah nek kados niku, semisal ngenjang sampeyan wangsul saget mba?"

"Nggeh ngenjang insyaallah Shafa wangsul bu"

🌻🌻🌻

Setelah sholat ashar Shafa pergi ke ndalem untuk meminta izin pada bu Nyai Halimah untuk pulang. Siap tidak siap Shafa harus siap, dia percaya pilihan orang tuanya tidak akan menyesatkannya

"Assalamualaikum" Shafa mengetuk pintu ndalem pelan, pintu baru terbuka saat Shafa mengucap salam tiga kali. Niatnya jika sampai salam ketiga masih belum terbuka Shafa berniat kembali ke asrama

"Wa'alaikumsalam eh Shafa masuk Fa" ucap ning Nadi setelah membuka lebar pintu

"Ada apa Fa?" Tanya ning Nadi setelah mempersilahkan Shafa duduk

"Maaf ning saya mau izin pulang besok" tutur Shafa

"Ooh iya, tadi umi sudah bilang kalau kamu besok mau pulang" Shafa mengernyit, perasaan Shafa belum berbicara apapun pada bu Nyai Halimah, kenapa beliau sudah tahu

"Terimakasih ning, saya pamit dulu"

"Iya Fa"

Shafa kembali ke asrama untuk membereskan baju yang akan di bawanya pulang, dia hanya membawa beberapa potong baju saja karena Shafa berniat tinggal beberapa hari saja. Setelah selesai Shafa bergegas ke aula untuk nderes sembari menunggu adzan magrib

🌻🌻🌻

Pagi ini Shafa sudah siap dengan ransel berisi baju dan beberapa kitab untuk dia baca di rumah, agar tidak lupa. Sebelum pergi Shafa berpamitan lebih dulu ke ndalem

"Assalamualaikum" tidak seperti kemarin sore, pintu ndalem langsung terbuka saat Shafa mengucap salam

"Udah mau pulang mba? Sini masuk dulu"

"Saya mau pamit pulang bu, kemarin saya udah izin ke ning Nadi" tutur Shafa dengan kepala yang sedikit menunduk

"Iya umi sudah tahu, kamu pulang bareng mas Ridwan ya" Shafa langsung menoleh ke bu Nyai Halimah dengan wajah terkejut

"Ng-Nggak usah bu saya bisa naik bis"

"Lebih aman bareng mas Ridwan, dia juga mau ke temanggung jadi sekalian saja"

"Nggeh bu" akhirnya Shafa mengiyakan ucapan bu Nyai Halimah, tidak mungkin juga dirinya mendebat beliau

"Tunggu sini aja sebentar lagi pasti datang"

"Nggeh bu"

Benar saja, tak sampai 10 menit mobil gus Ridwan datang. Beliau turun dari mobil lalu menghampiri ibunya untuk mencium punggung tangan ibunya

"Hati hati bawa mobilnya mas, kalau ngantuk berhenti dulu" nasehat bu Nyai Halimah

"Nggeh umi, Ridwan pergi dulu" setelah gus Ridwan berpamitan, kini giliran Shafa yang mencium punggung tangan Bu Nyai Halimah lalu berpamitan

Shafa menghampiri gus Ridwan yang saat ini berdiri di samping pintu penumpang samping pengemudi "duduk depan saja dek"

"Mboten gus, saya di belakang saja"

"Di belakang ada barang barang saya, duduk depan saja"

Shafa terlihat ragu, dia juga merasa tak enak hati jika harus duduk di samping gus Ridwan "wes manut wae mba" ujar bu Nyai Halimah dari teras ndalem, dengan sangat terpaksa Shafa pun masuk ke kursi penumpang depan

Gus Ridwan berjalan mengitari mobil lalu duduk di samping Shafa. Perlahan mobil milik gus Ridwan meninggalkan halaman pesantren

HebbaytekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang