Seorang cewek berambut sepundak berdiri tepat di hadapan Voni. Rambutnya bergelombang dalam warna tembaga. Pilihan yang amat tepat demi memberi nyawa tambahan untuknya yang memiliki undertone kulit hangat.
Dia adalah Ellys. Sahabat Voni yang tiba sesuai janjinya tadi. Pukul setengah enam, tanpa terlambat sedikit pun.
"A-apa?"
Sayangnya, kedatangan Ellys yang diwarnai suka cita harus berubah menjadi kekecewaan tatkala mendengar perkataan Voni.
"Aku minta maaf banget, Lys," pinta Voni merasa bersalah. "Aku juga bingung, tapi Tora nggak bisa ngajar malam ini."
Ellys mengernyit. "Jadi kamu mau batalin rencana kita dan mau gantiin jadwal dia?"
Nggak menjawab, Voni menggigit bibir bawah. Dia tau kalau Ellys kecewa. Lagi pula mereka sudah hampir sebulan ini nggak bertemu karena kesibukan masing-masing. Sekarang ketika mereka ada waktu luang, Voni malah membatalkannya?
"Maaf, Lys. Cuma gimana lagi? Tora nggak bisa ngajar. Jadi mau nggak mau aku gantiin. Kalau kelas kosong, ntar dia dapat teguran."
Bola mata Ellys berputar malas. "Ya wajar dong kalau dia dapat teguran."
"Ellys."
Ellys berdecak. Voni mendelik dan dia seketika membuang napas malas.
"Memangnya kenapa itu Torabika nggak bisa ngajar?"
Mata Voni kembali mendelik penuh irama. Lagi-lagi membuat Ellys berdecak.
"Sorry sih. Aku lebih suka kopi hitam timbang kopi kemasan," ujar Ellys sekenanya. "Kenapa sama dia?"
Voni kembali menggigit bibir bawah. Menilik dari buruknya suasana hati Ellys karena dia terpaksa membatalkan janji, Voni bisa bertaruh satu hal. Yaitu, Ellys pasti lebih kesal lagi kalau tau alasan Tora nggak bisa mengajar.
"What? Party? Kita juga mau party, Ni. Jadi aku yang harus ngalah sama dia? Aku temen kamu selama sebelas tahun, Ni. Itu kecebong laut baru pacaran dua tahun sama kamu."
Kurang lebih, demikianlah benak Voni mengimajinasikan kemungkinan yang bisa terjadi. Ellys pasti akan mengamuk dan semua sumpah serapahnya akan melanglang buana antara benua.
Alhasil, Voni pun berbohong walau rasanya berat. Selama ini dia nggak pernah berbohong sama Ellys.
"D-dia kurang enak, Lys. Dia lagi agak demam gitu."
Kerutan yang muncul di dahi Ellys mengindikasikan kalau dia nggak percaya tuh sama omongan Voni. Ellys tau Voni nggak pernah berbohong, tapi sikap cewek berkulit sawo matang itu tampak beda.
Mata Ellys menyipit. Tangan bersedekap dan gesturnya penuh selidik. Dia nggak ubah seperti seorang jaksa penuntut umum yang nggak percaya keterangan tersangka.
"Serius?" tanya Ellys dengan nada horor. "Tora benar-benar lagi nggak enak badan?"
Voni mengangguk. "I-iya. Dia lagi nggak enak badan."
"Ehm," deham Ellys penuh irama. "Sudah coba disiram pake air garam?"
"Ellys."
"Kali aja ntar jadi enak."
"Please, Lys," lirih Voni tak berdaya. Sindiran Ellys semakin terasa. "Sekali lagi aku minta maaf. Ntar kita atur ulang ya?"
Ellys tentu saja kesal. Dia pikir hari itu mereka akan bersenang-senang, tapi nyatanya nggak.
Berusaha menenangkan diri, Ellys nggak mau dicap egois. Lagi pula rasanya masuk akal kalau Voni membatalkan janji karena pacarnya lagi sakit.
Ellys menarik napas dalam-dalam. Gejolak kesalnya sedikit teredam. Dia tersenyum. Berniat untuk mengangguk, tapi satu pemandangan membuatnya tertegun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunky Dory 🔞 "FIN"
RomanceCerita ini turut serta dalam event tahunan Karos dengan tema Zodiak. Blurb: Ada satu ungkapan: Memang baik jadi orang penting, tapi lebih penting jadi orang baik. ~ Cuma gimana ya? Masalahnya tiap orang itu punya kamus berbeda dalam mengartikan kata...